Perawatan Telehealth vs Perawatan Berbasis Klinik untuk Hipertensi Tidak Terkontrol – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Sofie A. Mandasari

Comparing Pharmacist-Led Telehealth Care and Clinic-Based Care for Uncontrolled High Blood Pressure: The Hyperlink 3 Pragmatic Cluster-Randomized Trial

Margolis KL, Bergdall AR, Crain AL, JaKa MM, Anderson JP, Solberg LI, et al. Comparing pharmacist-led Telehealth Care and clinic-based care for uncontrolled high blood pressure: The hyperlink 3 pragmatic cluster-randomized trial. Hypertension. 2022;79(12):2708–20. DOI: 10.1001/jamanetworkopen.2022.10462

berkelas

Abstrak

Latar Belakang: Pendekatan tim merupakan salah satu cara paling efektif untuk menurunkan tekanan darah (TD) pada pasien dengan hipertensi tidak terkontrol, tetapi belum ada penelitian yang membandingkan model perawatan berbasis tim yang berbeda secara langsung.

Metode: Uji coba acak terkontrol klaster yang pragmatik membandingkan 2 intervensi pada pasien dewasa dengan hipertensi sedang hingga berat (TD ≥150/95 mmHg): (1) perawatan berbasis klinik dengan best practices dan kunjungan tatap muka dengan dokter dan asisten medis; dan (2) perawatan telehealth menggunakan best practices dan menambahkan telemonitoring TD di rumah dengan perawatan di rumah yang dikoordinasikan oleh apoteker klinis atau perawat praktisi. Luaran primer yang dinilai adalah perubahan tekanan darah sistolik selama 12 bulan. Luaran sekunder adalah perubahan dalam hasil yang dilaporkan oleh pasien selama 6 bulan.

Hasil: Peserta (N = 3071 di 21 klinik perawatan primer) rata-rata berusia 60 tahun, 47% laki-laki, dan 19% orang kulit hitam. Follow-up sesuai protokol dalam 6 minggu adalah 32% dalam perawatan berbasis klinik dan 27% dalam perawatan telehealth.

Tekanan darah menurun secara signifikan selama 12 bulan follow-up pada kedua kelompok, dari 157/92 menjadi 139/82 mmHg pada pasien perawatan berbasis klinik; dan 157/91 menjadi 139/81 mmHg pada pasien perawatan telehealth, tanpa perbedaan signifikan dalam perubahan tekanan darah sistolik antara kelompok. Pasien perawatan telehealth secara signifikan lebih mungkin daripada pasien perawatan berbasis klinik untuk melaporkan pengukuran TD di rumah yang sering, menilai perawatan TD mereka tinggi, dan melaporkan bahwa kunjungan perawatan TD lebih nyaman.

Kesimpulan: Perawatan telehealth yang mencakup perawatan tim yang diperluas merupakan alternatif yang efektif dan aman untuk perawatan berbasis klinik untuk meningkatkan patient-centered care pada hipertensi.

TelehealthvsKlinik

Ulasan Alomedika

Hipertensi merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskular dan berkontribusi terhadap berbagai penyebab mortalitas. Meski demikian, hipertensi merupakan faktor risiko mortalitas yang dapat dimodifikasi. Uji klinis ini membandingkan efikasi perawatan telehealth yang dipimpin oleh apoteker dengan perawatan berbasis klinik untuk mengelola hipertensi yang tidak terkontrol.

Ulasan Metode Penelitian

Studi ini melibatkan 3071 pasien dengan tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dari 21 klinik perawatan primer di seluruh Amerika Serikat. Ukuran sampel cukup besar untuk uji klinis, dan populasi pasien beragam, termasuk pasien dengan komorbiditas seperti diabetes dan penyakit ginjal kronis. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu pasien yang (1) sedang hamil, (2) memiliki penyakit gagal ginjal kronis stadium 5, (3) dalam perawatan hospice atau (4) tinggal di rumah jompo.

Intervensi melibatkan perawatan telehealth yang dipimpin oleh apoteker dan perawatan berbasis klinik untuk pasien dengan tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Perawatan telehealth yang dipimpin oleh apoteker melibatkan konsultasi video atau telepon dengan apoteker yang memberikan manajemen obat dan konseling gaya hidup.

Ulasan Hasil Penelitian

Studi ini menemukan bahwa pasien pada kedua kelompok memiliki penurunan tekanan darah yang signifikan pada kedua kelompok dari baseline selama 12 bulan follow-up, tanpa perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok dalam perubahan tekanan darah sistolik.

Meski demikian, ditemukan terdapat perbedaan yang signifikan dalam perubahan tekanan darah sistolik setelah 12 bulan dalam perbandingan perawatan telehealth dengan perawatan berbasis klinik berdasarkan jumlah kelas obat. Pasien dengan 0 hingga 2 kelas obat memiliki penurunan tekanan darah sistolik yang lebih tinggi dalam perawatan telehealth dibandingkan perawatan berbasis klinik. Sementara itu, pasien yang memiliki 3 hingga 6 kelas obat memiliki penurunan tekanan darah sistolik lebih tinggi dalam perawatan berbasis klinik dibandingkan dengan perawatan telehealth.

Studi ini juga menemukan bahwa pasien pada kelompok telehealth lebih puas dengan perawatan mereka karena kenyamanan terkait dengan tidak perlunya kunjungan ke klinik. Pada kelompok telehealth juga ditemukan 55% pasien lebih mungkin untuk melaporkan pemantauan tekanan darah mandiri yang lebih sering, dan 68% lebih mungkin untuk melaporkan perubahan yang dilakukan pada obat-obatan berdasarkan tekanan darah di rumah.

Kelebihan Penelitian

Studi ini dilakukan sebagai uji klinis pragmatis, yang berarti bahwa dilakukan di lingkungan dunia nyata dengan sedikit intervensi dari peneliti. Pendekatan ini meningkatkan generalisabilitas hasil dan meningkatkan validitas eksternal studi. Ukuran sampel cukup besar dan studi sudah memiliki daya untuk mendeteksi perbedaan yang signifikan dalam penurunan tekanan darah antara kedua kelompok.

Penulis menggunakan desain acak klaster yang membantu meminimalkan kontaminasi antara kedua kelompok dan mengendalikan faktor perancu potensial. Intervensi yang dideskripsikan dengan baik, melibatkan perawatan telehealth oleh apoteker dan perawatan klinik untuk hipertensi yang tidak terkendali dideskripsikan dengan baik dan dapat direplikasi.

Luaran primer perubahan tekanan darah sistolik dari baseline hingga 6 bulan dan luaran sekunder yang dievaluasi mencakup perubahan tekanan darah diastolik, intensifikasi pengobatan, dan kepuasan pasien, adalah hasil yang bermanfaat secara klinis.

Limitasi Penelitian

Studi ini tidak melakukan penyamaran, yang berarti bahwa baik pasien maupun penyedia layanan kesehatan mengetahui kelompok mana yang mereka ikuti. Hal ini dapat menimbulkan  bias dan mempengaruhi hasil.

Studi dilakukan di Amerika Serikat dan hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisir atau diaplikasikan ke negara atau sistem kesehatan lain.

Terdapat potensi bias seleksi. Pasien yang bersedia berpartisipasi dalam studi mungkin lebih termotivasi untuk mengendalikan tekanan darah tinggi mereka daripada mereka yang menolak untuk berpartisipasi.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Kesimpulan pada penelitian ini ditemukan bahwa perawatan telehealth yang mencakup perawatan tim merupakan alternatif yang efektif dan aman dari perawatan berbasis klinik untuk meningkatkan kontrol tekanan darah pada pasien dengan hipertensi tidak terkontrol. Hasil ini bermanfaat untuk diterapkan di Indonesia yang memiliki angka kejadian hipertensi yang tinggi.

Penggunaan telehealth adalah cara yang aman dan efektif untuk mengelola hipertensi dan juga dapat mengatasi kendala geografis, kurangnya akses kesehatan, dan lebih hemat biaya di Indonesia.

Referensi