Etiologi Recurrent Aphthous Stomatitis
Etiologi Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) hingga kini masih tidak dapat diketahui dengan pasti. Namun, faktor predisposisi RAS merupakan multifaktorial. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing faktor predisposisi RAS:
Genetik
RAS seringkali dihubungkan dengan kondisi genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa lebih dari 42% pasien RAS memiliki riwayat RAS pada orang tuanya. Bahkan angka lain menyebutkan jika kedua orang tua memiliki riwayat RAS, maka anaknya memiliki kemungkinan hingga 90% untuk terkena RAS. Selain itu, juga dianggap adanya hubungan antara HLA dengan RAS, yang mana hal ini berhubungan dengan asal ras dan etnik.[1,8]
Tembakau
Pasien dengan RAS justru biasanya bukan perokok. Penjelasan yang diterima adalah rokok akan membuat keratinisasi di mukosa rongga mulut, dimana RAS memiliki prevalensi yang rendah pada jaringan yang berkeratin. Selain itu, kandungan nikotin pada rokok dapat menghambat produksi TNF-α, IL-1 dan IL-6, dimana ketiga marker ini merupakan marker yang paling sering ditemui pada tinjauan histologi RAS.[1,8]
Trauma
Pada banyak pasien, lesi RAS yang muncul seringkali terjadi sesaat setelah terjadi trauma berulang pada area tersebut. Trauma yang terjadi diakibatkan oleh terkena sikat gigi, gigi yang tajam, hingga faktor iatrogenik saat melakukan perawatan dental. Namun, mekanisme yang terjadi dari trauma dapat menyebabkan RAS, hingga kini masih belum diketahui secara pasti.[5,8]
Obat-Obatan
Terdapat beberapa obat-obatan yang dikaitkan dengan kejadian RAS, seperti Non-Steroids Anti Inflammatory Drugs (NSAID), captopril, nicorandil, phenindione, phenobarbital dan sodium hipoklorit.[8]
Anemia
Anemia defisiensi vitamin B12 dan besi merupakan faktor predisposisi yang sering ditemukan pula pada lesi RAS. Anemia ini ditemukan pada 20% pasien dengan RAS.[4,5,8]
Alergi
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa alergi terhadap beberapa bahan makanan seperti cokelat, susu sapi, kanji, bahan pengawet, bahan pewarna dan kacang-kacangan merupakan faktor predisposisi yang kadang ditemukan pada pasien dengan RAS.[2,5]
Stres
Stres sering dianggap sebagai faktor RAS yang paling umum dijumpai. Namun ternyata tidak ditemukan hubungan secara langsung antara RAS dengan stres. Hubungan yang paling mungkin adalah stres dapat membuat pasien melakukan kebiasaan parafungsional seperti menggigit-gigit bibir atau mukosa bukal, sehingga dapat membuat perlukaan pada mukosa.[8]
Defisiensi Vitamin
Defisiensi vitamin yang sering dianggap berhubungan dengan RAS adalah defisiensi vitamin B (B1, B2, B6, atau B12) dan vitamin C. Namun, penelitian terkini mengungkap bahwa pada pasien dengan RAS, tidak memiliki defisiensi vitamin C (serta vitamin A dan E) yang signifikan. Justru ditemukan bahwa terdapat defisiensi vitamin D yang signifikan.[9]
Vitamin D dianggap memiliki hubungan dengan RAS karena perannya yang dapat memodulasi sistem imun baik acquired atau innate melalui perannya dalam profil sitokin. Hal ini membuat adanya potensi hubungan antara vitamin D dengan RAS, mengingat RAS juga berhubungan dengan imunitas.[10]
Dari beberapa penelitian kuantitatif, ditemukan bahwa pada pasien dengan RAS, ditemukan angka serum vitamin D lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Namun pada analisis kualitatif, tidak ditemukan signifikansi antara defisiensi vitamin D dengan derajat keparahan RAS, seperti durasi, frekuensi, diameter dan waktu penyembuhan RAS.[9,10]