Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Ventilasi Tekanan Positif (VTP) pada Neonatus general_alomedika 2023-01-17T10:55:07+07:00 2023-01-17T10:55:07+07:00
Ventilasi Tekanan Positif (VTP) pada Neonatus
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Ventilasi Tekanan Positif (VTP) pada Neonatus

Oleh :
dr. Pepi Nurapipah
Share To Social Media:

Teknik ventilasi tekanan positif (VTP) pada neonatus terdiri dari ventilasi dengan sungkup wajah dan inflation bag, disertai pemberian oksigen 100%.  VTP merupakan bagian dari resusitasi neonatus lanjutan, sehingga penting untuk memahami tahap-tahap resusitasi neonatus dan evaluasi yang dilakukan pada VTP.[1,8]

Dokter perlu mengetahui waktu yang tepat untuk melanjutkan resusitasi neonatus dengan tindakan VTP, menghentikan VTP, atau menggabungkan VTP dengan prosedur lain, seperti kompresi dada dan pemasangan intubasi.[1,8]

Persiapan Pasien

Persiapan resusitasi awal adalah penilaian kondisi neonatus, seperti usia kehamilan bayi, warna ketuban saat lahir, tonus otot bayi, dan skor APGAR. Kemudian, lakukan stabilisasi dengan meletakan pasien di tempat kering, datar, dan hangat (radiant warmer), melakukan suction apabila terdapat banyak sekret pada jalan napas, serta mengeringkan tubuh bayi sekaligus melakukan stimulasi.

Selama persiapan, denyut jantung dan pernapasan bayi harus selalu dievaluasi.[1,8]

Peralatan

Untuk melakukan VTP pada neonatus, dibutuhkan peralatan dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran badan bayi. Alat yang dibutuhkan antara lain:

  • Sungkup wajah
  • Nasal kanul dan selang penyambung dengan oksigen
  • Oksigen dan flow-inflating atau self-inflating resuscitation bag

  • Peralatan yang tersambung dengan positive end-expiratory pressure (PEEP)
  • Peralatan intubasi, seperti laringoskop dan endotracheal tube

  • Obat-obatan emergensi, seperti epinefrin[8,13]

Posisi Pasien

Posisikan bayi baru lahir dengan leher sedikit terekstensi, di tempat kering, datar, dan hangat (radiant warmer).[1,8]

Prosedural

VTP pada neonatus dapat dilakukan oleh 2 atau 1 orang tenaga medis terlatih. Namun, tindakan dengan 2 orang akan lebih efektif, karena 1 orang dapat mempertahankan posisi rahang dan menahan sungkup untuk menutupi mulut dan hidung sedangkan 1 orang lainnya melakukan ventilasi, terutama apabila terjadi kebocoran sungkup.

Teknik prosedur VTP pada neonatus adalah:

  1. Ventilasi dilakukan 40–60 kali/menit, dengan waktu inspirasi 0,3‒0,5 detik. Apabila disertai kompresi dada maka ventilasi dilakukan selama 30 kali/menit.
  2. Untuk ventilasi tekanan positif, diberikan oksigen 10 L/menit dengan tekanan ventilasi inisial 20‒25 cmH2O. Apabila VTP dibutuhkan untuk resusitasi bayi prematur, disarankan untuk menggunakan alat yang sekaligus dengan PEEP (positive end-expiratory pressure). Penggunaan PEEP (5 cmH2O) dapat membantu paru-paru bayi tetap terinflasi diantara pernapasan tekanan positif.
  3. Saat VTP dimulai, bayi harus menggunakan monitor kardiak elektrik untuk penilaian denyut jantung yang akurat. Namun, jika tekanan ventilasi tidak terpantau oleh monitor maka tekanan minimal digunakan untuk mencapai pergerakan dinding dada fisiologis (tidak berlebihan) dan peningkatan denyut jantung. Tekanan yang lebih tinggi mungkin dibutuhkan untuk membantu aerasi paru pada awal pernafasan.
  4. Indikator paling penting dari VTP yang berhasil adalah kenaikan denyut jantung. Bila denyut jantung tidak meningkat, VTP yang menginflasi paru dapat dinilai dari pergerakan dinding dada saat ventilasi. Apabila dipasang intubasi atau sungkup laring (laryngeal mask airway), inflasi paru dinilai dengan pergerakan dinding dada dan bunyi napas bilateral saat ventilasi.
  5. Saat VTP dimulai, asisten harus mendengarkan peningkatan denyut jantung pada 15 detik pertama setelah VTP.
  6. Apabila VTP sudah dilakukan tetapi kondisi bayi tidak membaik, di mana pergerakan dada bayi tidak membaik bahkan setelah posisi sungkup diperbaiki atau setelah intubasi terpasang, maka trakea mungkin mengalami obstruksi oleh sekret yang tebal, sehingga harus dilakukan suction melalui kateter yang dimasukan melalui endotracheal tube atau secara langsung melalui trakea.
  7. Setelah 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dengan oksigen 100%, pernapasan spontan dan denyut jantung harus dinilai. Apabila terdapat pernafasan spontan dan denyut jantung 100 kali/menit, maka VTP perlahan dapat dikurangi dan diberhentikan.
  8. Apabila pernafasan spontan tidak adekuat atau denyut jantung masih dibawah 100 kali/menit, maka ventilasi harus dilanjutkan baik dengan sungkup atau pemasangan endotracheal tube. Apabila denyut jantung 60 kali/menit, maka ventilasi dilanjutkan dan mulai dilakukan kompresi dada dan pemasangan intubasi.
  9. Tekanan dan kecepatan VTP dapat diturunkan apabila bayi memberikan respon membaik.
  10. Dekompresi gastrik melalui nasogastric tube (NGT) diindikasikan apabila ventilasi sungkup dilanjutkan selama beberapa menit.[1,6,7,8]

Follow Up

Bayi yang mengalami gangguan perinatal atau distress pernafasan yang berlanjut dapat mengalami keterlambatan adaptasi atau disfungsi pada fase perinatal, termasuk gangguan otak, jantung, saluran gastrointestinal, ginjal, dan organ lainnya. Follow up yang dilakukan pada prosedur VTP meliputi penilaian saat tindakan dan monitoring berkelanjutan.

Follow Up Saat Tindakan

Penilaian respon bayi terhadap tindakan ventilasi tekanan positif pada saat tindakan yaitu:

  • Peningkatan denyut jantung >100x/m
  • Pergerakan dinding dada dan perut terlihat setiap inflasi
  • Perbaikan saturasi oksigen[3,13]

Follow Up Berkelanjutan

Monitoring berkelanjutan yang harus dilakukan termasuk observasi gula darah, temperatur, saturasi oksigen, denyut jantung dan tekanan darah, respiratory rate dan pola nafas, analisis gas darah, keseimbangan cairan dan nutrisi, serta tanda-tanda neurologis.[3]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Circulation. Part 11: Neonatal Resuscitation. American Heart Association. 2018 .https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/circ.102.suppl_1.I-343
3. Queensland Clinical Guidelines. Neonatal resuscitation. 2016
6. New Zealand Resuscitation Council. ANZCOR Guideline 13.4 – Airway Management and Mask Ventilation of the Newborn Infant. 2016.
7. American Heart Association, American Academy of Pediatric. Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care of the Neonate. 2015.
8. American Heart Association. Neonatal Resuscitation 2015 American Heart Association Guidelines Update for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2015;132[suppl 2]:S543–S560
13. Robert Moshiro, et al. Predictors of death including quality of positive pressure ventilation during newborn resuscitation and the relationship to outcome at seven days in a rural Tanzanian hospital. 2018.

Kontraindikasi Ventilasi Tekanan...
Komplikasi Ventilasi Tekanan Pos...

Artikel Terkait

  • Kajian Etik dan Medikolegal dari Do Not Resuscitate
    Kajian Etik dan Medikolegal dari Do Not Resuscitate
  • Pedoman 2018 Resusitasi Jantung Paru: Peranan Obat Antiaritmia
    Pedoman 2018 Resusitasi Jantung Paru: Peranan Obat Antiaritmia
  • Sekilas Mengenai Henti Jantung Intraoperatif
    Sekilas Mengenai Henti Jantung Intraoperatif
  • RJP pada Pasien Suspek atau Terkonfirmasi COVID-19
    RJP pada Pasien Suspek atau Terkonfirmasi COVID-19
  • Terapi Hipotermia pada Pasien Henti Jantung dengan Irama Jantung Non-Shockable
    Terapi Hipotermia pada Pasien Henti Jantung dengan Irama Jantung Non-Shockable

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
10 September 2022
Semua pasien tidak sadar dengan nadi (-) apakah perlu di RJP?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Ijin tanya ts, jika kita mendapatkan px yg sudah tdk teraba nadinya, suara jantung dan paru tdk terdengar, namun pupil blum midriasis dan msih blum...
dr. Kaleb Daud Samson Salossa
13 Juli 2022
Apakah perlu RJP pada pasien Batuk darah disertai Hematemesis dengan henti jantung?
Oleh: dr. Kaleb Daud Samson Salossa
3 Balasan
Dear SpJPPasien 42 tahun dengan hematemesis dan onset sampai di klinik dari TKP sekitar 20 menit sampai di klinik dan di temukan Tekanan darah, nadi dan...
dr. Kaleb Daud Samson Salossa
12 Juli 2022
Paisen laki-laki usia 42 tahun dengan Hematemesis ec suspek GIT bleeding
Oleh: dr. Kaleb Daud Samson Salossa
2 Balasan
Pasien laki2 42 tahun yg dievakuasi dari lokasi kejadian setelah muntah darah dan sampai di klinik sekitar 20 menit. Pasien langsung di baringkan, pasang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.