Epidemiologi Common Cold
Secara global, epidemiologi common cold paling sering disebabkan oleh rhinovirus, di mana virus ini ditemukan pada semua negara. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi secara keseluruhan adalah adalah 1.017.290 kasus.[5-8]
Berdasarkan usia, prevalensi pada kelompok anak-anak prasekolah (usia 1–5 tahun) memiliki adalah 5–8 kasus per tahun. Angka ini dipengaruhi oleh tingkat pajanan, misalnya pada tempat penitipan anak. Terkait dengan jenis kelamin, terdapat dominasi pada kalangan umur tertentu, yaitu kejadian infeksi common cold lebih sering terjadi pada anak laki-laki yang berusia di bawah usia 3 tahun dan lebih sering terjadi pada anak perempuan yang berusia di atas 3 tahun. Pada individu dewasa, tidak ada perbedaan prevalensi terkait jenis kelamin.[5,6,7,9]
Global
Di Amerika Serikat, common cold paling tinggi terjadi pada bulan September–April di daerah dengan iklim sedang. Prevalensi common cold pada anak-anak usia prasekolah adalah 3–8 kasus per tahun dengan insidensi meningkat pada anak-anak yang dititipkan di fasilitas penitipan anak. Pada kelompok remaja dan dewasa di Amerika Serikat, rata-rata prevalensi common cold adalah 2–4 kasus per tahunnya.
Di Australia, common cold dilaporkan menjadi alasan pada 11% konsultasi praktik umum. Sementara di Norwegia, studi cross-sectional pada anak-anak 4–5 tahun melaporkan bahwa sebanyak 48% anak-anak mengalami common cold lebih dari 2 kali dalam setahun.[6,8]
Indonesia
Data epidemiologi nasional yang spesifik mengenai common cold belum tersedia. Namun, terdapat data epidemiologi nasional mengenai angka kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi ISPA yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan di Indonesia adalah sekitar 4,3–4,5% dengan total kejadian 1.017.290 kasus. Provinsi dengan kejadian tertinggi adalah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.[10]
Mortalitas
Meskipun common cold sering dijumpai oleh tenaga kesehatan, penyakit ini bukan lah infeksi yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang serius.[1,8]