Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Operasi Ablatio retina general_alomedika 2025-05-13T10:19:11+07:00 2025-05-13T10:19:11+07:00
Operasi Ablatio retina
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Operasi Ablatio retina

Oleh :
dr. Florentina Priscilia
Share To Social Media:

Teknik operasi ablatio retina akan dibedakan sesuai dengan prosedur yang dipilih. Tindakan operasi ablatio retina dapat berupa pneumatik retinopeksi, scleral buckle, dan vitrektomi.

Prosedur pneumatik retinopeksi merupakan prosedur pembedahan yang paling sederhana yang dilakukan tanpa insisi. Pada prosedur scleral buckle, dilakukan pembedahan untuk penempatan silikon di sisi luar sklera. Sementara itu, vitrektomi merupakan pembedahan terbuka dengan melakukan evakuasi pada cairan vitreous.[1,2,5,8,11]

Persiapan Pasien

Persiapan pasien untuk operasi ablatio retina secara umum adalah serupa, yaitu dimulai dengan informed consent, pemeriksaan kesehatan umum dan mata, anestesi, dan persiapan praoperasi.[1,7]

Informed Consent

Informed consent dilakukan dengan memberikan informasi secara singkat dan jelas mengenai prosedur operasi ablatio retina yang akan dilakukan. Hal ini termasuk jenis operasi, gambaran umum prosedur, tujuan, dan risiko. Bila setuju untuk dilakukan tindakan, pasien atau wali akan menandatangani berkas informed consent.[1,6,11]

Pemeriksaan Kesehatan Umum

Pemeriksaan kondisi pasien secara umum dilakukan dengan cepat dan tepat untuk menilai ada tidaknya kontraindikasi terhadap jenis operasi ablatio retina yang dipilih, misalnya ketidakmampuan mempertahankan posisi kepala dan kondisi ketajaman penglihatan yang sangat buruk. Pemeriksaan ini sebaiknya dilengkapi dengan menanyakan kondisi alergi, kelainan metabolik, serta obat yang sedang dikonsumsi pasien, khususnya penggunaan obat antikoagulan.[7,10]

Pemeriksaan Kesehatan Mata

Pemeriksaan mata juga dilakukan secara efisien untuk menghindari adanya penundaan tata laksana definitif. Anamnesis menggali keluhan berupa tajam penglihatan yang turun secara tiba-tiba dan pandangan seperti tertutup tirai. Tanyakan juga riwayat penyakit mata sebelumnya, riwayat trauma, dan riwayat operasi mata.

Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan berupa pengukuran visus, pemeriksaan segmen anterior, dan segmen posterior. Pemeriksaan dengan oftalmoskop akan menunjukkan refleks fundus yang menurun dan terdapat bagian retina yang tampak bergelombang atau berwarna keabuan. Pemeriksaan harus dilakukan dengan baik dan mengidentifikasi setiap robekan dengan ukuran dan lokasi yang spesifik.[1,5,7,11,12]

Prosedur Anestesi

Umumnya anestesi untuk prosedur operasi ablatio retina, baik pada pneumatik retinopeksi, scleral buckle, maupun vitrektomi, adalah anestesi lokal. Pada pneumatik retinopeksi, umumnya dilakukan anestesia topikal dengan proxymetacaine yang dikombinasikan dengan anestesia sub-tenon atau blok retrobulbar dengan lidocaine 2%.

Pada prosedur scleral buckle dan vitrektomi, anestesi dilakukan dengan blok retrobulbar atau peribulbar. Anestesi dilakukan menggunakan lidocaine 2% dan bupivacaine 0,75%. Pemberian anestesi umum  dipertimbangkan pada beberapa kondisi berikut:

  • Pasien dewasa yang tidak kooperatif
  • Pasien anak
  • Durasi prosedur yang panjang (> 3 jam)[6,8,11]

Persiapan Praoperasi

Setelah anestesi yang adekuat, dilakukan persiapan praoperasi sebagai berikut:

  • Tindakan asepsis pada mata menggunakan larutan povidone iodine 5% dan dilanjutkan dengan penutupan menggunakan linen steril berlubang
  • Untuk menghindari pajanan pada mata yang tidak dilakukan tindakan, sebaiknya tutup mata yang tidak dioperasi menggunakan okluder
  • Pasang spekulum pada mata yang akan dioperasi[9,10]

Peralatan

Fasilitas, bahan, dan peralatan yang dibutuhkan dalam prosedur operasi ablatio retina  akan berbeda tergantung pada pilihan tindakan.

Pneumatik Retinopeksi

Untuk prosedur pneumatik retinopeksi akan dibutuhkan peralatan berikut:

  • Meja operasi
  • Spekulum mata
  • Laser atau krioterapi
  • Gas intraokular (SF6 atau C3F80 100% 0,6 cc atau C3F8 100% 0,3 cc)
  • Penyaring Millipore

  • Oftalmoskop indirek[7,8]

Scleral Buckle

Prosedur scleral buckle merupakan prosedur yang lebih invasif dibandingkan pneumatik retinopeksi dan membutuhkan beberapa peralatan berikut:

  • Meja operasi yang dilengkapi dengan mikroskop mata,
  • Spekulum mata,
  • Gunting Westcott dan forseps jaringan,
  • Aspirator
  • Silikon dalam bentuk sponge atau buckle,

  • Jarum, needle holder, dan benang silk 2-0 sampai 4-0[4,5]

Vitrektomi

Prosedur vitrektomi membutuhkan peralatan yang lebih kompleks karena dilakukan insisi yang lebih luas. Alatnya antara lain:

  • Meja operasi yang dilengkapi dengan mikroskop mata
  • Spekulum mata,
  • Gunting Westcott dan forseps jaringan,
  • Kanula infus mata untuk memasukkan cairan ke bagian mata sehingga menjaga bentuk bola mata,
  • Lampu fiberoptic untuk visualisasi segmen posterior mata,
  • Aspirator vitrektomi untuk evakuasi cairan vitreous,
  • Gunting dan forsep vitreous untuk evakuasi cairan vitreous yang kental dan jaringan parut pada lapisan retina,
  • Subtitusi vitreous berupa gas seperti sulfur hexaflorida atau cairan seperti minyak silikon
  • Jarum, needle holder, dan benang jahit untuk menutup luka insisi,
  • Antibiotik intravitreal[13,14]

Posisi Pasien

Pasien dalam posisi supinasi pada meja operasi dengan posisi tubuh dan ekstremitas pasien diposisikan tersangga agar tidak terjadi gerakan yang berlebihan yang dapat mengganggu berlangsungnya prosedur.[3,9,13]

Prosedur

Prosedur operasi ablatio retina terbagi menjadi prosedur pneumatik retinopeksi, scleral buckle, dan vitrektomi. Pemilihan dari prosedur disesuaikan dengan skenario klinis masing-masing pasien. Prosedur dapat dikombinasikan dengan tindakan tambahan seperti laser, krioterapi, atau endotamponade dengan gas atau minyak silikon.[1,3,14]

Prosedur Pneumatik Retinopeksi

Prosedur pneumatik retinopeksi merupakan prosedur pembedahan yang minimal invasif yang menjadi pilihan untuk ablatio retina dengan lokasi di superior, serta menjadi pilihan untuk menjaga makula pada posisi selama menunggu prosedur operasi lainnya.

Prosedur ini dapat dikombinasikan dengan krioterapi atau terapi laser, khususnya pada pasien dengan kondisi pseudofakia atau risiko tinggi. Hal ini dilakukan sebelum pemberian gas intraokular dengan tujuan menurunkan kemungkinan robekan yang meluas pada daerah retina.

Tahapan dari pneumatik retinopeksi adalah:

  1. Parasentesis ruang okuli anterior dengan menggunakan jarum 27 atau 30G yang diarahkan secara horizontal pada limbus bagian inferotemporal sekitar 0,3 cc dengan tujuan menurunkan tekanan intraokular
  2. Injeksi gas intraokular pars plana (3 mm dari limbus pada pseudofakia atau 4 mm dari limbus pada afakia). Gas dimasukkan ke dalam syringe yang kemudian dialirkan melalui penyaring untuk membentuk suatu tamponade. Usahakan membentuk gelembung dengan ukuran terkecil yang mampu melingkupi daerah retina yang terlepas
  3. Lakukan evaluasi tamponade yang terbentuk dan arteri retina sentral dengan pemeriksaan segmen posterior, serta pemeriksaan tekanan intraokular. Bila terjadi kompresi pada arteri dengan tanda hilangnya pulsasi arteri, maka perlu dilakukan parasentesis ruang okuli anterior kembali
  4. Pemberian antibiotik dengan atau tanpa steroid, kemudian mata dilindungi dengan okluder[1,4]

Prosedur Scleral Buckle

Prosedur scleral buckle biasanya akan menjadi pilihan untuk kasus ablatio retina yang sederhana dan tidak terletak pada regio posterior. Prosedur ini dilakukan dengan beberapa tahap berikut:

  1. Prosedur ini diawali dengan terapi laser pada pasien dengan ablatio ringan ukuran kecil atau dengan kriopeksi, dengan tujuan membekukan daerah inflamasi sehingga mencegah perluasan daerah ablatio retina
  2. Selanjutnya, prosedur dimulai dengan melakukan insisi pada bagian sklera. Kemudian silikon dalam bentuk sponge atau buckle akan ditempatkan melingkari bola mata
  3. Cairan vitreous sebagian dikeluarkan untuk mengurangi tekanan intraokular
  4. Dilakukan penjahitan silikon sesuai posisi, kemudian dilapisi dengan konjungtiva
  5. Diberikan antibiotik tetes atau salep, kemudian mata ditutup dengan okluder[1,4]

Prosedur Vitrektomi

Prosedur vitrektomi akan menjadi pilihan pada kasus ablatio retina dengan derajat sedang-berat atau disertai komplikasi. Prosedur ini bersifat invasif dan umumnya menjadi pilihan terakhir. Tahapan tindakan adalah:

  1. Lakukan insisi pada konjungtiva dan lapisan tenon menggunakan gunting Westcott, yaitu dari batas limbus mata sekitar jarak 3,5 sampai dengan 4 mm
  2. Tempatkan 3 alat utama dari insisi yang telah dibuat, yaitu kanula infus mata, pipa lampu fiberoptic, dan aspirator vitrektomi
  3. Aspirator vitrektomi dipastikan agar evakuasi terbatas pada cairan vitreous dan mencegah evakuasi pada lapisan koroid yang divisualisasikan oleh operator melalui pipa lampu fiberoptic. Sedangkan, kanula infus akan menjaga tekanan dalam kondisi stabil yang bertujuan untuk menjaga bentuk bola mata dan menghindari kerusakan pada lapisan retina
  4. Masukkan substitusi vitreous sebagai endotamponade untuk mengisi segmen posterior mata dan dilakukan penjahitan secara matras pada lokasi insisi bagian sklera dengan menggunakan benang jenis poliglaktin berukuran 7-0 atau 8-0.
  5. Lanjutkan dengan penjahitan konjungtiva menggunakan benang jenis kromik.
  6. Berikan antibiotik, baik secara injeksi subkonjungtiva atau topikal, untuk menurunkan risiko infeksi[3,12]

Follow Up

Sesaat setelah selesai operasi, akan dilakukan pemeriksaan umum pada mata seperti tajam penglihatan, tekanan bola mata, dan pemeriksaan mata posterior. Bila tidak didapatkan komplikasi, maka pasien bisa pulang di hari yang sama. Namun, pertimbangkan rawat inap jika:

  • Ada nyeri mata yang hebat
  • Peningkatan tekanan intraokular
  • Perdarahan hebat selama dan pasca operasi
  • Tanda dan gejala mengarah ke infeksi atau peradangan hebat[2,3,13,14]

Pasien pasca prosedur operasi ablatio retina perlu dipantau pada hari ke-1, hari ke-7, bulan ke-1, dan bulan ke-3 pasca operasi. Selanjutnya, dapat dilakukan pemeriksaan setiap 6 bulan bila kondisi mata baik. Pemeriksaan untuk evaluasi meliputi visus, pemeriksaan mata anterior dengan lampu celah, pemeriksaan mata posterior dengan funduskopi, serta pemeriksaan tekanan bola mata.

Pada kondisi yang disertai komplikasi, bisa dilakukan pemeriksaan penunjang berupa USG atau funduskopi untuk memantau progresivitas perbaikan atau perburukan kondisi pasien.[3,9,13,14]

Referensi

1. Schaal S, Sherman MP, Barr CC, Kaplan HJ. Primary retinal detachment repair: comparison of 1-year outcomes of four surgical techniques. Retina. 2011;31(8):1500–1504.
2. Hwang JC. Regional practice patterns for retinal detachment repair in the United States. Am J Ophthalmol. 2012;153(6):1125–1128.
3. Saw SM, Gazzard G, Wagle AM, Lim J, Au Eong KG. An evidence-based analysis of surgical interventions for uncomplicated rhegmatogenous retinal detachment. Acta Ophthalmol Scand 2006;84:606-12.
4. Abouzeid H, Wolfensberger TJ. Macular recovery after retinal detachment. Acta Ophthalmol Scand 2006;84:597-605.
5. Ryan EH, Mittra RA. Scleral buckling vs vitrectomy: the continued role for scleral buckling in the vitrectomy era. Arch Ophthalmol. 2010;128(9):1202–1205.
6. Koh TH, Choi MJ, Cho SW, Lee TG, Lee JH. Scleral Buckling and Primary Vitrectomy in Simple Rhegmatogenous Retinal Detachment. J Korean Ophthalmol Soc. 2010;51(3):366–371.
7. Goldman DR, Shah CP, Heier JS. Expanded criteria for pneumatic retinopexy and potential cost savings. Ophthalmology. 2014;121(1):318–326.
8. Tan CS, Wee K, Zaw MD, Lim TH. Anterior chamber gas bubble following pneumatic retinopexy in a young, phakic patient. Clin Exp Ophthalmol. 2011;39(3):276–277.
9. Philippakis E, Couturier A, Gaucher D, Gualino V, Massin P, Gaudric A, Tadayoni R. Posterior vitreous detachment in highly myopic eyes undergoing vitrectomy. Retina. 2016;36(6):1070–1075.
10. Lee SJ, Kwon HJ, Park KY, Park SW, Byon IS, Lee JE. Prognostic factors of anatomical success in microincisional vitrectomy for rhegmatogenous retinal detachment. J Korean Ophthalmol Soc. 2016;57(10):1613–1618
11. Kobashi H, Takano M, Yanagita T, Shiratani T, Wang G, Hoshi K, Shimizu K. Scleral buckling and pars plana vitrectomy for rhegmatogenous retinal detachment: an analysis of 542 eyes. Curr Eye Res. 2014;39(2):204–211.
12. Senad O. Scleral buckle. Medscape, 2017. https://emedicine.medscape.com/article/1844313-overview#showall
13. Patel CC. Pars Plana Vitrectomy. Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1844160-overview
14. Baker PS, Spirn MJ, Chiang A, Regillo CD, Ho AC, Vander JF, et al. 23-Gauge Transconjunctival Pars Plana Vitrectomy for Removal of Retained Lens Fragments. Am J Ophthalmol. 2011 Jul 2

Kontraindikasi Operasi Ablatio r...
Komplikasi Operasi Ablatio retina

Artikel Terkait

  • Red Flag Penglihatan Kabur
    Red Flag Penglihatan Kabur
  • Membedakan Penyebab Emergensi dan Nonemergensi dari Flashes dan Floaters
    Membedakan Penyebab Emergensi dan Nonemergensi dari Flashes dan Floaters
  • Point-of-Care Ultrasonography untuk Diagnosis Ablatio Retina
    Point-of-Care Ultrasonography untuk Diagnosis Ablatio Retina
  • Mata Buram Sebelah Secara Mendadak
    Mata Buram Sebelah Secara Mendadak
  • Manfaat Vitrektomi Dini untuk Perdarahan Vitreus
    Manfaat Vitrektomi Dini untuk Perdarahan Vitreus

Lebih Lanjut

Diskusi Terbaru
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas kemarin, 08:17
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Beyond Iron & Folic Acid: Peran Nutrien Lain dalam Kesehatan Ibu - Selasa, 8 Juli 2025, pk 13.30-15.00 WIB
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Segera daftar webinar terbaru Alomedika "Beyond Iron & Folic Acid: Peran Nutrien Lain dalam Kesehatan Ibu" melalui link berikut:...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 07:57
Dokter, Pastikan Terapi Pasien Tetap Berjalan Saat Liburan Panjang! 🌴📦
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
1 Balasan
ALO Dokter!Long weekend bukan halangan untuk menjaga kelangsungan terapi pasien! Lewat fitur MyPatient di aplikasi Alomedika, Anda bisa:✅ Memantau pasien...
Anonymous
Dibalas 11 jam yang lalu
Tatalaksana omfalitis pada neonatus usia 4 hari.
Oleh: Anonymous
2 Balasan
ALO Dokter, Saya memiliki pasien neonatus usia 4 hari, datang ke IGD, dg rujukan dari puskesmas setempat dikatakan infeksi umblikus.Ibu pasien tdk menyadari...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.