Regresi Plak Aterosklerosis: Mungkinkah?

Oleh :
dr. Hendra Gunawan SpPD-KKV

Semakin banyak literatur menunjukkan bahwa regresi plak aterosklerosis dapat dicapai dengan intervensi yang tepat. Pengendalian aterosklerosis tentunya akan bermanfaat dalam menurunkan risiko mortalitas dan morbiditas akibat atherosclerosis cardiovascular disease (ASCVD), termasuk di dalamnya infark miokard dan penyakit jantung koroner kronik.[1,2]

Patogenesis aterosklerosis bersifat multifaktorial, yang melibatkan interaksi dari gaya hidup, faktor metabolik, dan genetik. Salah satu faktor metabolik yang menjadi pusat dari ASCVD adalah dislipidemia. Bukti ilmiah telah secara konsisten menunjukkan bahwa hiperkolesterolemia berkaitan dengan progresivitas plak aterosklerosis. Di sisi lain, berbagai studi pada hewan melaporkan bahwa plak aterosklerosis dapat mengalami regresi dengan kendali kadar kolesterol secara ketat.[3,4]

Regresi Plak Aterosklerosis

Regresi Plak Aterosklerosis Bisa Terjadi

Beberapa studi hewan menunjukkan bahwa regresi plak aterosklerosis dapat dicapai dengan penurunan kadar kolesterol. Pada manusia, penelitian autopsi telah menunjukkan berkurangnya ateroma setelah periode kelaparan dan penyakit kronis, termasuk kanker. Regresi plak aterosklerosis ini telah dikaitkan dengan stabilisasi plak, perubahan komposisi plak, dan berkurangnya manifestasi klinis terkait aterosklerosis.[4-7]

Lebih lanjut, bukti terdahulu dari uji klinis REVERSAL, yang melakukan penurunan kadar kolesterol dengan atorvastatin, melaporkan adanya regresi plak aterosklerosis dan tidak didapatkannya progresi aterosklerosis pada pasien yang mendapat atorvastatin dalam dosis intensitas tinggi 40 mg. Berbagai bukti juga telah menunjukkan adanya regresi plak aterosklerosis bermakna pada individu yang mengalami penurunan kolesterol low-density lipoprotein (LDL) hingga di bawah 70 mg/dL.[4,8]

Efek ini diduga berkaitan dengan fakta bahwa kadar LDL yang rendah akan mengurangi jumlah lipid yang tersedia untuk diakumulasikan dalam dinding arteri, sehingga dapat mengurangi pembentukan plak aterosklerotik lebih lanjut. Selain itu, penurunan LDL juga menurunkan infiltrasi makrofag ke dalam plak, yang mengurangi peradangan dan stabilisasi plak yang rentan.[4-6]

Intervensi Klinis Untuk Menghasilkan Regresi Plak Aterosklerosis

Basis bukti yang ada menunjukkan bahwa regresi plak aterosklerosis dapat dicapai dengan pengendalian semua faktor risiko kardiovaskular utama, termasuk merokok, hipertensi, diabetes, dan dislipidemia. Penurunan kolesterol LDL secara agresif merupakan komponen penting karena studi menunjukkan bahwa semakin rendah kolesterol LDL semakin baik luaran klinis pasien.

Data yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa stabilisasi plak aterosklerotik dapat terjadi dalam waktu 30 hari setelah memulai terapi antilipidemik. Selain itu, tanda regresi awal dari plak aterosklerosis dapat dilihat dalam 1-2 tahun setelahnya. Penurunan kolesterol juga dilaporkan menyebabkan hilangnya kolesterol dari plak dan eliminasi sitokin inflamasi yang menyebabkan rentannya ruptur plak aterosklerosis.[2,8]

Modifikasi Diet

Penurunan lipid plasma melalui diet rendah lemak jenuh dan trans, serta peningkatan asupan buah, sayuran, biji-bijian, dan ikan, telah terbukti efektif menyebabkan regresi plak aterosklerosis. Contoh diet yang disarankan adalah diet Mediterania yang menunjukkan manfaat dalam mencegah kejadian kardiovaskular lebih lanjut.

Modifikasi diet dilakukan untuk menurunkan kolesterol LDL dan meningkatkan kolesterol HDL, yang diharapkan menghasilkan perbaikan atau perlambatan progresi aterosklerosis.[4-6]

Program Berhenti Merokok

Penghentian merokok juga secara signifikan dapat mengurangi beban aterosklerosis. Studi menunjukkan bahwa merokok terkait dengan peningkatan beban plak aterosklerosis dan peningkatan jaringan fibrotik serta jaringan fibrofatty di plak koroner. Menghentikan kebiasaan merokok berhubungan dengan penurunan bertahap dalam indeks beban aterosklerosis.[4-6]

Modifikasi Aktivitas Fisik

Selanjutnya, terdapat meta analisis yang menunjukkan bahwa aktivitas intensitas sedang 150 menit/minggu dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 14%. Aktivitas fisik memperbaiki faktor metabolik, mengurangi stres oksidatif, dan meningkatkan fungsi endotel. Latihan fisik juga meningkatkan kadar HDL dan mengurangi trigliserida serta apolipoprotein B.[4-6]

Farmakoterapi

Intervensi farmakoterapi untuk regresi plak aterosklerosis terutama melibatkan penggunaan obat penurun lipid. Meta analisis dari 8 uji klinis (n=919) menunjukkan bahwa terapi statin secara signifikan mengurangi volume ateroma koroner dibandingkan dengan plasebo. Mayoritas uji klinis yang dianalisis menggunakan atorvastatin dengan durasi studi antara 6-18 bulan.

Selain statin, inhibitor PCSK9 juga menunjukkan efek yang signifikan pada regresi plak aterosklerosis. Sebuah uji klinis dengan 202 pasien menggunakan intravascular ultrasound (IVUS) untuk menilai efek kombinasi atorvastatin dan ezetimibe dibandingkan atorvastatin saja. Hasilnya menunjukkan regresi plak yang lebih besar dengan kombinasi atorvastatin dan ezetimibe, serta penurunan LDL yang lebih besar.[4-6]

Kesimpulan

Plak aterosklerosis yang sudah terlanjur terbentuk di dinding pembuluh darah tidaklah bersifat permanen. Plak aterosklerosis ini bisa mengalami regresi sebagaimana telah ditunjukkan oleh berbagai studi pada hewan dan manusia. Faktor kunci untuk menghasilkan regresi plak aterosklerosis adalah dengan menurunkan kadar lipid plasma.

Berbagai basis bukti ilmiah yang tersedia menunjukkan bahwa intervensi gaya hidup dan farmakoterapi yang berkaitan dengan penurunan kadar lipid plasma, terutama kolesterol LDL, dapat menghasilkan regresi plak aterosklerosis. Diet rendah lemak jenuh dan trans, berhenti merokok, serta aktivitas fisik intensitas sedan 150 menit/minggu telah dilaporkan efektif dalam menghasilkan regresi plak aterosklerosis. Selain itu, penggunaan obat golongan statin dengan atau tanpa dikombinasikan bersama inhibitor PCSK9 juga dilaporkan efektif menghasilkan regresi plak aterosklerosis.

Regresi plak aterosklerosis akan menurunkan risiko mortalitas dan morbiditas terkait atherosclerosis cardiovascular disease (ASCVD). Ini termasuk penyakit jantung koroner, sindrom koroner akut, serta infark miokard.

Referensi