Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Alzheimer general_alomedika 2022-04-08T09:38:16+07:00 2022-04-08T09:38:16+07:00
Alzheimer
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Alzheimer

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Diagnosis penyakit Alzheimer pada tahap awal sulit dilakukan karena penyakit ini tidak menimbulkan gejala apapun. Kelainan awal hanya dapat terdeteksi dari hasil pencitraan dan pemeriksaan biomarker. Namun, pada tahap lanjut, akan terjadi gangguan fungsi aktivitas sehari-hari dan dementia akibat Alzheimer. Kedua aspek ini yang harus digali melalui anamnesis pasien untuk menegakkan diagnosis klinis Alzheimer. Pemeriksaan fisik sendiri lebih bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding penyakit dengan manifestasi dementia lainnya.

Diagnosis definitif Alzheimer adalah melalui autopsi otak pasien postmortem, yakni ditemukannya plak amiloid dan neurofibrillary tangles. [1,2]

Fase Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer diklasifikasikan menjadi 3 fase penyakit:

  1. Preklinis: belum ada gejala, namun sudah ada perubahan pada otak yang dapat dideteksi dari pencitraan dan pemeriksaan biomarker
  2. Gangguan kognitif ringan: pasien masih mampu menjalankan aktivitas sehari-hari
  3. Dementia akibat Alzheimer: gangguan kognitif sudah mengganggu aktivitas sehari-hari[6]

Pasien atau laporan dari keluarga pasien mengenai gangguan kognitif, perilaku yang berdampak pada aktivitas dan fungsional sehari-hari harus ditanggapi oleh dokter dengan evaluasi terarah dan bertahap. Bila ditemukan perburukan gejala yang cepat, rujukan ke dokter spesialis harus dilakukan.[2]

Gejala dementia pada Alzheimer sendiri dapat didiagnosis menggunakan kriteria diagnosis dementia menurut Pedoman Praktis Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III).

Kriteria Diagnosis Dementia akibat Alzheimer

Berdasarkan PPDGJ-III, dementia didefinisikan sebagai:

  • Penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang mengganggu aktivitas harian seorang, misalnya mandi, berpakaian, makan, menjaga kebersihan diri, atau buang air kecil
  • Tidak disertai gangguan kesadaran
  • Gejala dan disabilitas tampak nyata minimal selama 6 bulan[14]

Kriteria diagnosis dementia akibat Alzheimer berdasarkan PPDGJ-III adalah sebagai berikut:

  • Ditemukan gejala dementia
  • Onset bertahap dengan deteriorasi lambat
  • Tidak adanya bukti klinis atau temuan dari pemeriksaan khusus yang menyatakan bahwa kondisi mental tersebut dapat disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan dementia, misalnya hipotiroidisme, hidrosefalus bertekanan normal, hematoma subdural, hiperkalsemia, atau neurosifilis
  • Tidak ada serangan apoplektik mendadak atau gejala neurologis fokal seperti hemiparesis, hilangnya fungsi sensorik, defek lapangan pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari gangguan tersebut (fenomena ini sering kali tumpang tindih di kemudian hari). [14]

Anamnesis

Hal yang penting ditanyakan pada anamnesis meliputi perubahan kognitif, perubahan aktivitas sehari-hari, gangguan mood dan gejala neuropsikiatri lain, serta gangguan seputar fungsi sensorik dan motorik yang dialami oleh pasien.

Keluhan Awal

Keluhan awal yang sering muncul adalah:

  • Penurunan daya ingat: sering lupa menaruh barang, lupa sudah melakukan aktivitas tertentu, lupa dengan topik yang baru saja dibicarakan, lupa tempat atau merasa bingung di lokasi yang sebenarnya sudah familiar
  • Kesulitan menghitung uang atau saat membayar sesuatu
  • Kesulitan membuat keputusan
  • Berkurangnya spontanitas dan inisiatif dalam melakukan sesuatu
  • Perubahan mood dan rasa cemas yang meningkat
  • Membutuhkan waktu yang lebih lama dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Keluhan Lanjutan

Pada keadaan lebih lanjut, pasien/keluarga akan mengeluhkan hal-hal berikut ini:

  • Kesulitan mengenali kerabat atau anggota keluarga
  • Gangguan bahasa
  • Melakukan hal yang sama berulang-ulang
  • Muncul rasa takut, gelisah, dan mudah marah

Aspek Anamnesis Lainnya

Pada anamnesis, tanyakan riwayat keluarga lain yang menderita Alzheimer dan riwayat penyakit lain yang diderita pasien penting dilakukan saat anamnesis. Kemungkinan pasien menyangkal keluhan-keluhan tersebut dapat terjadi, sehingga anamnesis terhadap keluarga pasien juga diperlukan.[1,2]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik lengkap perlu dilakukan termasuk pemeriksaan neurologis dan status mental. Pada Alzheimer yang berat, dapat ditemukan penurunan berat badan, inkontinensia, infeksi kulit, atau kejang.

Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang memiliki gejala dementia seperti stroke atau penyakit Parkinson. Pemeriksaan neurologis pasien Alzheimer biasanya normal.

Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan status mental harus meliputi poin-poin mengenai atensi dan konsentrasi, memori jangka pendek dan panjang, bahasa, praksis, fungsi eksekutif otak, dan fungsi visuospasial. Pada Alzheimer fase awal, gangguan yang pertama tampak adalah gangguan memori, afasia anomik ringan, dan gangguan visuospasial. Instrumen pemeriksaan status mental yang sering digunakan adalah Mini-Mental Status Examination (MMSE),  Mini-Cognitive Assessment Instrument (Mini-Cog), General Practitioner Assessment of Cognition (GPCOG), Montreal Cognitive Assessment (MoCA), dan Saint Louis University Mental Status (SLUMS).[1,15]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding penyakit Alzheimer adalah sebagai berikut:

Dementia Vaskuler

Dementia vaskuler umumnya memiliki gejala neurologis fokal, selain dari gangguan kognitif. Onset gejala-gejala tersebut biasanya mendadak. Pada pemeriksaan pencitraan otak akan ditemukan lesi serebrovaskular yang mendukung gejala klinis.[16]

Hidrosefalus dengan Tekanan Intrakranial Normal

Hidrosefalus dengan tekanan intrakranial normal memiliki trias klasik berupa gait abnormal (shuffling gait, bradikinesia, magnetic gait), inkontinensia urin, dan dementia. Pemeriksaan penunjang berupa pencitraan otak dan pungsi lumbal dapat mendukung diagnosis penyakit ini.[17]

Hipotiroidisme

Pasien dengan hipotiroidisme dapat mengalami gangguan memori juga. Gejala lain yang dapat ditemukan atau mendahului adalah penambahan berat badan, tidak tahan dingin, rambut rontok, konstipasi, rasa lemah pada tungkai, serta depresi. Pemeriksaan laboratorium darah fungsi tiroid merupakan pemeriksaan yang sensitif untuk menunjang diagnosis hipotiroidisme.[18]

Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson juga dapat menunjukkan gejala dementia. Selain gejala dementia, pasien memiliki gejala Parkinson khas lainnya seperti tremor esensial, bradikinesia, rigiditas, dan instabilitas postural.[19]

Dementia Lewy Body

Pada dementia Lewy body (DLB) kelainan ditemukan pada lobus frontal. Gejala klinis yang menonjol yang membedakannya dengan Alzheimer adalah halusinasi visual, fungsi kognitif yang berubah-ubah secara fluktuatif, kelainan motorik seperti Parkinson, gangguan visuospasial dan fungsi eksekutif yang lebih berat. Gangguan memori pada DLB biasanya lebih ringan.[20]

Sindroma Wernicke-Korsakoff

Sindroma Wernicke-Korsakoff memiliki trias klasik nistagmus, ataksia, dan delirium. Pemeriksaan penunjang serum tiamin dapat mendukung diagnosis.[21]

Hipernatremia

Hipernatremia ditunjang dengan hasil pemeriksaan elektrolit. Koreksi keadaan hipernatremia akan memberikan perubahan kondisi umum (khususnya ensefalopati) yang signifikan pada pasien.[22]

Alcohol Use Disorder atau Substance Use Disorder Lainnya

Alcohol use disorder atau substance use disorder lainnya dalam waktu lama dapat menimbulkan gangguan kognitif. Dari anamnesis diperoleh riwayat penggunaan alkohol atau obat terlarang. Hasil pemeriksaan laboratorium darah dan urine dapat mendeteksi kadar zat-zat tersebut.[23]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menyingkirkan kemungkinan lain yang dapat menyebabkan dementia. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium darah, MRI, CT Scan, fluorodeoxyglucose-positron emission tomography (FDG-PET) scan, pungsi lumbal, pemeriksaan genotip dan tes genetik lain untuk melihat mutasi pada protein prekursor amiloid atau presenilin.[1,2,14]

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan untuk mengeksklusi penyakit lain. Beberapa pemeriksaan yang umum dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, kadar vitamin B12, skrining fungsi hati, kadar thyroid-stimulating hormone (TSH), serologi HIV, dan pemeriksaan sifilis.[1,14]

Pencitraan

Pencitraan sebaiknya dilakukan pada pasien yang menunjukkan gejala gangguan kognitif dan perubahan perilaku. Pencitraan yang disarankan dilakukan pertama kali adalah MRI otak. Bila MRI tidak tersedia atau ada kontraindikasi untuk dilakukan MRI maka pemeriksaan CT Scan kepala dapat menjadi alternatif. Gambaran yang mungkin ditemukan pada hasil pencitraan dapat berupa penyusutan volume otak terutama pada bagian hipokampus. Teknik pencitraan lain yang dapat digunakan bila hasil MRI atau CT Scan meragukan adalah FDG-PET scan atau amiloid PET scan yang hasilnya diinterpretasi oleh dokter yang ahli di bidang dementia.[1,2,15]

Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal biasanya hanya dilakukan untuk kepentingan penelitian, tetapi pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan bila hasil pencitraan struktur otak memberikan hasil yang meragukan. Pada pungsi lumbal penderita Alzheimer, dapat ditemukan perubahan pada cairan serebrospinal berupa peningkatan kadar protein tau dan amiloid β.[15]

Pemeriksaan Genetik

Pemeriksaan genetik terhadap gen prekursor protein amiloid dan presenilin (PS1 dan PS2) disarankan dilakukan pada pasien Alzheimer onset dini (<65 tahun) dengan atau tanpa riwayat dementia pada keluarga. Pemeriksaan ini juga disarankan bagi seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita penyakit Alzheimer onset dini yang terbukti mengalami mutasi pada gen APP dan presenilin. Pemeriksaan genetik untuk APOE E4 lebih sering dilakukan dalam konteks penelitian.[1,14]

Referensi

1. Lakhan SE, Chawla J. Alzheimer disease. https://emedicine.medscape.com/article/1134817-overview
2. AAIC 2018. First practice guidelines for clinical evaluation of Alzheimer’s disease and other dementias for primary and specialty care. https://www.alz.org/aaic/downloads2018/Sun-clinical-practice-guidelines.pdf
6. Hickman RA, Faustin A, Wisniewski T. Alzheimer disease and its growing epidemic: risk factors, biomarkers and the urgent need for therapeutics. Neurol Clin. 2016:34(4);941-953. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5116320/
14. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT. Nuh Jaya. 2001
15. Sabbagh MN, Lue LF, Fayard D, Shi J. Increasing precision of clinical diagnosis of Alzheimer’s disease using a combined algorithm incorporating clinical and novel biomarker data. Neurol Ther. 2017;6(1):83-95. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5520815/
16. Alagiakrishnan K, Xiong GL. Vascular dementia. https://emedicine.medscape.com/article/292105-overview
17. Schneck MJ, Benbadis SR. Normal pressure hydrocephalus. https://emedicine.medscape.com/article/1150924-overview
18. Orlander PR, Griffing GT. Hypothyroidism. https://emedicine.medscape.com/article/122393-overview
19. Hauser RA, Benbadis SR. Parkinson disease. https://emedicine.medscape.com/article/1831191-overview
20. Crystal HA, Chawla J. Dementia with Lewy bodies. https://emedicine.medscape.com/article/1135041-overview
21. Xiong GL, Bienenfeld D. Wernicke-korsakoff syndrome. https://emedicine.medscape.com/article/288379-overview
22. Lukitsch I, Batuman V. Hypernatremia. https://emedicine.medscape.com/article/241094-overview
23. Thompson W, Xion GL. Alcoholism. https://emedicine.medscape.com/article/285913-overview

Epidemiologi Alzheimer
Penatalaksanaan Alzheimer

Artikel Terkait

  • Hubungan Antara Olahraga dan Fungsi Kognitif Lansia
    Hubungan Antara Olahraga dan Fungsi Kognitif Lansia
  • Tingginya Risiko Efek Samping Penggunaan Naproxen untuk Menghambat Progresivitas Alzheimer – Telaah Jurnal
    Tingginya Risiko Efek Samping Penggunaan Naproxen untuk Menghambat Progresivitas Alzheimer – Telaah Jurnal
Diskusi Terkait
dr. Clarissa Elysia
21 September 2019
Perbandingan keefektifan kerja obat antara donepezil dengan gingko biloba untuk mengatasi penyakit demensia
Oleh: dr. Clarissa Elysia
8 Balasan
Selamat siang dok, sbenarnya lebih efektif yg mana pnggunaan antara donepezil 1x 5 mg dan gingko biloba 120 mg terhadap progesivitas utk pnyakit...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.