Etiologi Leukoplakia Mulut
Etiologi leukoplakia mulut adalah terjadinya iritasi kronis pada mukosa oral, dengan faktor risiko utama berupa kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Faktor lain seperti infeksi Candida, trauma mekanis, dan infeksi virus seperti human papilloma virus/HPV, juga dapat berperan.[3-7]
Merokok
Tembakau merupakan faktor risiko utama leukoplakia, dengan 80-90% kasus leukoplakia ditemukan pada perokok. Paparan terhadap tembakau akan menyebabkan iritasi kronis akibat panas dan zat kimia dari asap rokok yang akan merangsang hiperkeratosis dan displasia epitel. Selain itu, tembakau juga akan memaparkan zat-zat karsinogen yang akan menginisiasi mutasi genetik. Paparan tembakau juga akan menghasilkan radikal bebas (ROS).[4,6,7]
Konsumsi Alkohol
Orang yang rutin mengonsumsi alkohol dilaporkan memiliki risiko 2-6 kali lebih tinggi mengalami leukoplakia dibandingkan orang yang tidak mengonsumsi alkohol. Alkohol juga akan meningkatkan permeabilitas mukosa terhadap zat karsinogen yang akan memperburuk efek tembakau. Metabolit alkohol (asetaldehida) juga memiliki sifat genotoksik yang dapat merusak DNA. Selain itu, alkohol dapat memicu inflamasi kronis yang akan meningkatkan ekspresi sitokin pro-inflamasi.[4,6,7]
Trauma Mekanis Kronik
Rongga mulut merupakan salah satu area dalam tubuh yang memiliki potensi tinggi untuk mengalami trauma kronis. Trauma kronis intraoral sering didapatkan dari tepi gigi tajam, tepi gigi tiruan yang tajam atau tidak pas, tepi alat orthodonti tajam, hingga kebiasaan menggigit pipi. Hal ini akan meningkatkan risiko hiperkeratosis reaktif. Namun, umumnya leukoplakia yang disebabkan oleh trauma mekanis tidak akan berkembang menjadi maligna.[4,6,7]
Infeksi Human Papillomavirus
Dua subtipe HPV, yaitu HPV-16 dan HPV-18, sering dikaitkan dengan leukoplakia dan kanker orofaring. Onkoprotein E6 dan E7 dari HPV dapat menonaktifkan P53 dan Rb, sehingga akan menyebabkan penghambatan proses apoptosis dan menginisiasi proliferasi sel yang tidak terkontrol. Infeksi HPV juga akan meningkatkan ekspresi epidermal growth factor receptor (EGFR) yang mendukung pertumbuhan sel neoplastik.[4,6,7]
Radiasi Ultraviolet
Radiasi ultraviolet sering dikaitkan dengan leukoplakia yang terjadi pada bibir bawah, biasanya juga diasosiasikan dengan actinic cheilitis. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah paparan sinar matahari benar-benar berpotensi menyebabkan leukoplakia.[4,6,7]
Predisposisi Genetik
Predisposisi genetik seperti mutasi pada gen TP53 dapat mengurangi kemampuan sel untuk mendeteksi dan memperbaiki kerusakan DNA. Selain itu, polimorfisme genetik pada enzim detoksifikasi seperti GSTT1, CYP1A1, dan GSTM1 akan menyebabkan ketidakefektifan dalam melakukan detoksifikasi karsinogen dari tembakau dan alkohol.[4,6,7]
Gangguan Imun
Individu yang memiliki kondisi disfungsi imun seperti HIV, lupus eritematosus sistemik, dan transplantasi organ lebih rentan terhadap leukoplakia. Terutama varian hairy leukoplakia yang sering dikaitkan dengan aktivasi Epstein-Barr Virus (EBV). Selain itu, gangguan imun juga dapat menghambat mekanisme pertahanan tubuh terhadap sel neoplastik.[4,6,7]
Defisiensi Nutrisi
Defisiensi nutrisi yang sering dikaitkan dengan leukoplakia adalah defisiensi vitamin A dan zat besi. Vitamin A berperan dalam diferensiasi epitel, sehingga jika tubuh kekurangan vitamin ini, akan meningkatkan risiko hiperkeratosis abnormal. Sementara, kekurangan zat besi sering dikaitkan dengan Plummer-Vinson syndrome, yang akan meningkatkan risiko displasia epitel.[4,6,7]