Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Prognosis Gangguan Obsesif Kompulsif general_alomedika 2022-02-04T17:17:45+07:00 2022-02-04T17:17:45+07:00
Gangguan Obsesif Kompulsif
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Prognosis Gangguan Obsesif Kompulsif

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Prognosis gangguan obsesif kompulsif menunjukkan bahwa umumnya gangguan ini akan berlangsung kronik. Bahkan, tanpa intervensi kondisi ini dapat berlangsung sampai puluhan tahun. [2,12] Terdapat bukti epidemiologi yang menunjukkan bahwa umumnya pasien dengan gangguan obsesif kompulsif menunda sampai 11 tahun sebelum mencari pertolongan medis.[4]

Komplikasi

Gangguan obsesif kompulsif seringkali menimbulkan dampak psikososial. Gangguan atau distress yang timbul akibat gangguan obsesif kompulsif bisa menimbulkan masalah dalam hubungan keluarga dan hubungan interpersonal. Kompulsi juga sering menyebabkan ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, sehingga menimbulkan masalah di tempat kerja atau sekolah. Karena gejala-gejalanya yang menghabiskan banyak waktu, seringkali gangguan ini juga menimbulkan penurunan kualitas hidup signifikan dan ketidakmampuan untuk berfungsi optimal dalam kehidupan sehari-hari.[2,5]

Dalam perjalanannya, seringkali pasien dengan gangguan obsesif kompulsif mempunyai pikiran-pikiran bunuh diri atau gejala-gejala gangguan mental lain. Gangguan psikiatri komorbid yang paling banyak ditemukan adalah gangguan cemas, termasuk gangguan panik, fobia sosial, fobia spesifik, dan gangguan stress pasca trauma (PTSD). [2,5] Gangguan obsesif kompulsif pada anak-anak juga meningkatkan risiko timbulnya attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan gangguan tic.[8]

Studi telah menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara gangguan obsesif kompulsif dengan pemikiran dan perilaku bunuh diri. Oleh karenanya, pendekatan terkait deteksi risiko bunuh diri perlu dilakukan. [14] Pasien dengan gangguan obsesif kompulsif juga dilaporkan memiliki kecenderungan untuk melakukan percobaan bunuh diri. [15] Riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya adalah prediktor kematian akibat bunuh diri. Risiko akan meningkat pada pasien dengan komorbiditas gangguan kepribadian atau penyalahgunaan zat.[16]

Beberapa jenis kompulsi bisa menimbulkan konsekuensi fisik yang signifikan. Misalnya pasien dengan obsesi kontaminasi kuman di tangan dan perilaku kompulsi berupa mencuci tangan berulang-ulang bisa mengalami dermatitis kontak di kedua tangannya.[1]

Prognosis

Adanya farmakoterapi dan psikoterapi spesifik yang dikembangkan untuk gangguan obsesif kompulsif membuat prognosis gangguan ini menjadi relatif baik. Gangguan obsesif kompulsif tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, namun tingkat gangguan terhadap fungsi bisa diminimalkan.[1]

Bila tidak ditangani, biasanya gangguan ini akan berlangsung kronik, seringkali terdapat episode-episode dimana gejala memburuk dan membaik, dan hanya sedikit yang mengalami deteriorasi. Angka remisi kurang dari 20% bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat. Awitan yang lebih awal berhubungan dengan angka remisi yang lebih rendah. Hal ini karena awitan yang lebih awal akan menghalangi kemampuan anak atau remaja untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam fungsi normal sehari-hari.[2,4]

Referensi

1. Stein DJ, Costa DLC, Lochner C, et al. Obsessive-compulsive disorder. Nat Rev Dis Primers. 2019;5(1):52. Published 2019 Aug 1. doi:10.1038/s41572-019-0102-3
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders, fifth edition (DSM-5). American Psychiatric Association, 2013. https://doi.org/10.1176/appi.books.9780890425596
4. Albert U, Dell’Osso B, Maina G. Towards Italian guidelines for the pharmacological treatment of Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) in adults: a preliminary draft. Evidence based Psychiatric Care 2019;5:21–9. https://www.evidence-based-psychiatric-care.org/wp-content/uploads/2019/06/04_Albert.pdf
5. Fenske JN, Petersen K. Obsessive-Compulsive Disorder: Diagnosis and Management. American Family Physician 2015;92:8. https://www.aafp.org/afp/2015/1115/p896.html
8. Sarvet B. Childhood Obsessive-Compulsive Disorder. Pediatrics in Review 2013;34:12. https://pedsinreview.aappublications.org/content/pedsinreview/34/1/19.full-text.pdf
16. Fernández de la Cruz L, Rydell M, Runeson B, et al. Suicide in obsessive-compulsive disorder: a population-based study of 36 788 Swedish patients. Mol Psychiatry. 2017;22(11):1626-1632. doi:10.1038/mp.2016.115

Penatalaksanaan Gangguan Obsesif...
Edukasi dan Promosi Kesehatan Ga...
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 10:54
Apakah gejala dibawah tersebut sudah bisa di diagnosis HFMD ( Hand foot and Mouth Disease)?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien anak umur 4 tahun / perempuan. Dengan gejala Bercak kemerahan di telapak tangan, kaki, dan betis namun tidak ada kemerahan dibagian mulut, gejala...
dr. Intan Fajriani
Hari ini, 10:51
Live Webinar Alomedika - Defisiensi Zat Besi: Kenali Faktor Risiko dan Strategi Pencegahannya pada Anak. Sabtu, 2 Juli 2022. Pukul : 14.00 - 15.30
Oleh: dr. Intan Fajriani
1 Balasan
ALO, Dokter! Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Defisiensi Zat Besi: Kenali Faktor Risiko dan Strategi Pencegahannya pada Anak."Narasumber : dr....
dr.Prionoto
Hari ini, 07:54
Sertifikat kompetensi
Oleh: dr.Prionoto
2 Balasan
Alo dokter, mau Tanya tentang serkom, sy blm dapat lembaranya... Bgm cara mendapatkannya... Klo tdk salah pernah sdh terbit tapi dokumennya blm dikirim ke...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.