Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Etiologi Nightmare Disorder general_alomedika 2021-07-12T17:54:44+07:00 2021-07-12T17:54:44+07:00
Nightmare Disorder
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Nightmare Disorder

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Etiologi nightmare disorder belum diketahui secara pasti.  Namun, diketahui bahwa gangguan ini muncul pada periode tidur rapid eye movement (REM) [1]. Respons emosi terhadap peristiwa-peristiwa traumatik dapat tertekan akibat kegagalan fear extinction. Hal ini dapat menjadi penyebab nightmare disorder.

Faktor Risiko

Kebanyakan orang yang mengalami mimpi buruk tidak mempunyai gangguan psikiatri, tetapi mereka yang mempunyai kondisi psikiatri tertentu lebih rentan untuk mengalami mimpi buruk. Kondisi ini mencakup gangguan skizotipal, gangguan kepribadian ambang, gangguan kepribadian schizoid, dan schizophrenia.[1]

Mimpi buruk juga sering dialami oleh pasien-pasien dengan retardasi mental, depresi, gangguan cemas (khususnya pada remaja) dan penyakit sistem saraf pusat.[10]

Pada sebuah penelitian di Inggris, yang sebagian besar subjeknya adalah perempuan, ditemukan bahwa mimpi buruk berhubungan dengan kekhawatiran yang tinggi, depersonalisasi, pengalaman halusinasi, paranoia, dan durasi tidur.[10]

Hal lain yang bisa memicu timbulnya mimpi buruk adalah obat-obatan dan penyalahgunaan zat. Obat yang bisa memicu mimpi buruk adalah levodopa dan beta blockers, seperti atenolol dan bisoprolol. Mimpi buruk juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang menghambat tidur REM, yaitu golongan antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline; monoamine oxidase inhibitor (MAOI), seperti selegiline; selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti fluoxetine dan escitalopram; dan benzodiazepine, seperti diazepam dan alprazolam.

Penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan mimpi buruk.[1,6]

Faktor risiko lain yang bisa memicu gangguan ini adalah deprivasi tidur atau episode tidur yang terfragmentasi, jadwal tidur bangun yang ireguler, dan faktor genetik.[7]

Mimpi buruk juga sering ditemukan pada beberapa pasien dengan kondisi medis, termasuk penyakit jantung koroner, kanker, Parkinson, dan nyeri intensitas berat. Mimpi buruk juga bisa menyertai penanganan gangguan medis, misalnya pada pasien yang menjalani hemodialisis rutin atau putus zat akibat obat-obatan atau penyalahgunaan zat.[2,7]

Faktor Psikososial

Nightmare disorder sering ditemukan pada anak-anak yang mengalami stresor psikososial akut maupun kronis.[7] Mimpi buruk juga bisa dipicu oleh konflik dan stres psikologis pada siang hari. Mimpi buruk yang dipicu oleh peristiwa traumatik mengindikasikan adanya post-traumatic stress disorder (PTSD).[10]

Adanya kejadian traumatik juga bisa menginduksi mimpi buruk, baik segera maupun beberapa waktu setelahnya.  Mimpi buruk yang timbul bisa bertahan sampai bertahun-tahun, seperti yang terjadi pada pasien-pasien dengan PTSD.[1]

Referensi

1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, editors. Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. Tenth edition. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2017.
2. van Schagen A, Lancee J, Swart M, Spoormaker V, van den Bout J. Nightmare Disorder, Psychopathology Levels, and Coping in a Diverse Psychiatric Sample: Nightmares in a Psychiatric Population. J. Clin. Psychol. 2017;73:65–75.
6. WHO. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders. Geneva: World Health Organization; 2007.
7. APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington VA: American Psychiatric Publishing; 2013.
10. Neuspiel DR. Nightmare Disorder Clinical Presentation: History, Physical, Causes. 2018. [cited 2020 Dec 22].

Patofisiologi Nightmare Disorder
Epidemiologi Nightmare Disorder
Diskusi Terbaru
ayu nasiroh
Hari ini, 07:23
Metode sirkumsisi terbaik
Oleh: ayu nasiroh
2 Balasan
Alo dokter. Ijin bertanya, apakah metode yg terbaik untuk sirkumsisi? Mengingat semakin banyak metode2 yang berkembang saat ini. Ada cauter, laser, stapler...
dr. Monda Darma
Kemarin, 18:46
Pemberian Ketorolac pada kasus gastritis akut
Oleh: dr. Monda Darma
2 Balasan
Saya sering menjumpai pasien di praktek, pasien dg gastritis akut dan mengeluh nyeri ulu hati yg hebat, apakah bisa diberikan inj. Ketorolac IM tindakan...
dr. Hudiyati Agustini
Kemarin, 16:45
Benzoil Peroksida Topikal untuk Terapi Acne - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter! Benzoil peroksida topikal sering digunakan sebagai lini utama terapi acne. Berbagai penelitian mengenai benzoil peroksida terus berkembang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.