Penatalaksanaan Leukoplakia Mulut
Prinsip penatalaksanaan leukoplakia mulut adalah identifikasi faktor risiko dan mengeliminasi faktor risiko tersebut. Aspek yang sangat penting adalah menentukan tingkat risiko transformasi menjadi maligna, melakukan observasi jangka panjang, dan memberikan terapi yang tepat berdasarkan penilaian tingkat keparahan dan risiko.[5,11,14-16]
Identifikasi dan Eliminasi Faktor Risiko
Sebagian faktor risiko leukoplakia adalah faktor eksternal yang dapat dikendalikan. Untuk itu, langkah awal dari penatalaksanaan leukoplakia adalah mengeliminasinya. Contoh tindakan eliminasi faktor risiko adalah menghentikan paparan tembakau dan alkohol, mengatasi trauma mekanis dengan menyesuaikan gigi tiruan atau alat orthodonti, dan menghilangkan kebiasaan menggigit pipi.[5,11,14-16]
Evaluasi Risiko Transformasi Maligna
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko leukoplakia bertransformasi menjadi maligna adalah lokasi lesi yang berada di dasar mulut, lateral lidah atau dasar lidah, serta leukoplakia non-homogen. Jika ditemukan ciri-ciri tersebut dalam kasus lesi yang displasia, maka risiko untuk bertransformasi menjadi maligna akan semakin meningkat.[5,11,14-16]
Observasi Jangka Panjang
Karena berbagai macam terapi tidak mengurangi risiko transformasi ganas, maka observasi jangka panjang sangat penting dilakukan untuk memastikan deteksi dini tanda transformasi. Pasien dengan leukoplakia harus melakukan kontrol rutin setiap 3 bulan sekali di awal. Jika tidak ada perubahan pada lesi, maka pemantauan dapat diperpanjang hingga satu tahun sekali.
Jika kontrol rutin sudah menjadi satu tahun sekali, pemantauan lesi dapat dilakukan melalui foto yang diambil oleh pasien sendiri dan dikirimkan ke dokter gigi untuk evaluasi antar kunjungan. Jika diperlukan, setiap beberapa tahun sekali dapat kembali dilakukan biopsi. Tanda bahaya yang harus diedukasi pada pasien adalah adanya hemoptisis.[5,11,14-16]
Terapi Bedah
Jika leukoplakia menunjukkan gejala transformasi maligna, diperlukan prosedur pembedahan untuk mengeliminasi lesi tersebut. Terapi bedah ini termasuk eksisi bedah konvensional, bedah laser CO2, hingga krioterapi.
Keuntungan terapi bedah adalah eliminasi langsung lesi yang berisiko tinggi. Kekurangannya adalah potensi komplikasi seperti fibrosis, gangguan fungsi bicara, atau kekambuhan.[5,11,14-16]
Terapi Non-Bedah
Berbagai macam terapi non-bedah ditawarkan sebagai alternatif terapi bedah yang lebih berisiko. Contohnya adalah dengan retinoid, pemberian antiinflamasi, karotenoid, terapi fotodinamik, hingga aplikasi obat topikal seperti bleomycin. Namun, dari semua jenis terapi non-bedah tersebut, belum ada yang memiliki bukti efikasi adekuat dalam pencegahan transformasi maligna.[5,11,14-16]