Febuxostat Vs Allopurinol untuk Penatalaksanaan Hiperurisemia

Oleh :
dr.Eduward Thendiono, SpPD,FINASIM

Agen terapi hyperuricemia yang tersedia dan paling sering digunakan saat ini obat golongan inhibitor xantin oksidase (XOI), yaitu alopurinol dan febuxostat. Telah banyak evidence base yang membandingkan efikasi dan keamanan febuxostat vs allopurinol.[1-3]

Target Kadar Asam Urat Serum

Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat di dalam serum >6,8 mg/dL (≥0,4 mmol/L). Kondisi ini dapat menyebabkan penyakit goutbatu saluran kemih, insufisiensi ginjal, bahkan penyakit kardiovaskuler.[1-3]

Blood,Uric,Acid,Level,Test.,Urinal,Acid,Level,Meter

Pedoman dari American College of Rheumatology (ACR) maupun European League Against Rheumatism (EULAR) merekomendasikan penurunan serum asam urat di bawah 6 mg/dL (0,36 mmol/L), bahkan lebih rendah hingga <5 mg/dL (<0,3 mmol/L) pada pasien dengan deposit kristal asam urat.[1,4,5]

Perbandingan Efikasi Febuxostat Vs Allopurinol 

Meskipun alopurinol dan febuxostat merupakan obat golongan XOI, tetapi data klinis melaporkan keunggulan efikasi febuxostat dalam menurunkan asam urat. Febuxostat merupakan inhibitor selektif xantin oksidase poten yang mampu membentuk kompleks yang lebih stabil terhadap enzim xantin oksidase, baik bentuk reduksi maupun oksidasi. [1,6] 

Pada tahun 2013, meta analisis oleh Faruque et al menemukan bahwa pemberian febuxostat lebih efektif mencapai target serum asam urat <6 mg/dL daripada allopurinol (RR 1,56: 95%CI 1,22-2,00). Walaupun tidak ada perbedaan bermakna dalam mengurangi risiko gout flare jika dibandingkan dengan alopurinol (RR 1,16: 95%CI 1,03-1,30).[7]

Hasil serupa dilaporkan meta analisis oleh Shu Li et al di tahun 2016, yang meninjau 15 uji coba terkontrol secara acak yang membandingkan efek berbagai obat hiperurisemia, termasuk allopurinol, benzbromarone, febuxostat, pegloticase, dan probenesid. Studi yang melibatkan 7.246 pasien ini menunjukkan bahwa febuxostat tampak lebih baik dalam mencapai kadar normal asam urat daripada allopurinol.[8] 

Sedangkan data di situasi nyata, dikonfirmasi oleh studi analisis rekam medis di Italia pada tahun 2017 oleh Cutolo et al. Studi melaporkan bahwa pasien yang mendapat febuxostat lebih cepat mencapai target serum asam urat daripada allopurinol, yaitu sekitar 86 hari vs 98 hari untuk serum asam urat <6 mg/dL, dan sekitar 52 hari vs 90 hari untuk serum asam urat <5 mg/dL (p<0,001). Mayoritas dosis febuxostat yang digunakan pada studi ini adalah 80 mg/hari, sedangkan dosis allopurinol 300 mg/hari.[1] 

Berdasarkan data klinis yang ada saat ini, penggunaan febuxostat dengan dosis yang lebih rendah tampaknya lebih cepat dan efektif dalam mencapai target asam urat jika dibandingkan dengan alopurinol.[1,6-8]

Perbandingan Keamanan Febuxostat Vs Allopurinol 

Isu penting dari laporan efek samping allopurinol adalah reaksi hipersensitivitas kutaneus derajat berat atau allopurinol-induced hypersensitivity syndrome (AHS). Risiko efek ini terutama pada individu dengan alel HLA-B*5801, yang umumnya meliputi subpopulasi Asia, termasuk orang Korea, Han-China atau Thailand. Spektrum AHS meliputi sindrom Stevens Johnsontoxic epidermal necrolysis, vaskulitis, eosinofilia, hingga gagal organ ginjal dan liver.[1,8] 

Berbeda dari allopurinol, struktur kimia febuxostat tidak menyerupai struktur purin atau pirimidin lainnya, sehingga tidak menyebabkan inhibisi terhadap enzim lain yang terlibat dalam jalur katabolik nukleotida. Penggunaan febuxostat dapat menghindari efek samping serupa AHS tetapi tetap memberi efikasi penurunan asam urat. Efek samping umum penggunaan febuxostat misalnya pusing, artralgia, nausea, ruam kulit, dan abnormalitas fungsi liver.[1,6]

Meta analisis oleh Faruque et al pada tahun 2013 melaporkan bahwa risiko efek samping lebih rendah pada grup febuxostat daripada allopurinol (RR 0,94; 95%CI 0,90-0,99). Hasil serupa dilaporkan kembali oleh Shu li et al di tahun 2016 (OR 0,72; 95%CI 0,56-0,91).[7,8]

Keamanan Fungsi Ginjal

Dari segi keamanan fungsi ginjal, studi pasca pemasaran yang dilaporkan oleh Rey et al di tahun 2019 menunjukkan bahwa risiko gagal ginjal akut lebih rendah pada pasien yang mendapat febuxostat daripada allopurinol (OR 3,25 vs 5,67: 95%CI 5.05-6,36).[11]

Laporan studi Ai Yu Yang et al di tahun 2020 menemukan bahwa febuxostat 40 mg lebih efektif menurunkan serum asam urat daripada allopurinol 100 mg. Studi juga menemukan perbedaan eGFR slope (estimated glomerular filtration rate) pada penggunaan jangka panjang, di mana grup febuxostat positif sedangkan grup allopurinol negatif.  Hal ini mengindikasikan efek nefroprotektif dari febuxostat.[12] 

Hasil studi oleh Peng et al di tahun 2020 menunjukkan bahwa mean eGFR pada pemantauan interval 3 bulan lebih tinggi di grup febuxostat daripada grup allopurinol (46,69 vs 36,86 ml/min/1,73m2). Walaupun hasil statistik tidak bermakna secara signifikan pada risiko penurunan >30% eGFR di antara grup febuxostat dan allopurinol selama masa studi 5 tahun.[13]

Keamanan Kardiovaskuler

Studi FAST (the febuxostat vs allopurinol streamlined trial) di tahun 2020 melaporkan bahwa risiko kardiovaskuler pada kelompok febuxostat tampak lebih rendah daripada allopurinol untuk penggunaan jangka panjang. Studi melaporkan 1,72 kejadian/100 pasien/tahun di grup febuxostat vs 2,05 kejadian/100 pasien/tahun di grup allopurinol.[9] 

Meta analisis terbaru pada tahun 2021 oleh Gao L et al menemukan bahwa febuxostat menunjukkan luaran keamanan yang lebih baik daripada allopurinol, terutama dalam hal urgent coronary revascularization. Namun, tidak ada perbedaan bermakna pada kejadian merugikan infark miokard non-fatal, mortalitas terkait kardiovaskuler, maupun mortalitas oleh semua sebab.[10] 

Kesimpulan

Baik febuxostat maupun allopurinol merupakan terapi efektif untuk menurunkan kadar asam urat pada pasien hiperurisemia. Namun, data klinis menunjukkan keunggulan efikasi febuxostat baik dari segi dosis yang lebih rendah maupun durasi kecepatan pencapaian target serum asam urat yang lebih cepat jika dibandingkan dengan allopurinol 300 mg/hari.   Dosis febuxostat yang disahkan oleh FDA adalah 40 dan 80 mg/hari. Febuxostat telah disetujui penggunaannya di Indonesia oleh BPOM.

Selain itu, keamanan penggunaan febuxostat lebih baik terutama pada pasien dengan komorbid gangguan fungsi ginjal atau alergi allopurinol. Penggunaan febuxostat dapat  menghindari kejadian efek samping kutaneus berat yang berhubungan dengan alopurinol, atau  allopurinol-induced hypersensitivity syndrome (AHS).

Referensi