Patofisiologi Kernikterus
Patofisiologi kernikterus berbeda-beda, bergantung pada etiologi yang mendasari peningkatan kadar bilirubin indirek (tidak terkonjugasi) di dalam darah.
Bilirubin merupakan hasil dari pemecahan hemoglobin sel darah merah. Berbeda dengan bilirubin direk yang bersifat larut dalam air, bilirubin indirek bersifat larut dalam lemak sehingga dapat melewati sawar darah otak. Bilirubin memiliki afinitas yang lebih tinggi pada beberapa bagian area otak, terutama di ganglia basalis, hipokampus, badan genikulata, dan nukleus saraf kranial. Hal ini menyebabkan gejala klinis yang ditimbulkan juga sesuai dengan area penumpukkan bilirubin dalam otak.[1,4]
Efek Bilirubin pada Sel Saraf
Bilirubin bersifat neurotoksik, sehingga berdampak pada neuron, oligodendrosit, mikroglia, dan astrosit. Pada neuron, bilirubin menyebabkan penurunan penggunaan oksigen, peningkatan pelepasan kalsium dan caspase-3, sehingga terjadi apoptosis sel. Selain mengalami apoptosis, bilirubin menyebabkan oligodendorsit mengalami penurunan sintesis mielin dan meningkatkan reactive oxygen species (ROS). Pada mikroglia, bilirubin meningkatkan pelepasan sitokin proinflamasi dan aktivitas metalloproteinase sehingga menyebabkan inflamasi dan nekrosis sel. Sel astrosit yang terpapar oleh bilirubin dapat mengalami apoptosis dan mengalami peningkatan pelepasan glutamat.[1,4]