Edukasi dan Promosi Kesehatan Bronkiolitis
Pencegahan penyakit bronkiolitis ditekankan pada edukasi dan promosi kesehatan dengan penerapan hidup sehat. Upaya preventif dapat dilakukan dengan pemberian imunoglobulin respiratory syncytial virus (RSV) dan antibodi monoklonal pada populasi yang rentan, misalnya bayi prematur dengan usia gestasi <32 minggu.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien yang dapat dilakukan pada bronkiolitis adalah:
- Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. ASI mengandung antibodi Ig G, Ig A dan interferon gamma yang dapat menetralkan patogenisitas RSV. Imunoregulator dan imunomodulator dalam ASI juga meningkatkan maturasi sistem imun.
- Mencuci tangan. RSV dapat bertahan selama 7 jam di udara bebas dan dapat ditransmisikan secara langsung atau tidak langsung melalui sentuhan atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mencuci tangan secara teratur
- Memakai masker. Virus dan kuman penyebab bronkiolitis dapat menyebar melalui droplet udara pernafasan yang keluar saat bersin, batuk atau berbicara sehingga dianjurkan untuk menggunakan masker saat mengalami keluhan saluran nafas atau kontak dengan pasien yang sedang sakit. Walau demikian, bukti ilmiah yang mendukung pemakaian masker ini sendiri minim
- Cuci hingga bersih dan keringkan peralatan makan dan minum serta hindari menggunakan peralatan makan dan minum secara bersama-sama
- Hindarkan bayi dan anak dari paparan rokok
- Buat ventilasi udara yang baik
- Anjurkan pasien untuk melakukan imunisasi influenza dan pneumococcal conjugate vaccine (PCV)
- Jika pasien berobat jalan, informasikan pada orang tua untuk segera membawa anaknya ke rumah sakit terdekat jika ada salah satu tanda bahaya, seperti sesak napas atau tanda dehidrasi [6,10,12-13,18,19]
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Selain edukasi dan upaya promotif, sebagai upaya preventif dalam mencegah bronkiolitis dapat digunakan imunoglobulin RSV dan antibodi monoklonal. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian serum imunoglobulin atau palivizumab terutama pada :
- Anak <2 tahun dengan penyakit paru kronis yang membutuhkan suplementasi oksigen, obat diuretik atau terapi glukokortikoid.
- Kelahiran prematur dengan usia gestasi < 32 minggu
- Bayi baru lahir pada usia gestasi 29-32 minggu yang terkena RSV
- Bayi baru lahir pada usia gestasi 32-35 minggu yang memiliki saudara kandung usia sekolah yang terkena polusi lingkungan atau memiliki abnormalitas saluran nafas dan gangguan neuromuskular berat serta membutuhkan suplementasi oksigen selama 28 hari pertama kehidupannya.
Palivizumab dianjurkan diberi setiap bulan selama 5 bulan dengan dosis 15 mg/kgbb/dosis secara intramuskular sedangkan imunoglobulin RSV dianjurkan diberi setiap bulan selama 5 bulan secara intravena.
Yang perlu diperhatikan adalah pada pasien dengan penyakit jantung bawaan, imunoglobulin RSV tidak dapat diberikan.
Pemberian imunoglobulin RSV dapat menyebabkan vaksin dengan antigen hidup seperti measles mumps, rubella (MMR) menjadi tidak aktif. Oleh karena itu, pemberian vaksin perlu diulang 9 bulan pasca pemberian imunoglobulin RSV. [20-21]
Vaksinasi
Penemuan vaksin RSV menjadi prioritas utama karena sampai saat ini belum tersedia vaksin RSV. Kendala utama adalah sulitnya mendapat strain virus hidup yang dilemahkan yang tidak akan menimbulkan keluhan pada resipien namun tetap dapat menginduksi imunogenisitas. [18,20]