Patofisiologi Sindrom Marfan
Patofisiologi sindrom Marfan dimulai dengan kelainan genetik yang menyebabkan kelainan pada jaringan ikat. Defek genetik yang terjadi akan menyebabkan gangguan produksi protein fibrilin-1 yang merupakan regulator bioavailabilitas Transforming Growth Factor β (TGF-β). Hal ini akan menyebabkan inflamasi, fibrosis, dan aktivasi matriks metalloproteinase.[4]
Mutasi Gen Fibrilin 1
Mutasi pada gen Fibrilin-1 (FBN1) diduga menyebabkan kelainan pada jaringan ikat melalui 2 mekanisme dasar. Pertama, molekul fibrilin 1 yang abnormal mensintesis alel yang mengalami mutasi dan bergabung dalam pembentukan polimer fibrilin, sehingga terbentuk mikrofibril dari matriks ekstraseluler yang abnormal. Kedua, terdapat penurunan produksi fibrilin 1, sehingga terjadi kelemahan jaringan ikat dan bermanifestasi dengan gejala sindrom Marfan seperti adanya luksasi lensa, dural ektasia, dan joint hyperlaxity.
Beberapa manifestasi klinis sindrom Marfan lainnya diduga timbul sebagai akibat keseimbangan matriks ekstraseluler yang abnormal, dimana penurunan produksi dan mutasi fibrilin 1 menyebabkan gangguan pada jaringan, peningkatan aktivitas TGF-β dan kehilangan interaksi antara sel dan matriks.[5]
Kelainan Aorta pada Sindrom Marfan
Pada penderita sindrom Marfan, secara histologis lapisan medial dari aorta didapatkan abnormalitas luas dengan adanya fragmentasi, disorganisasi dan kehilangan elastisitas lamina yang digantikan dengan material basofil yang tersusun dari glukosaminoglikan. Lesi ini disebut sebagai ‘cystic medial necrosis’. Degenerasi pada lapisan medial tersebut tidak spesifik, namun dapat terlihat pada semua tipe aneurisma aorta.[5]