Diagnosis Atelektasis
Diagnosis atelektasis bisa ditegakkan secara klinis pada pasien yang memiliki faktor risiko. Jika diperlukan, modalitas pencitraan seperti rontgen thorax, CT scan dada, dan USG dada bisa dilakukan.[6]
Anamnesis
Atelektasis bisa asimptomatik dan ditemukan tanpa sengaja melalui pemeriksaan foto thorax. Tetapi ada juga pasien yang menunjukkan gejala dyspnea, hipoksia, dan batuk berdahak. Faktor risiko yang dimiliki pasien perlu digali, seperti adanya penyakit paru, obesitas, kehamilan, riwayat anestesi umum dalam waktu dekat, ataupun riwayat pembedahan thorax dan abdomen.[2,6,7]
Beratnya gejala klinis ditentukan oleh kecepatan terjadinya oklusi bronkus, luasnya area paru yang terkena, dan adanya infeksi penyerta. Oklusi bronkus yang berlangsung mendadak dengan area atelektasis yang luas dapat menyebabkan nyeri dada di sisi yang terkena dan dyspnea mendadak.[2]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik atelektasis dapat ditemukan takipnea. Pemeriksaan saturasi oksigen dapat membantu menilai keparahan atelektasis dan disfungsi paru. Dapat dijumpai sianosis, hipotensi, takikardia, hingga gejala syok pada kasus yang lebih berat.[2,7]
Pada inspeksi, dapat dijumpai kurangnya ekspansi dinding dada saat inspirasi di sisi paru yang terkena. Auskultasi paru dapat menunjukkan suara napas yang menurun atau menghilang dan crackles, sedangkan pada perkusi dapat ditemukan dullness di area lobus yang terkena.[2,5-7]
Diagnosis Banding
Beberapa kondisi dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan atelektasis, seperti pneumothorax dan efusi pleura.
Pneumothorax
Pneumothorax adalah adanya udara di rongga pleura yang dapat mengganggu oksigenasi dan ventilasi. Pneumothorax dapat menekan paru ipsilateral, dan pneumothorax signifikan dapat menyebabkan pergeseran mediastinum hingga mengganggu keseimbangan hemodinamik.[8]
Pasien dengan pneumothorax dapat mengeluhkan gejala menyerupai atelektasis, seperti sesak dan nyeri dada. Namun, pada pemeriksaan fisik ditemukan hipersonor pada sisi paru yang terkena, serta jantung dan mediastinum terdorong ke sisi kontralateral. Rontgen thorax dapat membantu menegakkan diagnosis.[2]
Efusi Pleura
Efusi pleura adalah kondisi terkumpulnya cairan di rongga pleura. Efusi pleura dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, mulai dari kelainan kardiopulmonal, inflamasi sistemik, hingga keganasan.[9]
Efusi pleura masif dapat menyebabkan gejala menyerupai atelektasis seperti dyspnea, sianosis, dan kelemahan. Pemeriksaan fisik paru menunjukkan dullness pada perkusi dan suara napas yang menghilang di sisi paru yang terkena. Namun, pada efusi pleura masif, jantung dan mediastinum terdorong ke sisi kontralateral, yang membedakannya dengan atelektasis. Rontgen thorax dapat membantu menegakkan diagnosis.[2,9]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis atelektasis dapat ditegakkan dengan bantuan berbagai modalitas pencitraan, termasuk di dalamnya rontgen thorax, CT scan dada, dan USG dada.
Rontgen Thorax
Umumnya atelektasis dapat terlihat di rontgen thorax jika ukurannya signifikan. Rontgen thorax akan menunjukkan garis horizontal atau platelike di area paru yang mengalami atelektasis, juga hilangnya volume paru dan pergeseran fisura lobus, mediastinum, atau diafragma ke arah unit paru yang terkena. Jaringan paru yang terkena umumnya tampak lebih opak.[6,7]
CT Scan Dada
CT scan dada merupakan baku emas untuk menilai atelektasis perioperatif. CT scan dada umumnya menunjukkan peningkatan densitas dan berkurangnya volume pada sisi paru yang terkena.[6,7,10]
Ultrasonografi
Meskipun baku emas pemeriksaan atelektasis perioperatif adalah CT scan, ultrasonografi lebih mudah dilakukan pada pasien perioperatif. USG memungkinkan untuk memeriksa kondisi paru-paru pasien beberapa kali di dalam ruang operasi, bahkan selama pembedahan berlangsung. Hasil pemeriksaan bisa menunjukkan air bronchogram dan konsolidasi.[7,10]
Bronkoskopi Fiberoptic
Bronkoskopi digunakan untuk menentukan letak kompresi pada atelektasis kompresi. Pada atelektasis obstruksi, bronkoskopi bisa digunakan untuk menentukan penyebab obstruksi, sekaligus mengambil benda asing yang menyebabkan obstruksi.[6,7]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk menentukan etiologi atelektasis, misalnya dengan melakukan analisis sputum pada pasien yang dicurigai tuberkulosis paru. Analisis gas darah (AGD) juga bisa dilakukan, serta akan menunjukkan hipoksemia dan alkalosis respiratorik.[6]