Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Patofisiologi Bakterial Vaginosis general_alomedika 2020-02-13T15:02:12+07:00 2020-02-13T15:02:12+07:00
Bakterial Vaginosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Bakterial Vaginosis

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Patofisiologi bakterial vaginosis adalah disbiosis mikrobiota vagina, yaitu terjadi pergeseran flora normal vagina dari Lactobacillus sp menjadi bakteri anaerob. Pergeseran flora normal dalam vagina ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. [6-8]

Fisiologi dan Mikrobiota Vagina

Kondisi ekosistem vagina memiliki siklus yang sangat dinamik. Vagina dalam kondisi fisiologis bersifat asam (pH 4.5). Kondisi asam ini disebabkan oleh Lactobacillus sp yang memproduksi hidrogen peroksida dan menjaga kondisi asam vagina. Kadar pH yang rendah dalam vagina juga disebabkan oleh pemecahan glikogen pada epitel vagina, fermentasi karbohidrat, dan pembentukan asam laktat. Kondisi asam ini berfungsi mencegah bakteri anaerob fakultatif ataupun obligatif berkembang biak dan mencegah infeksi menular seksual. [6-8]

Kadar pH dalam vagina meningkat saat terjadi menstruasi. Kondisi yang menjadi basa ini membuat jumlah Lactobacilli berkurang dan bakteri anaerob normal flora vagina meningkat. pH vagina menurun kembali setelah siklus menstruasi selesai, kolonisasi bakteri Lactobacillus sp juga kembali meningkat, dan jumlah mikrobiota lain menurun. [6-9]

Lactobacillus sp

Lactobacillus sp. merupakan flora normal yang mendominasi vagina dan berada dalam jumlah banyak, yaitu L. crispatus, L. jensenii, L. gasseri, L.doderlein, dan L. iners. Lactobacillus sp. berperan dalam menjaga keseimbangan mikrobiota vagina dan meregulasi ekspresi gen mikrobiota. Lactobacillus sp. juga memproduksi peroksida yang menjadikan kondisi vagina bersifat asam. [6-10]

Pergeseran Flora Normal

Bakterial vaginosis terjadi akibat disbiosis mikrobiota vagina,, dimana terjadi pergeseran dari dominan Lactobacillus menjadi polimikrobial anaerob fakultatif ataupun obligatif. Pergeseran flora normal ini belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun beberapa teori memperkirakan bahwa hal ini dapat dipicu oleh hubungan seksual, manipulasi vagina, dan faktor genetik. [6,8,11]

Hubungan Seksual

Hubungan seksual diperkirakan dapat mencetuskan pergeseran bakteri dalam vagina. Sperma pada umumnya memiliki pH basa (sekitar 7.2), sehingga ketika terjadi paparan ke dalam vagina dapat meningkatkan kadar pH, membuat jumlah bakteri Lactobacillus dalam vagina menurun, dan membuat perkembangbiakan bakteri BVAB (bacterial vaginosis associated bacterium). Meskipun demikian, perlu diingat bahwa bakterial vaginosis juga dapat terjadi tanpa adanya hubungan seksual, sehingga teori bakterial vaginosis merupakan infeksi menular seksual masih kontroversial. [6,8]

Manipulasi Vagina

Manipulasi vagina, seperti mencuci vagina dengan sabun, (vaginal douching), pemakaian tampon, dan fitofarmaka dapat meningkatkan pH vagina, sehingga lingkungan asam vagina tidak lagi terjaga. Hal ini membuat bakteri anaerob berkembang biak, sehingga terjadi pergeseran mikrobiota vagina dan menyebabkan gejala bakterial vaginosis.[6,8]

Faktor Genetik

Faktor genetik memegang peranan penting dalam menentukan peta mikrobiota dalam vagina. Populasi Afrika-Amerika memiliki lebih banyak jumlah bakteri anaerob, seperti Anaerococcus, Peptoniphilus, Coriobacteriaceae, Parvimonas, Megasphaera, Sneathia, dan Prevotella sebagai flora residen vagina. Hal ini menjadikan populasi Afrika-Amerika lebih rentan mengalami bakterial vaginosis. Sementara itu, etnis Eropa dan Hispanik lebih sering mengalami kolonisasi Mycoplasma hominis dan Corynebacterium. [6-8,11,12]

Urutan genomik (genomic sequence) seseorang juga menentukan derajat keparahan dan disparitas gejala bakterial vaginosis. Polimorfisme pada gen Mannose-binding lectin (MBL)-2, single nucleotide polymorphism (SNP) pada gen Toll-like receptor 2, dan gen IL-1b meningkatkan risiko bakterial vaginosis.[6,7,11]

Biofilm Vagina

Biofilm vagina adalah lapisan terbungkus matriks yang terbentuk dari sekumpulan bakteri dan melekat pada epitelium vagina. Pada bakterial vaginosis, terjadi pembentukan biofilm, misalnya oleh Gardnerella vaginalis dan Atopobium vaginalis. Pembentukan biofilm ini juga memicu pertumbuhan bakteri anaerob obligat lain dan meningkatkan risiko infeksi. Mikrobiota pada biofilm vagina juga dapat naik ke dalam endometrium dan menyebabkan berbagai komplikasi, seperti kelahiran prematur dan penyakit radang panggul. [6-8,13,14]

Gardnerella.vaginalis memiliki faktor virulensi vaginolisin yang membuatnya mudah menempel pada epitel vagina dan membentuk biofilm. Setelah menempel dan membentuk biofilm, G.vaginalis juga akan mengeluarkan bakteriosin yang bersifat antagonis terhadap Lactobacillus. Terbentuknya biofilm juga menyebabkan simbiosis dengan bakteri anaerob lain, sehingga menyebabkan dominasi bakteri anaerob dalam vagina. Kumpulan polimikroba ini juga menyebabkan proteolisis yang menurunkan aktivitas reduksi-oksidasi, sehingga membuat pH vagina meningkat dan Lactobacillus mengalami supresi. [6,8,11]

Referensi

6. Muzny CA, Schwebke JR. Pathogenesis of Bacterial Vaginosis: Discussion of Current Hypotheses. J Infect Dis. 2016;214:S1–5.
7. Onderdonk AB, Delaney ML, Fichorova RN. The Human Microbiome during Bacterial Vaginosis. Am Soc Microbiol. 2016;29:223–38.
8. Paavonen J, Brunham RC. Bacterial Vaginosis and Desquamative Inflammatory Vaginitis. N Engl J Med. 2018;379:2246–54.
9. Hay P. Bacterial vaginosis [version 1; referees: 2 approved]. F1000Research. 2017;6:257–75.
10. Pardede SO. Vulvovaginitis pada anak. Sari Pediatr. 2006;8:75–83.
11. Nasioudis D, Linhares IM, Ledger WJ, Witkin SS. Bacterial vaginosis: a critical analysis of current knowledge. BJOG. 2017;124:61–9.
12. Bautista CT, Wurapa E, Sateren WB, Morris S, Hollingsworth B, Sanchez JL. Bacterial vaginosis: A synthesis of the literature on etiology, prevalence, risk factors, and relationship with chlamydia and gonorrhea infections. Mil Med Res. 2016;3:4.
13. Bradshaw CS, Sobel JD. Current Treatment of Bacterial Vaginosis - Limitations and Need for Innovation. J Infect Dis. 2016;214:S14–20.
14. Gunardi WD. Peranan biofilm dalam kaitannya dengan penyakit infeksi. Meditek. 2014;15(39A):1-9.

Pendahuluan Bakterial Vaginosis
Etiologi Bakterial Vaginosis

Artikel Terkait

  • Pemberian Probiotik pada Bacterial Vaginosis
    Pemberian Probiotik pada Bacterial Vaginosis
  • Bahaya Penggunaan Douche Vagina
    Bahaya Penggunaan Douche Vagina
Diskusi Terkait
Anonymous
08 Oktober 2021
Rasionalitas Pemberian Probiotik pada Vaginitis/Keputihan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter,Izin bertanya mengenai rasionalitas pemberian probiotik pada kondisi vaginitis. Apakah probiotik termasuk terapi adjuvant yang bisa meningkatkan...
dr. Dewi Manalu
25 Mei 2021
Pasien dengan keputihan selama satu bulan
Oleh: dr. Dewi Manalu
3 Balasan
Alo dokt...izin bertanya.Pasien datang dengan keluhan keputihan dialami 1 bulan ini, keputihan berwarna kehijauan, kadang disertai darah, gatal,...
dr.Nodya Melinda Noori
22 Mei 2021
Pasien wanita usia 26 tahun dengan keluhan keputihan yang berkepanjangan
Oleh: dr.Nodya Melinda Noori
2 Balasan
Izin bertanya. Pasien wanita usia 26 th, selalu mengeluh keputihan berkepanjangan sejak setahun belakangan, keputihan berwana bening terkdang putih kental,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.