Patofisiologi Kanker Lambung
Patofisiologi kanker lambung berkaitan perubahan mukosa lambung yang berujung pada berkembangnya kanker lambung. Secara histologis, kanker lambung diklasifikasikan menjadi dua tipe.
Pertama, tipe intestinal yang memiliki penampakan morfologis menyerupai adenokarsinoma saluran intestinal.
Tipe kedua adalah difusa, yang dikarakteristikkan oleh struktur glandular yang terganggu oleh kurangnya sifat adhesi intraseluler. Kedua tipe kanker lambung ini memiliki mekanisme patofisiologi yang berbeda, di mana tipe intestinal umumnya melewati tahapan lesi prekanker, sedangkan tipe difusa umumnya tidak melalui tahapan prekanker yang pasti.[4-6]
Infeksi dan Inflamasi Kronis
Infeksi kronis merupakan salah satu faktor yang dapat memicu karsinogenesis pada beberapa organ. Pada kanker lambung, inflamasi kronis menyebabkan hilangnya sel parietal yang menurunkan produksi asam lambung dan menyebabkan gastritis atrofi.
Proses ini berperan dalam pengembangan adenokarsinoma, terutama tipe intestinal. Patogenesis kanker lambung meliputi beberapa perubahan histologis pada mukosa, yang dikenal sebagai Correa’s cascade.
Infeksi Helicobacter pylori sendiri merupakan salah satu etiologi paling umum dari kanker lambung. Infeksi ini menyebabkan inflamasi kronis dan sekresi molekul genotoksik yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif.
Inflamasi kronis akan berlanjut menjadi atrofi, metaplasia, displasia lalu menjadi neoplasia sel. Seperti H. pylori, infeksi virus Epstein-Barr (EBV) juga berkaitan dengan terjadinya kanker lambung, walaupun mekanisme dan peran EBV pada karsinogenesis lambung belum diketahui secara pasti.
Mekanisme lain yang diduga berperan dalam pengembangan kanker lambung adalah asupan garam yang tinggi, yang dapat berkaitan dengan kerusakan langsung pada mukosa lambung lalu menyebabkan respons inflamasi dan stimulasi proliferasi sel.[2,7-9]
Polimorfisme Genetik
Faktor genetik berupa mutasi serta abnormalitas genetik dan molekuler pada kanker lambung dapat terjadi akibat aktivitas onkogen, overekspresi growth factor, inaktivasi gen penyupresi tumor, aktivitas molekul adhesi sel, hilangnya heterogenitas, serta mutasi gen penyupresi tumor pada proses metilasi.
Beberapa gen yang berhubungan dengan inflamasi adalah interleukin-1B (IL-1B), IL-1RN, IL-10, dan tumor necrosis factor (TNF), yang merupakan sitokin proinflamasi yang berperan untuk menekan produksi asam lambung. Berkurangnya produksi asam lambung juga dapat meningkatkan risiko infeksi H.pylori tersebar ke bagian lambung lain dan menyebabkan gastritis yang lebih berat hingga menjadi kanker.
Kanker lambung tipe difusa dilaporkan berhubungan dengan genetik, yaitu hereditary diffuse gastric cancer (HDGC) yang dominan autosomal. Pasien dengan HDGC mengalami mutasi E-cadherin (CDHI) yang berperan pada adhesi sel-sel. Inaktivasi CDHI ini dapat terjadi akibat proses mutasi, metilasi, dan hilangnya heterozigositas, yang berujung pada perkembangan kanker. Kanker lambung tipe difusa dikatakan tidak memiliki lesi prekanker yang jelas.[4,6,7,10,11]