Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Toxoplasmosis general_alomedika 2022-11-30T16:19:52+07:00 2022-11-30T16:19:52+07:00
Toxoplasmosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Toxoplasmosis

Oleh :
dr. Nathania S. Sutisna
Share To Social Media:

Patofisiologi toxoplasmosis pada populasi imunokompeten bersifat asimtomatik akibat adanya proteksi dari sistem imun. Pada bayi dan pasien imunokompromais, toxoplasmosis akan menyebabkan terjadinya abses dan inflamasi dari jaringan lokal. Hal ini menyebabkan terjadinya komplikasi dan gejala toxoplasmosis, baik toxoplasmosis kongenital, toxoplasmosis okular, maupun toxoplasmosis serebral.

Transmisi

Toksoplasma masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk oosit (stadium infektif) dan di usus halus kemudian berubah menjadi bentuk takizoid yang kemudian dapat menginvasi berbagai jaringan tubuh, seperti otot, otak, hati, paru dan plasenta. T. gondii yang masuk ke dalam sel epitel usus kemudian bereplikasi. Penyebaran kuman T. gondii dalam tubuh manusia adalah melalui migrasi antar jaringan secara langsung ataupun melalui darah, serta “menumpang” pada leukosit atau dikenal juga dengan prinsip Kuda Trojan.[2]

Plasenta, otak dan mata merupakan target utama dari patogen pada toxoplasmosis di manusia. Hal ini diduga karena profil imunologis dari organ tersebut yang dapat menarik patogen.[3] Interleukin 1 (IL-1) kemungkinan besar berperan dalam proses migrasi leukosit dari pembuluh darah ke jaringan inflamasi. IL-1 ditemukan lebih banyak jumlahnya pada pasien dengan toxoplasmosis okular dibandingkan dengan toxoplasmosis tanpa gejala.[4]

Imunitas selular yang dimediasi oleh limfosit T, makrofag dan sitokin-sitokin spesifik lainnya dapat menekan infeksi dari T. gondii. Pada penderita imunokompromais, seperti HIV-AIDS, kelemahan sistem imun dapat membuat peningkatan patogenisitas dan severitas dari toxoplasmosis sebagai infeksi oportunis.[5]

Toxoplasmosis Kongenital

Ibu hamil yang mengalami toxoplasmosis primer saat kehamilannya dapat menularkan secara vertikal kepada janin. Frekuensi kejadian transmisi vertikal toxoplasmosis ini meningkat seiring bertambahnya usia gestasi yaitu 25% pada trimester pertama, 54% pada trimester kedua dan 65% pada trimester ketiga.

Tingkat keparahan dampak transmisi vertikal toksoplasma berbanding terbalik dengan usia kehamilan. Transmisi pada saat embriogenesis jarang terjadi, namun bila terjadi dapat memberikan dampak keparahan yang besar, sedangkan transmisi pada trimester ketiga sering membuat bayi lahir tanpa gejala, namun bila tidak ditatalaksana gejala akan timbul di kemudian hari.[6,7]

Toxoplasmosis kongenital memiliki manifestasi klinis yang beraneka ragam, termasuk dapat timbul tanpa gejala. Keterlibatan susunan saraf pusat adalah ciri dari infeksi toxoplasmosis kongenital. Infeksi yang dapat timbul antara lain korioretinitis, kalsifikasi intrakranial dan hidrosefalus. Ketiga hal ini dikenal dengan trias klasik dari toxoplasmosis kongenital.[6]

Toxoplasmosis Okular

Toxoplasmosis okular yang merupakan retinokondroiditis dapat timbul secara akuisata (didapat) dan reaktivasi dari toxoplasmosis kongenital. Toxoplasmosis yang menyerang retina ini merupakan penyebab tersering dari infeksi uveitis posterior. Mekanisme pasti terjadinya kerusakan retina pada toxoplasmosis okular masih belum diketahui. Respon imun diduga menjadi kunci dari patogenesis ini.[8]

Penelitian oleh  Zamora, et al menunjukkan bahwa kultur T. gondii pada bentuk takizoit menginvasi sel endotel dari retina manusia lebih banyak secara signifikan dibandingkan dengan sel endotel dari kulit. Sel endotel kulit diambil sebagai pembanding karena keduanya adalah mikrovaskular dan kulit hampir tidak pernah menjadi target infeksi klinis dari T. gondii.[9]

Adanya kesesuaian antara sel endotel vaskular retina dengan parasit dalam tingkat molekuler dan sitokin merupakan kemungkinan mengapa infeksi pada mata dapat terjadi. Reaktivasi dan infeksi dari parasit ini dapat terjadi pada orang dengan imunokompeten maupun imunokompromais.[10]

Takizoit dapat mencapai retina melalui migrasi dari otak melalui saraf optikus, monosit yang terinfeksi atau sel dendrit pada sawar darah retina, dan infeksi pada endotel retina.[9]

Parasit T. gondii yang menyerang pada mata akan membuat peradangan pada retina (retinitis) dan koroid (koroiditis). T. gondii dalam bentuk takizoit kemudian berubah menjadi bradizoit dan menghasilkan kista. Kista ini dapat bertahan inaktif dan apabila pecah, dapat terjadi reaktivasi dari retinitis.[10]

Pasien dengan korioretinitis pada kondisi imunokompromais biasanya disertai juga dengan toxoplasmosis yang menyerang sistem saraf pusat. Lesi yang timbul pada retina biasanya bersifat unilateral dan nekrotik. Pada pasien imunokompromais, lesi pada retina tampak berbatas jelas dan berwarna kuning-keabuabuan, sedangkan pada pasien imunokompeten lesi tampak lebih jelas batasnya.[11]

Toxoplasmosis Serebral

Infeksi serebral didapatkan dari 2 tempat masuknya patogen ke otak, yaitu sawar darah-otak atau secara tidak langsung melalui infeksi pleksus koroid ke liquor cerebrospinalis (LCS). Pada pasien AIDS dengan toxoplasmosis serebral akut, plexus koroid ditemukan terjadi infeksi, sehingga kemungkinan LCS juga terlibat dalam transmisi parasit ini.[2]

Pada kondisi CD4 di bawah 200 sel/mikroliter, terutama pada kondisi di bawah 50 sel/mikroliter, infeksi sistem saraf pusat oleh Toksoplasma sering ditemukan.[5]

Infeksi akuisata yang akut pada manusia imunokompeten secara umum bersifat asimtomatik, self-limiting dan/atau dapat berakhir sebagai infeksi kronis (fase laten). Pada individu yang mengalami penurunan sistem imun (imunokompromais), seperti pada pasien AIDS, reaktivasi dari infeksi kronis ini dapat menjadi kondisi infeksi sistem saraf pusat yang akut dan fulminan.[12]

Toxoplasmosis dapat menyerang berbagai bagian dari sistem saraf pusat. Manifestasi klinisnya antara lain abses serebri baik fokal maupun multifokal, dan ensefalitis difusa. Pada pasien AIDS, sering ditemui abses terjadi pada basal ganglia, sehingga sering bermanifestasi pada gangguan motorik. Ensefalitis dapat timbul secara subakut dan memiliki manifestasi klinis seperti gangguan kesadaran dan kognitif serta kejang.[11]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

2. Randall LM, Hunter CA. Parasite dissemination and the pathogenesis of toxoplasmosis. Eur J Microbiol Immunol (Bp), 2011;1(1): 3-9
4. Cordeiro CA, Vieira ELM, Castro VM, et al. T cell immunoregulation in active ocular toxoplasmosis. Immunol Lett, 2017:184:84-91
5. Basavaraju A. Toxoplasmosis in HIV infection: an overview. Trop Parasitol, 2016;6(2):129-135
6. McAuley J. B. (2014). Congenital toxoplasmosis. J. Pediatric Infect. Dis. Soc. 3(Suppl. 1) S30–S35.
7. Montoya JG, Remington JS. Management of Toxoplasma gondii infection during pregnancy. Clin Infect Dis. 2008 Aug 15;47(4):554-66
8. Pleyer U, Schluter D, Manz M. Ocular toxoplasmosis: recent aspects of pathophysiology and clinical implications. Ophthalmic Res, 2014;52:116-123
9. Zamora DO, Rosenbaum JT, Smith JR. Invasion of human retinal vascular endothelial cells by Toxoplasma gondii tachyzoites. Br J Ophthalmol, 2008:92:852-855
10. Park YH, Nam HW. Clinical features and treatment of ocular toxoplasmosis. Korean J Parasitol, 2013;51(4):393-399
11. Bowen LN, Smith B, Reich D, et al. HIV-associated opportunistic CNS infections: pathophysiology, diagnosis and treatment. Nature Reviews of Neurology, 2016;12:662-674
12. Suzuki Y, Sa Q, Ochiai E, et al. Cerebral Toxoplasmosis. Toxoplasma gondii, 2014;755-796.

Pendahuluan Toxoplasmosis
Etiologi Toxoplasmosis
Diskusi Terkait
dr. Farah Dina
30 Maret 2022
Terpapar toksoplasma karena teriris pisau saat memotong ayam mentah
Oleh: dr. Farah Dina
2 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien hamil G2P0A1 UK 20 minggu + 5 hari, mengeluhkan bahwa telapak tangan beliau habis terkena irisan pisau saat memotong daging...
dr.Fajrur Rahman Lubis
26 November 2021
Ibu hamil usia 25 tahun dengan G2A12P0 dengan positif toxoplasmosis
Oleh: dr.Fajrur Rahman Lubis
2 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien perempuan usia 25 th datang dengan G2A12P0 dengan membawa hasil lab igm positif toxoplasmosis 2.5, untuk antibiotik dan...
Anonymous
31 Juli 2021
Infeksi TORCH pada ibu hamil trimester 3
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok, izin bertanya. Bagaimana dampaknya jika ibu hamil terinfeksi TORCH pada TM 3? Apakah masih dapat mengganggu pertumbuhan & perkembangan janin? Jika...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.