Diagnosis Cedera Hamstring
Diagnosis cedera hamstring atau hamstring injury ditegakkan dari anamnesis untuk mengetahui berat-ringan gejala, mekanisme cedera, dan menyingkirkan diagnosis banding. Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan kekuatan otot, range of motion, dan palpasi untuk mengetahui lokasi robekan. Pemeriksaan penunjang dapat berupa rontgen untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur patologis, ultrasonografi, dan MRI.
Anamnesis
Pada umumnya pasien dengan cedera hamstring akan mengeluhkan nyeri di paha. Cedera melibatkan tendon proksimal akan menimbulkan keluhan nyeri di tuberositas ischium yang dirasakan saat pasien duduk. [1]
Beberapa keluhan yang timbul pada cedera hamstring adalah :
- Nyeri yang dapat disertai kelemahan pada tungkai, timbul tiba-tiba dan dapat timbul setelah gerakan yang eksplosif, misalnya lari cepat
- Pasien mungkin mendengar suara letupan saat cedera timbul
- Onset nyeri paha posterior umumnya timbul di awal atau akhir aktivitas olahraga, terutama jika pasien tidak melakukan pemanasan terlebih dulu
- Pasien mungkin saja baru menyadari adanya cedera ketika timbul perasaan tidak dapat mengontrol tungkai sepenuhnya
- Pasien dapat merasakan nyeri saat duduk, berjalan menanjak, atau naik tangga
- Bengkak dan ekimosis dapat timbul pada cedera yang berat [4]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus cedera hamstring bertujuan untuk menentukan lokasi cedera, tingkat keparahan dan penentuan jenis rehabilitasi. Pemeriksaan ini meliputi:
Kekuatan Otot
Pemeriksaan kekuatan otot pada kasus cedera hamstring dapat dilakukan dengan melakukan tahanan terhadap otot hamstring. Karena otot hamstring adalah otot biartikular, pemeriksaan tahanan ini harus meliputi kekuatan sendi panggul dan sendi lutut, serta pemeriksaan kekuatan isometrik dan rangsang nyeri. [1]
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menstabilkan panggul pada posisi netral, dan penilaian kekuatan fleksi lutut dapat dilakukan dengan melakukan tahanan pada tumit.
Penilaian kekuatan otot hamstring bagian medial dan lateral dapat dilakukan dengan gerak rotasi internal dan rotasi eksternal tungkai bawah. Untuk mengukur kekuatan ekstensi panggul dapat dilakukan dengan memposisikan lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat, sambil memberikan tahanan pada bagian distal tungkai dan tumit. [1]
Range of Motion
Pemeriksaan range of motion bertujuan untuk mengukur tingkat kelenturan otot dan panjang maksimal otot. Otot hamstring normal dapat mencapai gerakan fleksi sendi panggul sampai 80 derajat dan ekstensi sendi lutut sampai 20 derajat. [1]
Palpasi
Pemeriksaan palpasi bagian posterior tungkai atas bertujuan untuk menentukan lokasi spesifik otot yang mengalami cedera dengan melakukan provokasi nyeri. Pasien diposisikan dalam keadaan pronasi dan selanjutnya dilakukan gerakan ekstensi dan fleksi lutut. Pada saat melakukan gerakan ini dilakukan perabaan otot dan tendon untuk menentukan lokasi otot yang paling terasa nyeri. [1]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding cedera hamstring adalah lumbosacral facet syndrome yang lebih sering terjadi pada pasien usia tua, tidak disertai nyeri tungkai, dan tidak disertai spasme otot. [4]
Diagnosis banding lain adalah radikulopati lumbosakral dimana nyeri pada tungkai biasanya didahului nyeri pinggang, dan nyeri terus menjalar hingga mencapai pergelangan kaki atau telapak kaki.
Cedera hamstring juga bisa didiagnosis banding dengan cedera sakroiliaka dimana nyeri pada atlet biasanya lebih terasa di pinggang dibandingkan di tungkai. Pada inspeksi bisa didapatkan tinggi pelvis yang asimetris.
Pemeriksaan Penunjang
Pada cedera hamstring pemeriksaan penunjang yang utama adalah pencitraan.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur patologis akibat avulsi tulang di sekitar otot hamstring.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ini sangat bergantung kepada kemampuan pemeriksa. Ultrasonografi lebih disarankan dilakukan pada otot yang mengalami hematoma, dan sebaiknya dilakukan di hari kedua sampai hari ketujuh setelah cedera. Pada gambaran ultrasonografi dapat ditemukan adanya diskontinuitas serat otot, perbedaan panjang dan lebar serat otot, serta dapat ditentukan kedalaman cedera otot.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan ini merupakan baku emas untuk menegakkan diagnosis cedera hamstring. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat keparahan, luas lesi, keterlibatan tendon dan retraksi otot yang mengalami cedera. [3,4]