Penggunaan Vitamin B untuk Penanganan Kasus Kelelahan

Oleh :
Meili Wati

Vitamin B sering diresepkan untuk pasien yang mengeluhkan kelelahan. Meski demikian, bukti ilmiah yang mendukung praktik ini masih sangat minimal. Selain itu, tidak ada definisi terstandar untuk menjelaskan apa yang dapat disebut dengan ‘kelelahan’.

Pada umumnya, kelelahan bersifat subjektif dan belum ada definisi atau parameter objektif yang dapat menentukan tingkat kelelahan seseorang. Kelelahan dikaitkan dengan proses fisik atau mental yang dapat terjadi dengan atau tanpa adanya penyakit.

Vitamin B adalah jenis vitamin larut air yang telah diketahui berperan dalam berbagai proses metabolisme sel, baik sebagai koenzim maupun sebagai prekursor proses biologis. Vitamin B ada berbagai jenis, mulai dari vitamin B6, vitamin B12, ataupun vitamin B9 atau asam folat. Vitamin B tersedia dalam bentuk sediaan tunggal; maupun juga dalam bentuk kombinasi vitamin B kompleks yang berisi vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin B6, ataupun multivitamin kombinasi dengan vitamin dan mineral lainnya. Vitamin B juga tersedia dalam berbagai formulasi, mulai dari sediaan oral, intravena, hingga intramuskuler.[1,2]

Penggunaan Vitamin B untuk Penanganan Kasus Kelelahan-min

Definisi Kelelahan Belum Terstandar

Belum ada definisi baku dan parameter objektif untuk menentukan seseorang mengalami kelelahan. Pada umumnya, kelelahan atau fatigue diartikan sebagai lelah fisik yang berakibat kurangnya energi untuk melakukan aktivitas. Namun, kelelahan juga memiliki faktor mental atau psikologis. Selain itu, kelelahan bisa timbul dengan ataupun tanpa adanya penyakit tertentu.[1,2]

Aspek Fisik

Kelelahan secara fisik dapat disebabkan oleh aktivitas sehari-hari atau kerja otot, dan umumnya timbul setelah dilakukan pada durasi waktu tertentu. Pada saat melakukan aktivitas atau kerja fisik, dibutuhkan energi yang besar untuk membantu otot bekerja. Ketidakmampuan proses metabolisme untuk menghasilkan energi dan meningkatnya hasil metabolisme berupa asam laktat akan menyebabkan terjadinya penurunan kerja otot, yang menimbulkan perasaan kelelahan.[1,2]

Aspek Psikologis

Kelelahan secara psikologis berkaitan dengan kondisi stress, kecemasan, kondisi depresi, gangguan tidur, dan kondisi psikis lainnya. Gangguan psikologis juga dapat muncul bersamaan dan memperberat kondisi kelelahan fisik yang sudah ada.[1,2]

Hubungan dengan Penyakit atau Kondisi Medis

Kelelahan juga bisa dirasakan oleh pasien dengan penyakit atau kondisi medis tertentu, misalnya anemia, gangguan ginjal, ataupun gangguan jantung dan paru. Secara garis besar, rasa kelelahan umumnya timbul akibat kondisi medis yang menyebabkan gangguan oksigenasi jaringan sehingga proses pembentukan energi terganggu.[1,2]

Bukti Ilmiah Penggunaan Vitamin B untuk Penanganan Kasus Kelelahan

Vitamin dan mikronutrien merupakan salah satu elemen yang berperan dalam proses metabolisme di tubuh. Defisiensi vitamin B terbukti dapat menimbulkan berbagai gejala, salah satunya kelelahan. Namun, hingga saat ini studi yang mendukung penggunaan vitamin B dalam menangani keluhan kelelahan masih sangat minim.[1,3]

Bukti Ilmiah

Sebuah penelitian dilakukan pada 453 pasien dengan riwayat penyakit anemia pernisiosa dan 445 pasien dengan riwayat penyakit Crohn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin B12 secara injeksi mengurangi keluhan kelelahan yang ada. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang diisi sebelum dan sesudah pemberian vitamin B12, didapatkan penurunan keluhan kelelahan dan peningkatan aktivitas harian pada masing-masing kelompok penelitian. Namun, pada studi ini tidak dilakukan penyamaran (blinding) dan tidak ada kelompok kontrol. Pasien dimintai kuesioner beberapa saat sebelum jadwal injeksi berikutnya. Studi ini juga tidak melakukan pengendalian faktor perancu, misalnya kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan konsumsi suplemen pada subjek penelitian. Oleh karenanya, kualitas bukti dari studi ini tergolong rendah.[1,5]

Kelelahan juga telah dikaitkan dengan penurunan performa kognitif. Dalam suatu uji klinis, sebanyak 818 subjek penelitian yang sehat dengan usia 50-70 tahun menerima vitamin B9 dengan dosis 8 mg/hari atau placebo. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kadar asam folat diikuti dengan peningkatan kemampuan kognitif yang berbeda bermakna antar kelompok perlakuan. Meski demikian, tidak diketahui pasti apakah peningkatan performa kognitif ini berkaitan dengan berkurangnya keluhan kelelahan atau tidak.[1,3]

Penelitian lain dilakukan terhadap pasien dengan penyakit ginjal kronis yang rutin menjalani hemodialisis 2 kali/minggu. Setiap subjek diberikan vitamin B kombinasi secara intravena (100 mg vitamin B1,100 mg vitamin B6, dan 5 mg vitamin B12) setelah setiap hemodialisis selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan prevalensi kelelahan yang signifikan. Meski demikian, tidak ada kelompok kontrol dan tidak dilakukan penyamaran dalam studi ini. Oleh karena itu, bukti yang disajika memiliki risiko bias yang tinggi.[1,4,6]

Kesimpulan

Vitamin B banyak diresepkan untuk mengatasi keluhan kelelahan yang dialami pasien, bahkan ketika pasien tidak memiliki bukti defisiensi vitamin B. Padahal, banyak aspek problematik dari praktik ini. Masalah utama adalah belum adanya bukti ilmiah adekuat yang mendukung pemberian vitamin B untuk mengatasi kelelahan kelelahan pada pasien yang tidak mengalami defisiensi vitamin B. Selain itu, keluhan kelelahan memiliki parameter yang beragam dan definisi yang bervariasi. Peresepan berlebihan dan pemberian vitamin B tanpa indikasi medis yang jelas juga memaparkan pasien terhadap risiko efek samping dan beban biaya medis yang tidak perlu. Oleh karenanya, sebelum ada uji klinis lebih lanjut yang memastikan manfaat dan risiko dari suplementasi vitamin B pada kasus kelelahan, dokter sebaiknya menghentikan praktik ini.

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra

Referensi