Red Flag Sariawan

Oleh :
dr. Audrey Amily

Red flags atau tanda bahaya sariawan dapat membedakan penyebab jinak dari kondisi yang lebih serius, seperti HIV atau kanker mulut. Sariawan, dikenal juga sebagai ulkus oral, ditandai dengan adanya lesi pada mukosa mulut yang dapat disertai atau tanpa nyeri. Sariawan dapat disebabkan oleh trauma lokal, defisiensi nutrisi, infeksi virus dan bakteri, serta adanya gangguan imunitas.[1,2]

Sekilas Tentang Etiologi Sariawan

Sariawan biasanya disebabkan oleh etiologi yang jinak, seperti trauma lokal, stress emosional, reaksi alergi lokal, pengaruh hormonal, ataupun perubahan mikrobiota pada kavitas oral. Meski demikian, adanya sariawan juga bisa menjadi bagian dari kondisi sistemik seperti penyakit Celiac, defisiensi vitamin D, defisiensi zinc, defisiensi vitamin B1, ataupun kanker mulut (oral cancer).[1-3]

Red Flag Sariawan-min

Penyakit Celiac

Penyakit Celiac merupakan kelainan enteropati terhadap metabolisme gluten. Pada fase awal, penyakit Celiac sering tidak menunjukkan gejala spesifik sehingga sering terlambat didiagnosis. Sariawan merupakan manifestasi oral yang paling sering terjadi pada pasien dengan penyakit Celiac. Selain sariawan, manifestasi oral lain yang sering ditemukan adalah defek enamel.[3,4]

Imunokompromais

Stomatitis rekuren merupakan salah satu gejala yang sering dialami pasien dengan HIV dan penurunan fungsi imun lainnya. Keluhan sariawan pada populasi pasien ini bisa timbul akibat kandidiasis oral ataupun oral hairy leukoplakia.[1,2,4]

Infeksi

Berbagai kondisi infeksi juga bisa menyebabkan sariawan. Ini mencakup infeksi virus Epstein-Barr, penyakit tangan kaki mulut, fungal thrush, infeksi HHV-8 (human herpesvirus type 8), dan infeksi herpes simpleks.

Defisiensi Vitamin

Vitamin D merupakan vitamin larut lemak yang berperan dalam regulasi kalsium dan fosfor. Berbagai penelitian dewasa ini juga menunjukkan bahwa vitamin D berkaitan dengan imunitas tubuh. Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan beberapa gangguan sistem imun dan sariawan berulang. Manifestasi oral ini cukup sering ditemukan pada pasien dengan defisiensi vitamin D dan vitamin B1 (thiamine).[5,6]

Kanker Mulut

Sariawan merupakan salah satu lesi awal yang dapat ditemukan pada pasien dengan kanker mulut. Apabila lesi pada kavitas oral tidak membaik dalam 2-3 minggu, patut dicurigai sebagai suatu keganasan mulut.[2,7,8]

Red Flags Sariawan

Adanya red flags atau tanda bahaya sariawan menandakan perlunya pemeriksaan lebih lanjut untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis serius, seperti HIV atau kanker mulut. Beberapa red flags dari sariawan adalah:

  • Sariawan yang tidak nyeri didapati lebih dari 3 minggu
  • Adanya lesi eritematosa pada sariawan
  • Riwayat kebiasaan merokok dan minum alkohol
  • Riwayat imunosupresi
  • Munculnya perdarahan dari sariawan
  • Adanya disfagia sebagai gejala penyerta
  • Adanya disartria sebagai gejala penyerta
  • Kesulitan menggerakkan rahang atau lidah[2,7,8,9]

Manajemen Pasien dengan Red Flags Sariawan

Lesi sariawan yang disebabkan oleh penyakit jinak dan penyakit lebih serius sulit dibedakan. Anamnesis mengenai riwayat atau faktor risiko yang mengarah pada kemungkinan gangguan imun atau keganasan dapat mempersempit diagnosis. Kecurigaan klinis ini kemudian dipastikan melalui pemeriksaan penunjang.[2,4]

Anamnesis

Pada anamnesis, perlu ditanyakan onset munculnya sariawan, lokasi, serta jumlah sariawan di kavitas oral. Tanyakan juga apakah lesi sariawan disertai nyeri atau tidak, serta apa yang mencetuskan timbulnya sariawan (misalnya, adanya trauma lokal).

Dokter juga perlu menanyakan gejala penyerta yang dialami pasien, seperti demam, disfagia, disartria, kesulitan menggerakkan lidah atau rahang. Tanyakan juga faktor risiko yang mengarah pada kemungkinan kondisi klinis lebih serius, seperti riwayat kanker, sering mengalami infeksi berulang, dan riwayat HIV. Tanyakan juga kebiasaan seperti riwayat merokok, konsumsi alkohol, pola hidup, dan  medikamentosa yang dikonsumsi.[2,8,9]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan regio oral, identifikasi bentuk, jumlah, warna, dan lokasi dari lesi sariawan. Selanjutnya, pemeriksaan difokuskan sesuai dengan kecurigaan klinis arah diagnosis. Pemeriksaan sensorik dan motorik regio oral mungkin diperlukan untuk melihat apakah ada gangguan pergerakan pada lidah dan rahang pasien.[2,9,10]

Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien yang dicurigai mengalami defisiensi vitamin, pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menilai kadar vitamin yang dicurigai mengalami kekurangan, misalnya vitamin D atau vitamin B. Pemeriksaan darah lengkap, termasuk menilai kadar hemoglobin dan leukosit, juga dapat bermanfaat.

Pada pasien yang dicurigai mengalami sariawan berulang akibat HIV, dapat dilakukan pemeriksaan serologi HIV ataupun nucleic acid test (NAT). Pada pasien yang sudah terdiagnosis HIV, dapat dilakukan pemeriksaan hitung sel CD4.[2,9,10,11]

Pemeriksaan penunjang lain yang dapat membantu mengonfirmasi penyebab dari sariawan adalah pemeriksaan swab atau apusan pada lesi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab infeksi virus, bakteri, maupun jamur yang menimbulkan sariawan.

Biopsi pada lesi juga bisa dilakukan apabila sariawan dicurigai disebabkan oleh keganasan rongga mulut. Pemeriksaan pencitraan mungkin diperlukan untuk mengevaluasi ukuran tumor, invasi lokal, dan stadium kanker untuk menentukan rencana terapi.[10-12]

Tata Laksana

Penatalaksanaan sariawan dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Pada kasus sariawan yang disebabkan oleh defisiensi vitamin, pemberian suplementasi vitamin dan mengatasi penyebab defisiensi merupakan terapi utama.

Jika sariawan dicurigai disebabkan oleh infeksi, dapat diberikan medikamentosa topikal yang bersifat antiseptik, antibiotik, ataupun antifungal. Pada kasus recurrent aphthous stomatitis, dapat diberikan triamcinolone acetonide 1% sebagai antiinflamasi. Untuk mengurangi keluhan juga bisa diberikan gel atau pasta pelapis pada lesi.

Pada kasus kandidiasis oral, bisa diberikan antifungal topikal seperti nystatin atau amphotericin B. Jika berkaitan dengan HIV, maka perlu diberikan antiretroviral seperti tenofovir ditambah lamivudin.[8-12]

Referensi