Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial general_alomedika 2022-10-12T14:35:53+07:00 2022-10-12T14:35:53+07:00
Pneumonia Nosokomial
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial

Oleh :
dr. Vania Azalia Gunawan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan pneumonia nosokomial atau hospital-acquired pneumonia (HAP)  terdiri dari terapi awal dengan antibiotik empiris, terapi lanjutan dengan antibiotik definitif, dan de-eskalasi. Antibiotik empiris harus segera diberikan, terutama pada pasien dengan tanda syok septik atau disfungsi organ progresif cepat. Sedangkan antibiotik definitif diberikan setelah ada hasil kultur sputum atau darah.[1,5,6]

Terapi Awal dengan Antibiotik Empiris

Pemilihan antibiotik empiris yang tepat menentukan mortalitas pneumonia nosokomial. Terdapat beberapa pedoman dalam pemilihan antibiotik empiris, yang pada dasarnya disesuaikan dengan faktor penyebaran patogen dan tingkat sensitivitasnya, faktor risiko pasien, dan faktor risiko lingkungan.[2,6]

Faktor Penyebaran Patogen

Faktor penyebaran patogen berasal dari data antibiogram atau peta mikrobiologis lokal masing-masing rumah sakit. Sebaiknya rumah sakit secara rutin melakukan pencatatan berdasarkan hasil pemeriksaan kultur pasien infeksi nosokomial, termasuk pasien pneumonia nosokomial serta ventilator-associated pneumonia (VAP).[5]

Faktor Risiko Pasien

Faktor risiko pasien di antaranya durasi rawat inap, durasi ventilasi mekanik, riwayat penggunaan antibiotik sebelumnya, riwayat kultur sebelumnya, dan kondisi imunodefisiensi. Pasien dengan faktor risiko rendah umumnya memerlukan terapi empiris spektrum sempit, sedangkan pasien dengan faktor risiko tinggi memerlukan antibiotik spektrum lebih luas bahkan kombinasi beberapa antibiotik.[2,6]

Risiko tinggi pada pasien meliputi syok sepsis, riwayat MDR (multi drug resistant), dan penggunaan antibiotik sebelumnya terutama antibiotik intravena dalam 90 hari terakhir. Selain itu, durasi dirawat lebih dari 5 hari terutama di unit intensif dan pasien menggunakan ventilator.[2,3,5,6]

Pilihan Antibiotik Empiris untuk Pasien Nonventilator

Antibiotik untuk pasien dengan dugaan pneumonia nosokomial harus memiliki aktivitas terhadap Staphylococcus aureus. Dasar pemilihan antibiotik empiris juga berdasarkan faktor risiko MRSA atau risiko mortalitas tinggi. Rekomendasi antibiotik empiris untuk pneumonia nosokomial nonventilator terdiri dari kelompok A, B, dan C.[5]

Tabel 1. Pilihan Antibiotik Empiris untuk Pasien Nonventilator

Picture1pneu

Pada kelompok B dan C, jika kombinasi dua antibiotik maka dipilih yang memiliki aktivitas terhadap P. aeruginosa, serta hindari penggunaan dua golongan β-lactam. Pilihan antibiotik kombinasi di antaranya:

  • Vancomycin: dosis 15 mg/kg IV setiap 6‒12 jam, dengan target 15‒20 mg/mL through level, dan dapat dipertimbangkan pemberian loading dose 25‒30 mg/kg sekali untuk pneumonia nosokomial derajat berat

  • Linezolid: dosis 600 mg setiap 12 jam[5]

Untuk kelompok C, bila antibiotik dengan aktivitas MRSA tidak digunakan maka antibiotik yang sensitif terhadap S.aureus wajib diberikan, seperti piperacillin tazobactam, cefepime, levofloxacin, imipenem, dan meropenem. Bila obat-obatan tersebut tidak didapatkan, maka oxacillin, nafcillin, dan cefazolin dapat dipertimbangkan.[5]

Adanya kelainan struktural penyakit paru, seperti bronkiektasis atau cystic fibrosis, dapat meningkatkan risiko infeksi terhadap gram negatif, dengan predominan bakteri basil gram negatif. Pada kondisi tersebut, pemberian dual antibiotik dengan aktivitas antipseudomonas direkomendasikan, baik untuk pneumonia nosokomial maupun ventilator-associated pneumonia (VAP).[5,6]

Sebuah studi cohort di Eropa menegaskan pentingnya perhatian khusus pada pasien dengan imunodefisiensi, cystic fibrosis, empyema/abses paru, kavitasi, atau necrotizing pneumonia. Rekomendasi terapi mungkin memerlukan perubahan sesuai kondisi dari pasien. Penggunaan antibiotik anaerob akibat aspirasi bukan merupakan hal mutlak. Pada 48 jam pertama setelah masuk rumah sakit, kolonisasi orofaring dan selang endotrakeal didominasi oleh flora nosokomial gram negatif.[5,6]

Terapi Lanjutan dengan Antibiotik Definitif

Setelah pemberian terapi antibiotik empiris, evaluasi dilakukan untuk mengetahui respons terapi dan menentukan tata laksana lanjutan. Terapi antibiotik lanjutan sebagai berikut:

  • Bila hasil kultur telah mengidentifikasi patogen kausatif, maka pemberian antibiotik dipersempit sesuai hasil dari sensitivitas patogen
  • Bila pasien telah mengalami perbaikan klinis dan tidak teridentifikasi patogen pada hasil kultur, maka antibiotik empiris dengan aktivitas terhadap aureus, MDR, dan basil gram negatif dapat dihentikan dalam 48‒72 jam
  • Bila pasien tidak membaik dalam 72 jam setelah diberikan antibiotik empiris, maka perlu evaluasi adanya komplikasi yang menyertai, infeksi di tempat lain, atau diagnosis alternatif. Pemeriksaan kultur tambahan dan penambahan antibiotik terhadap bakteri resisten perlu dipertimbangkan[5]

Durasi pemberian antibiotik untuk pneumonia nosokomial pada umumnya selama 7 hari untuk mencegah resistensi. Durasi yang lebih lama mungkin diperlukan pada penyakit derajat berat, bakteremia, respons lambat terhadap terapi, imunodefisiensi, dan terdapat komplikasi seperti abses paru. Pasien yang terinfeksi P. aeruginosa membutuhkan terapi sekitar 14‒21 hari.[5,6]

De-eskalasi Terapi Antibiotik

De-eskalasi terapi diperlukan terutama pada pasien yang mendapatkan antibiotik lebih dari 7 hari. De-eskalasi sangat penting untuk mengurangi penggunaan antibiotik yang berlebihan dan potensi efek samping. De-eskalasi harus sudah dipertimbangkan sejak 48‒72 jam terapi empiris, dan harus berdasarkan hasil kultur dan respons klinis pasien terhadap pengobatan.[2,6]

De-eskalasi terapi dapat dilakukan dengan segera mengganti antibiotik ke spektrum yang lebih sempit, mengeliminasi antibiotik yang tidak diperlukan, dan perubahan antibiotik ke sediaan oral. Perubahan terapi dari intravena ke oral dapat dipertimbangkan bila hemodinamik stabil, tidak lagi memerlukan terapi oksigen, dan pasien mampu mentoleransi intake secara oral.[2,8]

Referensi

1. Shebl E & Gulick PG. Nosocomial Pneumonia. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535441/
2. Shetty K. Hospital-Acquired Pneumonia (Nosocomial Pneumonia) and Ventilator-Associated Pneumonia. Medscape, 2021. https://emedicine.medscape.com/article/234753
3. Kieninger AN, Lipsett PA. Hospital-acquired pneumonia: pathophysiology, diagnosis, and treatment. Surg Clin North Am. 2009 Apr;89(2):439-61, ix. doi: 10.1016/j.suc.2008.11.001. PMID: 19281893.
5. Kalil AC, Metersky ML, Klompas M, et al. Management of Adults with Hospital-acquired and Ventilator-associated Pneumonia: 2016 Clinical Practice Guidelines by the Infectious Diseases Society of America and the American Thoracic Society. Clinical Infectious Diseases. 2016. 63(5):e61-111.
6. Kelly DN & Martin-Loeches I. Comparing current US and European guidelines for nosocomial pneumonia. Curr Opin Pulm Med. 2019 May. 25(3):263-270.
8. Chastre J. 2016. Diagnosis and management of nosocomial pneumonia. In: Oxford Textbook of Critical Care 2nd ed. United Kingdom: Oxford University Press. https://oxfordmedicine.com/view/10.1093/med/9780199600830.001.0001/med-9780199600830-chapter-117

Diagnosis Pneumonia Nosokomial
Prognosis Pneumonia Nosokomial

Artikel Terkait

  • Dexamethasone untuk Mempercepat Waktu Pemulihan Pasien Anak dengan Pneumonia Komunitas
    Dexamethasone untuk Mempercepat Waktu Pemulihan Pasien Anak dengan Pneumonia Komunitas
  • Kortikosteroid untuk Penanganan Pneumonia Komuniti
    Kortikosteroid untuk Penanganan Pneumonia Komuniti
  • Memahami Patogen Penyebab Hospital Acquired Pneumonia (HAP)
    Memahami Patogen Penyebab Hospital Acquired Pneumonia (HAP)
  • Melakukan De-eskalasi Antibiotik di Rumah Sakit
    Melakukan De-eskalasi Antibiotik di Rumah Sakit
  • Perlukah Pemberian Antibiotik untuk Pneumonia Ringan pada Anak
    Perlukah Pemberian Antibiotik untuk Pneumonia Ringan pada Anak

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
08 Desember 2022
Gambaran ground glass opacity - Radiologi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dokterIjin bertanya dok, apakah gambaran ground glass opacity selalu menggambarkan pneumonia viral?Terimakasih dokter
Anonymous
19 Oktober 2022
Apakah obat levofloxacin untuk pneumonia anak bisa efektif dikonsumsi dalam bentuk puyer?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok saya mau bertanya. obat levofloxacin untuk pneumonia anak-anak apakah efektif untuk anak-anak dalam bentuk puyer? Atau lebih baik sirup saja?
dr. Intan Fajriani
18 April 2022
Live Webinar Alomedika - Vaksin Pneumokok pada Geriatri dan Kelompok Lain. Selasa, 19 April 2022. Pukul : 14.00 - 15.30.
Oleh: dr. Intan Fajriani
1 Balasan
ALO, Dokter!Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Vaksin Pneumokok pada Geriatri dan Kelompok Lain."Narasumber :Dr. dr. Raveinal, Sp. PD, K-AI - Vaksin...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.