Prognosis Kista Ovarium
Prognosis kista ovarium jinak umumnya baik. Kista fungsional dapat hilang sendiri tanpa pengobatan.
Komplikasi
Komplikasi kista ovarium yang dapat terjadi diantaranya adalah torsio ovarium dan ruptur kista.
Torsio Ovarium
Kista ovarium yang diameternya lebih besar dari 4 cm memiliki rata-rata terjadinya torsio atau terpuntir sekitar 15%. Kebanyakan kasus torsio terjadi pada perempuan usia muda, tetapi 17% kasus dapat terjadi pada perempuan prapubertas dan pascamenopause. Torsio ovarium lebih umum terjadi pada ovarium kanan karena pada ovarium kiri, kolon sigmoid membatasi mobilitasnya. Gejala yang dapat timbul berupa nyeri hebat yang disertai dengan mual dan muntah. Nyeri yang hebat disebabkan oleh infark pada pembuluh darah ovarium. Infark ini merupakan akibat dari obstruksi pada vena dan arteri karena rotasi pedikel vaskuler ovarium saat terjadinya torsio. Kista ovarium fungsional yang paling sering berhubungan dengan torsio adalah kista luteal sementara pada kista patologis adalah kista dermoid. USG dan CT-Scan dapat membantu diagnosis. Opsi pengobatan termasuk detorsio laparoskopik dan preservasi adneksa pada perempuan muda usia reproduktif dan salpingo-ooforektomi pada perempuan pascamenopause. Fungsi ovarium dapat diselamatkan dengan detorsio laparoskopik pada 90% kasus.
Ruptur Kista
Ruptur kista ovarium pada umumnya muncul pada kista korpus luteum. Gejala yang timbul dapat berupa nyeri yang mendadak, unilateral, dan tajam. Dapat juga terjadi takikardia, hipotensi, dan tanda-tanda peritonitis jika terjadi perdarahan yang masif. Pada ruptur kista, USG dapat memperlihatkan cairan bebas di kavum Douglas pada 40% kasus. Ruptur kista dan perdarahan dapat diterapi secara konservatif dengan observasi jika pasien stabil dengan follow-up rutin dalam 6 minggu untuk mengkonfirmasi resolusi perdarahan. Laparoskopi diindikasikan pada kasus dengan hemodinamik yang memburuk, kemungkinan torsio, gejala yang tidak menghilang dalam 48 jam, dan peningkatan hemoperitoneum atau penurunan konsentrasi hemoglobin. [3,6,10]
Prognosis
Prognosis kista ovarium jinak sangat baik. Pada umumnya kista ovarium menghilang dengan sendirinya. Secara keseluruhan, 70%-80% kista folikuler menghilang secara spontan. Angka kekambuhan kista sederhana pada perempuan usia muda adalah 40%, sedangkan angka kekambuhan kista kompleks adalah 7.6% setelah laparoskopi dan 0% setelah laparotomi. Pada perempuan pascamenopause, 69.4% kista sederhana dapat hilang dengan sendirinya. Sebuah penelitian yang diakukan pada sejumlah perempuan di atas 55 tahun menunjukan bahwa pada pemeriksan USG pertama ditemukan kista sederhana pada 14% di antaranya. Setelah saat pemeriksaan pertama. Hasilnya, 54% perempuan tetap memiliki kista, sedangkan kista menghilang pada 32% perempuan.
Pada perempuan hamil, mayoritas kista akan menghilang dengan sendirinya pada usia kehamilan 16-20 minggu. Kista ini juga terbukti tidak membahayakan janin. Sementara itu kista ovarium yang terjadi pada janin, mayoritas akan menghilang dengan sendirinya 2-10 minggu setelah dilahirkan. Potensi kistadenoma ovarium yang jinak menjadi ganas telah banyak dibicarakan, tetapi sampai saat ini belum dapat dibuktikan. Perubahan keganasan dapat terjadi pada kista dermoid dan endometrioma dengan persentasi yang kecil. Pada perempuan pascamenopause, angka keganasan pada kista kompleks adalah 36%-39%.
Kista ovarium yang diameternya lebih besar dari 4 cm memiliki rata-rata terjadinya torsio sekitar 15%. Kebanyakan kasus torsio terjadi pada perempuan usia muda, tetapi 17% kasus dapat terjadi pada perempuan prapubertas dan pascamenopause. Kista ovarium fungsional yang paling sering berhubungan dengan torsio adalah kista luteal sementara pada kista patologis adalah kista dermoid. Opsi pengobatan termasuk detorsio laparoskopik dan preservasi adneksa pada perempuan muda usia reproduktif dan salpingo-ooforektomi pada perempuan pascamenopause. Fungsi ovarium dapat diselamatkan dengan detorsio laparoskopik pada 90% kasus.
Ruptur kista ovarium pada umumnya muncul pada kista korpus luteum. Ruptur kista dan perdarahan dapat diterapi secara konservatif dengan observasi jika pasien stabil dengan follow-up rutin dalam 6 minggu untuk mengkonfirmasi resolusi perdarahan. Laparoskopi diindikasikan pada kasus dengan hemodinamik yang memburuk, kemungkinan torsio, gejala yang tidak menghilang dalam 48 jam, dan peningkatan hemoperitoneum atau penurunan konsentrasi hemoglobin.[3,6,11]