Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Edukasi dan Promosi Kesehatan Rabies general_alomedika 2021-12-10T11:30:01+07:00 2021-12-10T11:30:01+07:00
Rabies
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan Rabies

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Tindakan edukasi dan promosi kesehatan untuk mencegah penularan rabies mencakup vaksinasi sebelum paparan pada individu yang berisiko tinggi, profilaksis pasca paparan (PEP), serta penerapan protokol penanganan jenazah pasien rabies.

Vaksinasi sebelum Paparan (Pre-Exposure Vaccination)

Vaksinasi sebelum terjadinya paparan virus rabies direkomendasikan bagi individu yang memiliki peningkatan risiko paparan virus rabies yang berkesinambungan akibat perpindahan tempat tinggal atau pekerjaan, misalnya dokter hewan, pekerja di pusat penampungan hewan, maupun petugas laboratorium yang menangani virus rabies dan jenis lyssavirus lainnya. Selain itu, turis yang bepergian ke area dengan prevalensi rabies yang tinggi juga perlu mendapat vaksinasi setelah dilakukan penilaian risiko oleh dokter.

Untuk anak-anak yang tinggal di area yang berisiko tinggi rabies, vaksinasi sebaiknya diberikan secara individu maupun sebagai bagian dari program vaksinasi massal jika persediaan vaksin mencukupi. Walau demikian, hal ini belum dimasukkan dalam regimen vaksinasi anak di Indonesia dan vaksin rabies belum termasuk dalam jadwal vaksinasi IDAI[5,10].

Jenis vaksin yang diberikan untuk manusia adalah vaksin rabies yang dibiakkan pada kultur sel seperti sel diploid manusia, sel Vero, sel embrio ayam primer, atau sel telur bebek yang telah dibuahi. Selain itu, terdapat juga vaksin dari sel otak tikus. Vaksin rabies yang teregistrasi di Indonesia adalah vaksin dari sel embrio ayam (purified chick embryo cell vaccine / PCECV) dan sel Vero (purified verocell rabies vaccine / PVRV)[10].

Vaksin rabies manusia dapat diberikan secara intramuskular maupun intradermal dalam 3 dosis, yakni pada hari 0, 7, dan 21 atau 28. Dosis pemberian vaksin rabies secara intramuskuler adalah 1 mL tiap kali pemberian, sedangkan dosis pemberian intradermal adalah 0,1 mL tiap kali pemberian. Pemberian intradermal merupakan metode terpilih pada area dengan keterbatasan logistik vaksin rabies untuk manusia dengan efektivitas yang sebanding dengan cara pemberian intramuskuler[10].

Profilaksis pasca Paparan (Post-exposure Prophylaxis, PEP)

Dokter harus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pencegahan yang harus dilakukan pasca terjadinya gigitan. Hal yang terpenting untuk diedukasi adalah penanganan pertama luka yang tepat, perlakuan terhadap hewan yang menggigit, serta lokasi fasilitas kesehatan yang bisa memberikan penanganan lebih lanjut. Hewan yang menggigit tidak boleh dibunuh dan harus diobservasi selama 2 minggu untuk memastikan hewan mengalami tanda-tanda rabies atau tidak.

Penanganan Jenazah Pasien Rabies

Jenazah pasien rabies harus mendapat penanganan seperti halnya pasien yang meninggal akibat penyakit menular lainnya, yakni harus mendapat label khusus yang menandakan pasien infeksius. Risiko penularan dari jenazah ke orang lain sangat minimal apabila tindakan pencegahan dilakukan dengan cermat. Virus banyak ditemukan pada jaringan, bukan darah, khususnya pada jaringan saraf dan kelenjar liur. Jika jenazah memerlukan prosedur pengawetan, alat pelindung diri lengkap harus dikenakan. Jaringan dan cairan tubuh yang dikeluarkan dari jenazah harus diperlakukan sebagaimana penanganan organ pada penyakit infeksius lainnya. Jenazah sebaiknya dikubur atau dikremasi dengan baik sesuai kepercayaan masing-masing[10].

Referensi

5. Singh R, Singh KP, Cherian S, Saminathan M, Kapoor S, Manjunatha Reddy GB, et al. Rabies – epidemiology, pathogenesis, public health concerns and advances in diagnosis and control: a comprehensive review. Vet Q [Internet]. 2017;37(1):212–51. Available from: https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/01652176.2017.1343516
10. World Health Organization. WHO Expert Consultation on rabies.Second report. WHO Tech Rep Ser. 2013;982:1–139.

Prognosis Rabies

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
Diskusi Terkait
dr.Ciho Olfriani
28 September 2021
Dosis kedua vaksin rabies terlambat, apakah perlu diulang - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: dr.Ciho Olfriani
1 Balasan
ALO, dr. Hendra Gunawan, Sp.PD..Bila pemberian dosis kedua vaksin rabies terlambat, misalnya 1 hari, apakah perlu diulang, Dok? Atau tetap dapat diangggap...
Anonymous
28 September 2021
Kontraindikasi vaksin rabies - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Hendra, Sp.PDIzin bertanya dok, apakah ada kontraindikasi tertentu untuk vaksin rabies? Mohon informasinya ya dok. Terima kasih
Anonymous
28 September 2021
Penanganan lain jika tidak terdapat vaksin rabies - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Hendra Gunawan, Sp. PD, izin bertanya dok, bagaimana penanganannya jika seseorang yg habis terkena gigitan anjing liar tapi di faskes daerah dia...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.