Pendahuluan Abses Peritonsilar
Abses peritonsilar adalah infeksi bakteri yang mengakibatkan pembentukan pus atau nanah di area peritonsilar yakni antara kapsul tonsil dengan otot konstriktor faring superior. Abses peritonsilar merupakan abses yang paling sering ditemukan pada area kepala leher.
Abses peritonsilar terjadi ketika ada penyebaran infeksi ke ruang peritonsilar akibat obstruksi dan disfungsi aliran limfatik lokal. Peradangan menyebabkan akumulasi pus, membentuk kavitas berisi nanah. Proses ini dipicu oleh flora orofaring patogen, seringkali kombinasi bakteri aerob dan anaerob, yang memicu respons inflamasi progresif hingga terbentuk abses terlokalisir.
Gejala yang dapat ditemukan adalah nyeri tenggorokan unilateral, odinofagia, disfagia, otalgia ipsilateral, trismus, perubahan suara, dan demam. Pada pemeriksaan fisik, tanda klinis yang tampak adalah pembengkakan di area peritonsilar, tonsil terdorong ke arah medial dan inferior, dapat ditemukan eksudat di sekitar tonsil, deviasi uvula ke arah kontralateral, pembengkakan pada palatum mole, serta limfadenopati jugulodigastrik.
Diagnosis abses peritonsilar dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang pencitraan tidak umum dikerjakan, kecuali ada kecurigaan perluasan abses ke arah servikal atau retrofaringeal, atau pada anak-anak dan pasien yang tidak kooperatif. Penatalaksanaan abses peritonsilar umumnya adalah kombinasi pemberian antibiotik dan insisi drainase.[1-3]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha
