Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Epidemiologi Rabies general_alomedika 2021-12-10T11:29:40+07:00 2021-12-10T11:29:40+07:00
Rabies
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Rabies

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Pola epidemiologi penyebaran rabies memiliki karakteristik yang berbeda antara area dengan cakupan imunisasi rabies pada anjing yang tinggi dan rendah. Hal ini tampak jelas khususnya ketika membandingkan kasus wabah rabies di Bali (cakupan imunisasi rabies pada anjing yang rendah) tahun 2008 dengan kasus rabies sporadis di Amerika Serikat (cakupan imunisasi rabies pada anjing yang tinggi).

Global

Secara global, rabies dapat ditemukan hampir di berbagai belahan dunia kecuali di Antartika, Selandia Baru, Skandinavia, Taiwan, Jepang, dan beberapa pulau kecil. WHO memperkirakan terdapat 26.400-61.000 kasus kematian akibat rabies setiap tahun. Namun, angka ini dianggap masih belum mewakili jumlah mortalitas sesungguhnya akibat rabies yang diduga mencapai 100.000 kematian per tahun. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh kurangnya surveilans, rendahnya pelaporan kasus rabies di negara berkembang, serta kurangnya koordinasi lintas sektoral[10].

Aspek epidemiologi infeksi rabies pada manusia menggambarkan kasus rabies pada hewan setempat. Jika rabies pada anjing sering ditemukan pada suatu area geografis maka kasus rabies pada manusia di lokasi yang sama biasanya berasal dari gigitan oleh anjing yang terinfeksi. Sebaliknya, pada area dengan cakupan imunisasi rabies yang tinggi terhadap anjing, kasus rabies pada manusia umumnya disebabkan oleh gigitan satwa liar.

Kasus sporadis rabies juga dapat ditemukan pada individu yang terinfeksi virus rabies secara tak langsung. Sebuah laporan kasus menemukan adanya kasus rabies pada empat resipien organ dari seorang pria di Texas yang meninggal akibat ensefalitis tanpa sebab yang saat itu belum diketahui[11]. Pewarnaan imunohistokimia dan flouresens antibodi menunjukkan adanya virus rabies dan badan Negri pada berbagai sampel jaringan pada masing-masing resipien organ. Penelusuran lanjutan mengungkapkan bahwa donor organ memiliki riwayat gigitan oleh kelelawar beberapa waktu sebelum meninggal. Berdasarkan laporan kasus ini dapat disimpulkan bahwa penyebaran virus rabies dari donor ke resipien cangkok organ bukan merupakan suatu kemustahilan dan menjadi tantangan khusus dalam bidang cangkok organ.[5,6,10]

Indonesia

Di Indonesia, penyakit rabies telah dilaporkan sejak awal abad 19 dan masih menjadi masalah endemik pada beberapa pulau besar seperti Bali, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores. Secara khusus, wabah rabies di Bali akhir tahun 2008 cukup mengejutkan mengingat pulau ini merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan anjing yang cukup tinggi namun telah dinyatakan bebas rabies selama beberapa waktu. Susilawathi, et al. menemukan bahwa antara November 2008 hingga November 2010, terdapat 104 pasien meninggal akibat rabies. Sebagian besar kasus berasal dari area pedesaan (78,8%) dan berhubungan dengan riwayat gigitan anjing (92,3%). Hal ini mengindikasikan bahwa cakupan imunisasi rabies terhadap anjing masih cukup rendah saat itu[12–14].

Sayangnya, analisis lanjutan studi yang sama menunjukkan adanya indikasi kesadaran masyarakat masih rendah terhadap bahaya rabies dan penanganan awal untuk pencegahan rabies di Indonesia. Dari 104 pasien yang terdiagnosis rabies, sebagian besar (80,8%) sama sekali tidak melakukan tindakan pembersihan luka dalam bentuk, sementara hanya 10,6% pasien yang mencuci lukanya dengan air, dan hanya 5,8% pasien yang memeriksakan lukanya ke rumah sakit terkait keparahan luka (semuanya mendapat vaksin rabies, namun tak mendapat imunoglobulin antirabies)[14].

Wabah Rabies di Bali

Pasca fase kritis wabah rabies di Bali, studi dilakukan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi penentu cakupan vaksinasi rabies terhadap anjing dan dampaknya terhadap wabah rabies di Bali. Penelitian tersebut menemukan bahwa dari survei terhadap 10.352 pemilik anjing, cakupan imunisasi lebih tinggi secara signifikan pada anjing dewasa dibandingkan anak anjing (91,4% vs 43,9%). Selain itu, anjing peliharaan yang berkeliaran bebas memiliki kemungkinan tidak mendapat vaksinasi rabies 2-3 kali lipat lebih besar dibandingkan anjing peliharaan rumahan. Dari studi ini diketahui bahwa walaupun cakupan vaksinasi rabies pada anjing dewasa sudah cukup baik, imunisasi rabies pada kelompok khusus seperti anjing peliharaan yang berkeliaran bebas dan anak anjing perlu mendapat perhatian lebih baik guna memastikan cakupan imunisasi yang tinggi di area geografis yang rentan mengalami wabah rabies[15].

Referensi

5. Singh R, Singh KP, Cherian S, Saminathan M, Kapoor S, Manjunatha Reddy GB, et al. Rabies – epidemiology, pathogenesis, public health concerns and advances in diagnosis and control: a comprehensive review. Vet Q [Internet]. 2017;37(1):212–51. Available from: https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/01652176.2017.1343516
6. Yousaf MZ, Qasim M, Zia S, Khan M ur R, Ashfaq UA, Khan S. Rabies molecular virology, diagnosis, prevention and treatment. Virol J [Internet]. 2012;9(1):50. Available from: http://www.virologyj.com/content/9/1/50
10. World Health Organization. WHO Expert Consultation on rabies.Second report. WHO Tech Rep Ser. 2013;982:1–139.
11. Srinivasan A, Burton EC, Kuehnert MJ, Rupprecht C, Sutker WL, Ksiazek TG, et al. Transmission of Rabies Virus from an Organ Donor to Four Transplant Recipients for the Rabies in Transplant Recipients Investigation Team*. N Engl J Med. 2005;35211:1103–11.
12. Dibia IN, Sumiarto B, Susetya H, Putra AAG, Scott-Orr H, Mahardika GN. Phylogeography of the current rabies viruses in Indonesia. J Vet Sci. 2015;16(4):459–66.
13. Townsend SE, Sumantra IP, Pudjiatmoko, Bagus GN, Brum E, Cleaveland S, et al. Designing Programs for Eliminating Canine Rabies from Islands: Bali, Indonesia as a Case Study. PLoS Negl Trop Dis. 2013;7(8).
14. Susilawathi NM, Darwinata AE, Dwija IBNP, Budayanti NS, Wirasandhi GAK, Subrata K, et al. Epidemiological and clinical features of human rabies cases in Bali 2008-2010. BMC Infect Dis [Internet]. 2012;12(1):81. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2334/12/81
15. Arief RA, Hampson K, Jatikusumah A, Widyastuti MDW, Sunandar, Basri C, et al. Determinants of Vaccination Coverage and Consequences for Rabies Control in Bali, Indonesia. Front Vet Sci [Internet]. 2017;3(January):1–8. Available from: http://journal.frontiersin.org/article/10.3389/fvets.2016.00123/full

Etiologi Rabies
Diagnosis Rabies

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
Diskusi Terkait
dr.Ciho Olfriani
28 September 2021
Dosis kedua vaksin rabies terlambat, apakah perlu diulang - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: dr.Ciho Olfriani
1 Balasan
ALO, dr. Hendra Gunawan, Sp.PD..Bila pemberian dosis kedua vaksin rabies terlambat, misalnya 1 hari, apakah perlu diulang, Dok? Atau tetap dapat diangggap...
Anonymous
28 September 2021
Kontraindikasi vaksin rabies - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Hendra, Sp.PDIzin bertanya dok, apakah ada kontraindikasi tertentu untuk vaksin rabies? Mohon informasinya ya dok. Terima kasih
Anonymous
28 September 2021
Penanganan lain jika tidak terdapat vaksin rabies - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Hendra Gunawan, Sp. PD, izin bertanya dok, bagaimana penanganannya jika seseorang yg habis terkena gigitan anjing liar tapi di faskes daerah dia...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.