Vaksin BCG pada Remaja dan Dewasa: Apakah Bermanfaat untuk Mencegah TB?

Oleh :
dr.Raehana

Pemberian vaksin Bacillus Calmette–Guérin (BCG) pada remaja dan dewasa mulai dipertimbangkan akan tetapi apakah manfaatnya efektif untuk mencegah tuberkulosis masih menjadi pertanyaan.

Vaksin BCG

Vaksin BCG telah digunakan sejak tahun 1921 untuk mencegah infeksi tuberkulosis (TB). Vaksin ini berasal dari bakteri Mycobacterium bovis yang dilemahkan. Efek proteksi dari BCG diketahui bervariasi bergantung pada lokasi geografis, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa BCG berhasil atau gagal dalam memproteksi terhadap kuman TB.[1]

Vaksin BCG pada Remaja dan Dewasa-min

Sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2020, vaksin BCG diberikan pada bayi segera setelah lahir, atau secepat mungkin sebelum bayi berusia 1 bulan. Jika bayi telah berusia >2 bulan, vaksin BCG diberikan setelah uji tuberkulin memberikan hasil negatif.[2]

Vaksinasi BCG pada Remaja dan Dewasa

Vaksinasi BCG selama ini direkomendasikan sejak usia neonatus dan dapat diberikan pada anak >2 bulan setelah diketahui uji tuberkulin negatif. Hal tersebut mengacu pada beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa kemampuan proliferasi sel CD4 terhadap BCG lebih besar pada usia bayi dibandingkan usia anak yang lebih besar.

Belum terdapat banyak data mengenai pemberian vaksin BCG serta efektivitasnya pada usia remaja dan dewasa. Namun, WHO menyebutkan bahwa pemberian vaksinasi BCG pada anak usia sekolah tanpa riwayat vaksinasi sebelumnya disertai hasil uji tuberkulin negatif atau hasil interferon-ɣ release assay (IGRA) negatif, dapat memberikan proteksi hingga >20 tahun.[3]

Pada penelitian yang dilakukan oleh Whittaker et al. dilaporkan bahwa respon sel CD4 terhadap BCG antara usia bayi dan anak yang lebih besar ditemukan sama, namun kemampuan proliferasi sel CD4 ditemukan lebih besar pada usia bayi.[4]

Penelitian lain oleh Briassoulis et al. yang meneliti reaksi dan pembentukan skar post-vaksinasi melalui uji Purified Protein Derivative  (PPD) pada tiga kelompok usia, yaitu usia 6, 12 dan 15 tahun. Penelitian diikuti selama 10 tahun dan ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan ukuran skar yang signifikan antara ketiga kelompok usia tersebut.[5]

Vaksinasi BCG untuk Anak dan Remaja menurut WHO

Berdasarkan kesimpulan yang dikutip dari WHO, vaksinasi pada usia selain neonatus dipertimbangkan pada kelompok yang belum menerima vaksin BCG, tuberculin skin testing (TST) negatif atau IFN-gamma release assay (IGRA) negatif. Pemberian vaksin BCG pada kelompok ini diketahui memberikan proteksi hingga > 20 tahun.[3]

Pemberian vaksin BCG pada kelompok ini direkomendasikan pada:

  1. Anak dengan usia segera setelah lahir hingga usia 18 tahun, remaja dengan usia 10–19 tahun atau dewasa dengan usia >19 tahun, yang tinggal di tempat dengan insidensi TB atau lepra yang tinggi
  2. Anak, remaja atau dewasa yang berpindah tempat tinggal dari insidensi TB atau lepra rendah ke tempat dengan insidensi TB atau lepra yang tinggi
  3. Dewasa yang bekerja di tempat risiko tinggi terpapar TB seperti tenaga kesehatan, petugas laboratorium, mahasiswa kedokteran, petugas penjara atau individu lainnya yang bekerja dengan risiko tinggi terpapar TB.[3,7,8]

Dosis Vaksinasi BCG pada Anak dan Remaja

Tidak terdapat banyak data mengenai dosis vaksinasi BCG yang efektif pada usia remaja dan dewasa. Namun Suliman et al. melakukan sebuah penelitian di Afrika Selatan dengan melakukan revaksinasi BCG pada 72 subjek penelitian berusia 18–40 dengan riwayat infeksi TB laten yang telah menjalani isoniazid preventive therapy (IPT) sebelumnya.

Revaksinasi BCG pada partisipan diberikan secara intradermal atau intrakutan dengan dosis sebanyak 2 kali lipat dosis vaksin BCG pada anak, yaitu 2-8 x 105 CFU. Hasil studi menemukan efek anti-mikrobakteri dan daya tahan yang signifikan dari sel NKT dan sel NK memori akibat pemberian revaksinasi BCG.[9]

Kesimpulan

Berdasarkan data yang sudah ditemukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian vaksin BCG pada usia remaja dan dewasa diketahui memiliki efek proteksi yang baik terhadap tuberkulosis dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian vaksin BCG pada usia remaja dan dewasa untuk mengetahui dosis, efektivitas dan lama proteksi, terutama di Indonesia sebagai negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi ketiga secara global.

Referensi