Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Bakterial Vaginosis general_alomedika 2020-02-13T15:05:48+07:00 2020-02-13T15:05:48+07:00
Bakterial Vaginosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Bakterial Vaginosis

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan bakterial vaginosis adalah dengan pemberian terapi antibiotik sesuai regimen yang direkomendasikan. Perlu diingat bahwa bakterial vaginosis juga sering kali asimtomatik. Pasien dengan bakterial vaginosis asimtomatik umumnya tidak membutuhkan terapi secara rutin, kecuali bila terdapat indikasi seperti:

  • Wanita simptomatik
  • Hasil pemeriksaan mikroskopik positif pada wanita asimtomatik ataupun simtomatik
  • Wanita yang akan menjalani pemeriksaan ginekologi invasif atau pembedahan ginekologi
  • Wanita hamil simtomatik
  • Wanita hamil asimtomatik, terutama bila terdapat riwayat kehamilan prematur idiopatik atau kematian janin pada trimester kedua. [1-4,13,25]

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis lini pertama untuk bakterial vaginosis adalah metronidazole. regimen yang berlaku di tiap-tiap negara dapat berbeda-beda.

Rekomendasi WHO

Lini pertama tata laksana yang direkomendasikan International Union against Sexually Transmitted Infections / World Health Organization (IUSTI/WHO) adalah:

  • Metronidazole oral 400-500 mg dua kali sehari selama 5-7 hari atau
  • Metronidazole gel intravagina 0,75% 5 gram sekali sehari selama 5 hari atau
  • Clindamycin krim intravagina 2% 5 gram sekali sehari selama 7 hari

Tata laksana alternative yang direkomendasikan adalah :

  • Metronidazole oral 2 gram dosis tunggal atau
  • Tinidazole oral 2 gram dosis tunggal atau
  • Tinidazole oral 1 gram sekali sehari selama 5 hari atau
  • Clindamycin oral 300 mg dua kali sehari selama 7 hari atau
  • Dequalinium klorida tablet vagina 10 mg sekali sehari selama 6 hari

Tata laksana dengan dosis tunggal pada umumnya kurang efektif bila dibandingkan dengan terapi panjang. Clindamycin dan metronidazole memiliki efikasi terapi yang sama baiknya. Tata laksana intravaginal meningkatkan risiko kandidiasis. Terapi dengan clindamycin dapat menurunkan efikasi kondom. [2,3]

Rekomendasi PERDOSKI

Regimen lini pertama yang direkomendasikan untuk bakterial vaginosis di Indonesia berdasarkan Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual tahun 2016 dan PERDOSKI (Persatuan Dokter Spesialis Kulit Kelamin Indonesia) tahun 2011 adalah:

  • Metronidazole oral 500 mg dua kali sehari selama 7 hari
  • Metronidazole oral 2000 mg dosis tunggal

Terapi alternatif yang direkomendasikan adalah:

  • Clindamycin oral 300 mg dua kali sehari selama 7 hari [4,25]

Tata Laksana Rekurensi

Rekurensi pada bakterial vaginosis cukup sering terjadi. Apabila terjadi rekurensi, dapat dilakukan pengulangan regimen yang diberikan atau diberikan tata laksana alternatif selama 1 kali pengulangan. Apabila terjadi rekurensi multipel, tata laksana yang dianjurkan adalah pemberian metronidazole gel intravagina 0,75% 5 gram sebanyak 2 kali dalam 1 minggu selama 16-20 minggu. [2,3,23]

Manajemen pada Ibu Hamil dan Menyusui

Ibu hamil dengan bakterial vaginosis simtomatik harus mendapatkan tata laksana. Tata laksana juga sebaiknya dipertimbangkan pada wanita hamil yang asimtomatik bila:

  • Kehamilan < 20 minggu
  • Terdapat riwayat kelahiran prematur idiopatik
  • Terdapat riwayat kematian janin pada trimester kedua

Hal ini karena bakterial vaginosis meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berbagai komplikasi terhadap kehamilan dan bayi. [2,3,23]

Tata laksana yang direkomendasikan adalah terapi topikal dengan clindamycin. Apabila tidak tersedia, maka dapat diberikan metronidazole oral 2 x 500 mg selama 7 hari. Metronidazole dapat diekskresikan ke dalam ASI dan melewati plasenta, namun demikian studi mendapatkan bahwa tidak terdapat bukti teratogenitas pada bayi. [2,3,23]

Manajemen pada Pasangan Seksual

Tata laksana tidak direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin pada pasangan seksual penderita bakterial vaginosis. Skrining dan tata laksana sesuai regimen yang berlaku disarankan pada wanita yang berhubungan seksual dengan wanita (WSW), sedangkan pada pasangan seksual pria tidak direkomendasikan dilakukan secara rutin. [2,3]

Rujukan Spesialis

Bakterial vaginosis pada umumnya dapat ditangani di layanan kesehatan primer. Bila terdapat komplikasi berat, terjadi rekurensi multipel, atau terjadi dalam kehamilan, maka rujukan ke spesialis kulit dan kelamin (SpKK) atau kebidanan dan kandungan (SpOG) dapat dipertimbangkan. [2,3,23]

Terapi Nonfarmakologis

Terapi nonfarmakologis pada bakterial vaginosis bertujuan terutama untuk mengurangi risiko rekurensi. Beberapa hal yang perlu disarankan adalah:

  • Menghindari konsumsi alkohol selama diberikan terapi metronidazole atau tinidazole hingga 24 jam pasca selesai regimen
  • Menghindari kontak seksual selama diberikan regimen atau menggunakan kondom. Pemberian terapi topikal dapat melemahkan bahan kondom Latex dan menurunkan efikasi hingga 5 hari pasca selesai regimen.
  • Tidak melakukan cuci vagina / vaginal douching

  • Konsumsi probiotik.[2,3,13]

Referensi

1. Kementerian Kesehatan Indonesia. Fluor Albus / Vaginal Discharge Non Gonore. Dalam: Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Pelayanan Primer. Jakarta: Kemenkes RI; 2013. h. 574–7.
2. Centers for Disease Control and Prevention. 2015 STD Treatment Guidelines: Bacterial Vaginosis. CDC. 2015. Diakses dari: https://www.cdc.gov/std/tg2015/bv.htm
3. Sherrard J, Wilson J, Donders G, Mendling W, Jensen J. 2018 European (IUSTI/WHO) Guideline on the Management of Vaginal Discharge. Int J STD AIDS. 2018;1–6.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Bakterial vaginosis. Dalam: Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Indonesia: PERDOSKI; 2011.
13. Bradshaw CS, Sobel JD. Current Treatment of Bacterial Vaginosis - Limitations and Need for Innovation. J Infect Dis. 2016;214:S14–20.
23. Paladine HL, Desai UA. Vaginitis: Diagnosis and Treatment. Am Fam Phys. 2018;97:321–9.
25. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Kemenkes RI; 2016.

Diagnosis Bakterial Vaginosis
Prognosis Bakterial Vaginosis

Artikel Terkait

  • Pemberian Probiotik pada Bacterial Vaginosis
    Pemberian Probiotik pada Bacterial Vaginosis
  • Bahaya Penggunaan Douche Vagina
    Bahaya Penggunaan Douche Vagina
Diskusi Terkait
Anonymous
08 Oktober 2021
Rasionalitas Pemberian Probiotik pada Vaginitis/Keputihan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter,Izin bertanya mengenai rasionalitas pemberian probiotik pada kondisi vaginitis. Apakah probiotik termasuk terapi adjuvant yang bisa meningkatkan...
dr. Dewi Manalu
25 Mei 2021
Pasien dengan keputihan selama satu bulan
Oleh: dr. Dewi Manalu
3 Balasan
Alo dokt...izin bertanya.Pasien datang dengan keluhan keputihan dialami 1 bulan ini, keputihan berwarna kehijauan, kadang disertai darah, gatal,...
dr.Nodya Melinda Noori
22 Mei 2021
Pasien wanita usia 26 tahun dengan keluhan keputihan yang berkepanjangan
Oleh: dr.Nodya Melinda Noori
2 Balasan
Izin bertanya. Pasien wanita usia 26 th, selalu mengeluh keputihan berkepanjangan sejak setahun belakangan, keputihan berwana bening terkdang putih kental,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.