Penatalaksanaan Kanker Endometrium
Penatalaksanaan kanker endometrium yang utama adalah pembedahan berupa histerektomi yang diikuti dengan salfingoooforektomi bilateral. Pilihan terapi lainnya mencakup radioterapi, kemoterapi, dan terapi hormonal. [11-15]
Pembedahan
Pembedahan untuk kanker endometrium berupa histerektomi yang umumnya disertai dengan salfingoooforektomi bilateral. Salfingoooforektomi dilakukan karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.
Tindakan dapat disertai dengan pelvic washing serta limfadenektomi pelvik dan paraaortik, tetapi kedua tindakan ini masih kontroversial.
Laparoskopi atau Laparotomi
Laparoskopi diasosiasikan dengan tingkat komplikasi setelah operasi yang lebih rendah sehingga lebih disarankan dibandingkan laparotomi. Laparoskopi diasosiasikan dengan tingkat nyeri yang lebih rendah, serta penyembuhan dan lama rawat yang lebih singkat. [17]
Pelvic Washing
Sitologi pelvik atau peritoneal washing (PWC) adalah indikator yang paling berguna dari penyebaran peritoneum kanker ovarium subklinis, terutama untuk karsinoma ovarium nonserosa. Namun, peran PWC dalam penentuan stadium kanker endometrium kurang jelas.
Deteksi sel-sel ganas dalam pencucian peritoneum bergantung pada identifikasi sel-sel nonmesothelial dan pengaturannya. Walau karsinoma tingkat tinggi dapat dengan mudah diidentifikasi, sejumlah kondisi jinak seperti sel mesothelial reaktif, endosalpingiosis, dan endometriosis dapat meniru tumor batas garis serosa dan karsinoma serosa derajat rendah.
Kontroversi Limfadenektomi
Limfadenektomi pelvik dan paraaortik masih kontroversial. Terdapat studi yang menyatakan peningkatan harapan hidup pasien, tetapi terdapat juga studi yang menyatakan hasil sebaliknya. Selain itu, belum terdapat konsensus mengenai kriteria pasien yang perlu dilakukan limfadenektomi. [17]
Radioterapi
Radioterapi tidak perlu dilakukan pada pasien kanker endometrium derajat 1 atau 2 dengan invasi miometrium <50% karena berhubungan dengan reduksi kualitas hidup dan peningkatan morbiditas. [17]
Radioterapi dapat dipertimbangkan pada kanker endometrium yang tidak dapat menjalani pembedahan dengan penyakit yang terbatas hanya pada uterus. Pada penyakit stadium IV B, radioterapi tidak lagi bertujuan kuratif tetapi hanya sebagai terapi paliatif saja. [11-15]
Kemoterapi
Hasil penelitian menunjukkan kanker endometrium pasca operasi yang diikuti kemoterapi kombinasi memiliki angka survival lebih tinggi. Kemoterapi terutama disarankan pada tumor stadium III atau lebih atau rekuren. Walau demikian, belum terdapat standar kemoterapi pilihan untuk kanker endometrium.
Kemoterapi dapat diberikan secara tunggal atau terapi kombinasi. Pilihan kemoterapi tunggal untuk kanker endometrium adalah sebagai berikut :
- Cisplatin 50-100 mg/m2 diberikan secara intravena dalam 30 menit, setiap 3 minggu
- Carboplatin AUC 5-7 diberikan secara intravena dalam 30 menit, setiap 3 minggu
- Paclitaxel 175 mg/m2 diberikan secara intravena dalam 3 jam, setiap 3 minggu
- Doxorubicin 60-75 mg/m2 bolus intravena, setiap 3 minggu
- Doxorubicin liposomal 50 mg/m2 intravena, setiap 3-4 minggu [18]
Pilihan kemoterapi kombinasi untuk kanker endometrium adalah sebagai berikut :
- Carboplatin + paclitaxel
- Doxorubicin + cisplatin
- Doxorubicin + cisplatin untuk hari pertama, paclitaxel untuk hari kedua, filgrastim untuk hari 3-12
- Carboplatin + paclitaxel + bevacizumab [18]
Terapi Hormonal
Terapi hormonal berupa pemberian progestin kontinu menggunakan megestrol, medroksiprogesteron, atau intrauterine device (IUD) levonorgestrel dapat digunakan sebagai terapi primer pada pasien kanker endometrium yang ingin mempertahankan fertilitasnya.
Terapi hormonal ini dapat dipertimbangkan jika kriteria berikut ini terpenuhi :
- Hasil biopsi dilatase & kuratase terkonfirmasi adenokarsinoma derajat 1 oleh ahli patologi
- Penyakit terbatas hanya pada endometrium yang dikonfirmasi menggunakan MRI (direkomendasikan) atau USG transvaginal
- Tidak ada metastasis pada pencitraan
- Tidak ada kontraindikasi terhadap terapi hormon atau kehamilan
Informed consent pasien bahwa terapi hormonal sebagai terapi primer bukan merupakan terapi standar untuk penanganan kanker endometrium
- Jika alasan tidak melakukan histerektomi adalah karena ingin memiliki anak, edukasi pasien untuk segera melakukan histerektomi setelah memiliki anak [18]
Terapi Target dan Imunoterapi
Terapi target dan imunoterapi untuk kanker endometrium masih dalam tahap uji klinis dan memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum bisa digunakan untuk penanganan kanker endometrium. Contoh terapi target dan imunoterapi yang sedang diuji untuk kanker endometrium, di antaranya :
- Kinase inhibitor: lenvatinib
- Angiogenesis inhibitor: bevacizumab
- Protein mammalian target of rapamycin (mTOR): everolimus, temsirolimus
Immune checkpoint inhibitor: pembrolizumab [18]
Follow Up
Pada pasien pasca terapi dilakukan follow up yang bertujuan untuk memantau adanya kekambuhan. Edukasi pasien untuk segera memeriksakan diri jika mengalami keluhan perdarahan per vaginam. Kehilangan berat badan, nyeri, dan perdarahan pervaginam dapat mengarahkan adanya kekambuhan penyakit, yang seringkali terjadi selama 3 tahun pertama setelah terapi primer.