Etiologi Toxoplasmosis
Etiologi toxoplasmosis adalah protozoa Toxoplasma gondii yang merupakan parasit obligat intrasel yang memanfaatkan hewan berdarah panas sebagai inangnya. T. gondii yang menginfeksi inang utamanya, seperti kucing, berbeda siklus hidupnya dengan T. gondii yang menginfeksi manusia. Bradizoit dan takizoit penting untuk diketahui berkaitan dengan pengobatannya.[13]
Siklus Hidup
Bradizoit yang ditelan oleh kucing kemudian memasuki tahap siklus seksual pada saluran cerna kucing, dimana pada akhirnya akan menghasilkan oosit yang mengandung sporozoit dan keluar melalui feses. Oosit umumnya membutuhkan 1 – 5 hari untuk melakukan sporulasi dan bersifat infektif.
Oosit yang berada di alam (contoh: feses kucing atau air yang tercemar) kemudian masuk ke tubuh manusia melalui rute oral, dan menjadi takizoit yang kemudian dapat menyerang jaringan saraf dan otot serta dapat menjadi kista bradizoit pada jaringan. Parasit ini juga dapat menular melalui transfusi darah, transplantasi organ dan transplasental.[13,14]
Faktor Risiko
Penyebaran toxoplasmosis terjadi melalui dua jalur, yaitu secara horizontal dan vertikal (transmisi ibu hamil dengan janinnya). Faktor risiko dari infeksi toksoplasma yang ditularkan secara horizontal antara lain:
- Konsumsi makanan yang tidak matang dan/atau terkontaminasi, contoh: daging babi, daging sapi, daging ayam dan makanan laut seperti golongan kerang-kerangan
- Konsumsi air yang terkontaminasi dan susu yang tidak melewati proses pasteurisasi
- Pekerjaan yang berhubungan dengan daging mentah
- Kontak dengan kucing, khususnya feses dari kucing.[15]
Penelitian di beberapa daerah di Jawa Tengah, Indonesia, menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal di dataran rendah memiliki risiko untuk terjangkit toxoplasmosis lebih tinggi dibandingkan penduduk yang tinggal di dataran tinggi. Hal ini kemungkinan karena adanya oosit yang terbawa dari dataran tinggi ke dataran rendah pada saat musim hujan ataupun oleh arus sungai. Kemungkinan kedua adalah karena rendahnya populasi kucing di dataran tinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa kepadatan populasi kucing di wilayah tinggal merupakan faktor risiko terjadinya toxoplasmosis.[16]