Doctor icon

Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Lepra general_alomedika 2023-04-06T11:49:50+07:00 2023-04-06T11:49:50+07:00
Lepra
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Lepra

Oleh :
Yelvi Levani
Share To Social Media:

Diagnosis lepra, atau juga dikenal dengan kusta atau Morbus Hansen, harus dicurigai pada pasien yang datang dengan keluhan lesi kulit disertai gangguan sensorik, apalagi jika berasal dari daerah endemik seperti Indonesia. Tanda utama (cardinal sign) dari lepra adalah lesi kulit (hipopigmentasi atau eritema) yang mati rasa, penebalan saraf tepi yang disertai gangguan neurologis seperti mati rasa, kelemahan otot dan kulit kering, serta ditemukannya bakteri tahan asam (BTA) pada apusan kulit. [10]

Anamnesis

Anamnesis yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis lepra di antaranya:

  • Keluhan lesi pada kulit seperti bercak merah atau putih yang tidak gatal dan mati rasa
  • Kulit mengkilap dan bersisik
  • Ada bagian kulit yang tidak berambut dan tidak berkeringat
  • Adanya rasa kesemutan, nyeri, atau rasa ditusuk-tusuk pada anggota gerak
  • Kelemahan anggota gerak dan kelumpuhan
  • Adanya cacat atau deformitas
  • Luka yang sulit sembuh
  • Lahir dan tinggal di tempat endemis lepra
  • Lesi kulit tidak sembuh dengan pengobatan biasa.[10]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan di tempat dengan penerangan yang baik. Temuan pada pemeriksaan fisik dapat meliputi hipestesia, lesi kulit, dan neuropati perifer. Pemeriksaan fisik yang dilakukan diantaranya:

Inspeksi

Inspeksi dilakukan dari kepala sampai kaki. Perhatikan setiap makula, nodul, jaringan parut dan penebalan kulit. Perhatikan apakah ada deformitas pada wajah, tangan dan kaki.

Palpasi

Palpasi dilakukan untuk memeriksa apakah ada penebalan saraf tepi atau tidak. Tempat-tempat dimana sering terjadi penebalan saraf adalah pada nervus ulnaris di siku, nervus medianus dan radialis superfisial di pergelangan tangan, nervus peroneus komunis di fossa poplitea, dan nervus aurikularis di leher.

Pemeriksaan Fungsi Sensorik

Gunakan sepotong kapas yang sudah dipilin pada ujungnya. Berikan penjelasan pada pasien bila merasakan sentuhan maka pasien harus menunjuk bagian mana yang terasa. Pasien ditutup matanya saat melakukan pemeriksaan. Lesi di kulit diperiksa secara bergantian dengan kulit yang normal untuk mengetahui apakah ada anestesi atau hipestesia. [2,10]

Gambaran Klinis Lepra. Sumber : Rinaldi A, Openi, 2005 Gambaran Klinis Lepra. Sumber : Rinaldi A, Openi, 2005

Diagnosis Banding

Diagnosis banding lepra bergantung pada gambaran lesi yang muncul. Beberapa kelainan kulit yang dapat didiagnosis banding dengan lepra adalah:

  • Psoriasis : pada psoriasis didapatkan bercak merah berbatas tegas dengan sisik berlapis-lapis
  • Tinea circinata : didapatkan bercak meninggi seperti meradang, mengandung vesikel atau krusta
  • Dermatitis seboroik : didapatkan lesi pada daerah sebore dengan sisik kuning berminyak, disertai rasa gatal yang kronis dan residif, tanpa adanya gangguan sensorik
  • Vitiligo : pigmen kulit hilang total dengan bercak kulit yang berwarna putih, tanpa disertai gangguan sensorik
  • Pitiriasis versikolor : lesi biasanya di punggung, plak hipopigmentasi berbatas tegas dengan skuama halus, disertai rasa gatal
  • Pityriasis alba : makula berbentuk bulat atau oval dengan sisik, biasanya pada anak-anak, tidak disertai gangguan sensorik
  • Neurofibromatosis : bercak coklat muda berbatas tegas, biasanya muncul sejak lahir, tersebar luas, tanpa keluhan baal, dan pemeriksaan basil tahan asam negatif
  • Sarkoma kaposi : nodul lunak berwarna biru keunguan, terlokalisir, terutama pada kaki, dan pemeriksaan basil tahan asam negatif [10]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan bakteriologis untuk mengetahui apakah ada basil tahan asam (BTA) pada kerokan kulit atau tidak. Pemeriksaan bakteriologis dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas.

Pengambilan sampel kerokan kulit untuk pemeriksaan bakteriologis bisa dilakukan pada cuping telinga atau lesi kulit yang paling aktif (lesi kulit yang meninggi dan berwarna kemerahan). Sampel kerokan kulit dapat diambil dari 2 sampai 3 tempat yang berbeda. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan klasifikasi pada pasien lepra baru, membantu menilai hasil pengobatan, serta sebagai evaluasi pada pasien relapse. [10]

Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel untuk kerokan kulit pada lepra adalah:

  • Cuci tangan dan pasang handscoon
  • Bersihkan bagian kulit yang akan dikerok dengan menggunakan alkohol
  • Jepitlah kulit dengan erat menggunakan jempol dan telunjuk
  • Buat insisi dengan panjang 5 mm dan dalam 2 mm. Kulit tetap dijepit supaya tidak berdarah. Putar pisau skalpel 90 derajat, lalu kerok irisan tersebut sekali atau dua kali untuk mengumpulkan cairan dan bubur jaringan.
  • Lepas jepitan pada kulit dan bersihkan dengan kapas alkohol
  • Buatlah apusan kerokan kulit di kaca objek berbentuk lingkaran dengan diameter 8 mm
  • Ulangi di tempat kulit yang lain
  • Tutup luka pasien
  • Biarkan kaca objek kering beberapa saat di suhu ruangan
  • Fiksasi dengan melewatkan kaca objek diatas api sebanyak 3 kali
  • Tulis identitas pasien dan kirim sampel ke laboratorium

Sampel akan dilakukan pewarnaan dengan teknik Ziehl-Nielsen. BTA akan terlihat seperti bentukan batang panjang dengan kedua ujungnya membulat serta berwarna merah. Hasil pembacaan bakteriologis akan ditulis dalam bentuk indeks bakteri. [10]

Tabel 1. Indeks Bakteri pada Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam Lepra

Indeks Bakteri

0 0 BTA dalam 100 lapangan pandang, hitung 100 lapangan pandang
+1 1 -10 BTA dalam 100 lapangan pandang, hitung 100 lapangan pandang
+2 1-10 BTA dalam 10 lapangan pandang, hitung 100 lapangan pandang
+3 1-10 dalam rata-rata 1 lapangan pandang, hitung 25 lapangan pandang
+4 10 – 100 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang, hitung 25 lapangan pandang
+5 100 -1.000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang, hitung 25 lapangan pandang
+6

>1.000 BTA atau lebih dari 5 clumps ditemukan dalam rata-rata 1 lapangan pandang, hitung 25 lapangan pandang

Klasifikasi

Klasifikasi penyakit lepra dapat dibagi berdasarkan kriteria WHO dan berdasarkan kriteria Ridley-Jopling. Berdasarkan kriteria Ridley-Jopling, penyakit lepra dibagi menjadi 5 tipe sedangkan berdasarkan kriteria WHO, penyakit lepra dibagi menjadi 2 tipe.

Klasifikasi Ridley-Jopling

Klasifikasi berdasarkan Ridley-Jopling diantaranya:

  • TT (Tuberkuloid): pasien memiliki sistem imun seluler yang baik, dengan pasien mengalami lesi kulit tunggal atau jumlah lesi asimetris yang kecil.
  • BT (Borderline Tuberkuloid): seperti TT, tetapi lesi lebih banyak dengan ukuran lebih kecil.
  • BB (Borderline- Borderline): lesi antara TT dan LL dengan distribusi asimetris serta gangguan saraf sedang.
  • BL (Borderline Lepromatous): mirip dengan LL, tetapi dengan jumlah lebih banyak, tidak simetris dan kehilangan sensasi di beberapa bagian kulit.
  • LL (Lepromatous): bakteri bermultiplikasi dan menyebar melalui pembuluh darah karena tidak adanya respon imun seluler terhadap bakteri. Lesi kulit multipel dan simetris, hipopigmentasi dan batas yang kurang tegas. Pada tahap lanjut pasien mengalami facies leonine, madarosis, dan edema pada kaki. [3]

Klasifikasi WHO

Klasifikasi TT dan BT dimasukkan ke dalam tipe Pausibasiler (PB) sedangkan klasifikasi BB, BL, dan LL dimasukkan ke dalam tipe Multibasiler (MB) pada klasifikasi WHO.

Tabel 2. Tanda Utama untuk Klasifikasi Lepra Menurut WHO

Tanda Utama

Pausibasiler (PB) Multibasiler (MB)
Bercak Lepra Jumlah 1 - 5 Jumlah > 5
Penebalan saraf tepi disertai gangguan neurologis Hanya 1 saraf Lebih dari 1 saraf

Kerokan jaringan kulit (skin smear)

BTA negatif BTA positif

Bila salah satu dari tanda utama MB ditemukan maka pasien diklasifikasikan dalam kategori MB. [10]

Tabel 3. Tanda Lain untuk Klasifikasi Lepra Menurut WHO

Tanda Lain

Pausibasiler (PB) Multibasiler (MB)
Distribusi Unilateral atau bilateral asimetris Bilateral simetris
Permukaan Bercak Kering, kasar Halus, mengkilap
Batas Bercak Tegas Kurang tegas
Mati Rasa pada Bercak Jelas Biasanya kurang tegas
Deformitas Proses terjadi lebih cepat Terjadi pada tahap lanjut
Ciri Khas - Madarosis, hidung pelana, facies leonine, ginekomastia pada laki-laki

Reaksi Lepra

Reaksi lepra adalah reaksi hipersensitivitas imun seluler atau humoral yang bermanifestasi sebagai episode akut pada perjalanan yang kronis. Reaksi lepra dibedakan menjadi reaksi tipe 1 dan tipe 2. Masing-masing tipe diklasifikasikan menjadi reaksi ringan atau berat. [10]

Tabel 4. Perbedaan Reaksi Tipe 1 dan 2

Gejala dan Tanda

Reaksi Tipe 1

Reaksi Tipe 2

Tipe Kusta Bisa terjadi pada tipe PB dan MB Hanya pada kusta tipe MB
Waktu timbul Segera setelah pengobatan Setelah mendapat pengobatan yang cukup lama (berkisar 6 bulan)
Keadaan umum Umumnya baik, demam ringan, atau tanpa demam Tampak sakit ringan sampai berat, tampak lemah, demam tinggi
Peradangan kulit Bercak kulit lama menjadi lebih merah, bengkak, berkilat, hangat. Dapat timbul lesi baru Timbul nodus kemerahan, lunak, dan nyeri tekan. Biasanya pada lengan dan tungkai. Nodus bisa pecah
Edema ekstremitas + -
Peradangan pada mata Anestesi kornea dan lagoftalmus karena keterlibatan N. V dan VII Iritis, iridosiklitis, glaukoma, dan katarak
Peradangan pada organ lain Hampir tidak ada Terjadi pada testis, sendi, ginjal, atau kelenjar getah bening

Tabel 5. Perbedaan Berat-Ringan Reaksi Lepra

Organ

Reaksi Tipe I

Reaksi Tipe II

Ringan

Berat

Ringan

Berat

Kulit

- Bercak putih menjadi merah, yang merah lebih merah lagi.

- Bercak meninggi

- Ulserasi (-)

- Edema ekstremitas(-)

- Bercak putih menjadi merah, yang merah lebih merah lagi.

- Timbul bercak baru

- Ulserasi (+)

- Edema ekstremitas(+)

- Nodus merah, panas, dan nyeri

- Dapat menjadi ulkus

- Jumlah sedikit

- Nodus merah, tebal, panas, dan nyeri

- Sering menjadi ulkus

- Jumlah banyak

Saraf tepi

- Membesar, tidak nyeri

- Fungsi saraf tidak terganggu

- Membesar, nyeri

- Fungsi saraf terganggu

- Membesar, tidak nyeri

- Fungsi saraf tidak terganggu

- Membesar, nyeri

- Fungsi saraf terganggu

Gejala konstitusi Demam (-) Demam (+/-) Demam (+/-) Demam (+)
Gangguan organ lain Tidak ada Tidak ada Tidak ada Iridosiklitis, nefritis, limfadenitis, atau radang organ lain

 

Referensi

2. Smith, Darvin S. Leprosy. Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/220455-overview
3. Lastoria JC. Leprosy: review of the epidemiological, clinical, and etiopathogenic aspects. An Bras Dermatol. 2014;89(2):205-18.
10. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Lepra. 2012. Kementerian Kesehatan RI.

Epidemiologi Lepra
Penatalaksanaan Lepra

Artikel Terkait

  • Pendekatan Diagnostik Neuropati Perifer
    Pendekatan Diagnostik Neuropati Perifer
  • Peran Kortikosteroid dalam Manajemen Lepra
    Peran Kortikosteroid dalam Manajemen Lepra
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 25 Januari 2025, 19:08
Keluhan di kulit kemerahan di punggung, perut, dan lengan yang tidak terasa gatal dan nyeri
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Izin konsul dokter, pasien pria usia 37 tahun datang dengan keluhan muncul kemerehan berbentuk bulat dan timbul di punggung, perut, dan lengan tidak terasa...
dr. Nabilah salsabila
Dibalas 18 Desember 2024, 07:13
Reaksi kusta
Oleh: dr. Nabilah salsabila
2 Balasan
Alodok, izin berdiskusi dok. Pada pasien reaksi kusta yang telah selesai mendapat prednison, apabila keluhan peradangannya muncul kembali setelah lepas...
dr.Feby Diana Rutman
Dibalas 18 Agustus 2024, 16:37
Pengobatan reaksi kusta
Oleh: dr.Feby Diana Rutman
5 Balasan
Alo.dokter saya dokter puskesmas, saya mempunyai pasien Kusta sdh RFT tp setelah RFT muncul rekasi lalu sudah sya berikan pengobatan reaksi prednison...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.