Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Neutropenia general_alomedika 2023-02-07T10:28:22+07:00 2023-02-07T10:28:22+07:00
Neutropenia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Neutropenia

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Diagnosis neutropenia sangat bergantung pada anamnesis yang mendalam mengenai riwayat perjalanan penyakit pasien. Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada pasien bergantung pada lokasi infeksi. Pemeriksaan penunjang hitung sel darah putih merupakan penanda utama diagnosis neutropenia.

Anamnesis

Pada pasien dengan Neutropenia, dari anamnesis dan riwayat perjalanan penyakit dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:

  • Pasien sering mengalami sakit, yang ditandai dengan seringnya pasien berobat, dengan berbagai macam jenis infeksi
  • Bila ada hasil hitung sel darah putih serial pasien, perlu ditentukan apakah kondisi neutropenia bersifat akut (hitungan hari hingga minggu) atau kronik (hitungan bulan hingga tahun)
  • Ditemukan adanya infeksi oportunistik pada kondisi pasien, atau ditemukan infeksi bakteri dan atau jamur yang jarang dijumpai dalam praktek sehari-hari.
  • Akibat infeksi yang dialami, pasien memiliki riwayat konsumsi antibiotik dan antijamur jangka panjang.
  • Pasien memiliki riwayat keluarga yang memiliki keluhan serupa atau telah terdiagnosis memiliki penyakit herediter dengan manifestasi neutropenia
  • Pasien memiliki riwayat tumor atau sedang menjalani kemoterapi
  • Pasien sedang mengonsumsi obat-obatan dengan efek samping neutropenia dalam jangka waktu yang lama Contohnya rituximab, clozapine, dapsone, methimazole, quinidine, aminopyrine, sefalosporin, sulfonamid, hydralazine dan penicillin[1,13]

Pemeriksaan Fisik

Dari pemeriksaan fisik, akan ditemukan tanda infeksi pada bagian tubuh pasien, seperti

  • Demam
  • Ronga Mulut: gingivitis, tonsillitis rekuren, faring hiperemis, stomatitis aftosa
  • Abdomen: peritonitis, splenomegali
  • Panca indra: otitis media, konjungtivitis purulenta
  • Sendi: arthritis
  • Kulit: pyodermitis, abses rekuren, vasculitis, candidiasis mukokutan, granuloma[1]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding neutropenia antara lain adalah:

Neutropenia Akut

Neutropenia akut didefinisikan sebagai neutropenia yang hanya terjadi pada rentang waktu harian hingga mingguan. Neutropenia akut atau biasa dikenal dengan neutropenia transien berdasarkan etiologinya dapat dibagi menjadi infeksius dan noninfeksius. Neutropenia akut yang disebabkan oleh infeksi terutama disebabkan oleh infeksi virus. Dengan tiga virus tersering adalah Epstein-Barr virus, human immunodeficiency virus (HIV), dan influenza. Namun neutropenia juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur.[2,13,14]

Neutropenia noninfeksius selanjutnya dapat dibagi menjadi neutropenia akibat inflamatorik dan induksi obat sekaligus autoimun. Obat-obatan tertentu selain secara langsung berinteraksi dengan menekan prekursor myeloid di sumsum tulang atau menghambat granulopoiesis, juga berinteraksi dengan sistem imun (sebagai hapten). Umumnya terjadi dalam beberapa jam setelah konsumsi obat, menyebabkan terbentuknya formasi antibodi yang menghancurkan neutrofil di dalam darah. Contohnya adalah obat golongan penicillin[14]

Neutropenia Kronik

Neutropenia kronik didefinisikan sebagai neutropenia yang menetap selama lebih dari tiga bulan. Pada anak dan dewasa, penyebab tersering neutropenia kronik adalah kondisi autoimun atau idiopatik. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya neutropenia kronik antara lain adalah defisiensi vitamin mineral, autoimun, sindroma neutropenik herediter, myelodisplasia, kegagalan sumsum tulang baik didapat maupun yang bersifat kongenital serta idiopatik.[2]

Pada anak-anak, kondisi neutropenia kronik yang berat dapat dibagi menjadi neutropenia kongenital, neutropenia siklikal, neutropenia idiopatik, neonatal alloimmune neutropenia dan Primary autoimmune neutropenia.[4]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang merupakan modalitas utama penentu diagnosa neutropenia serta etiologi yang mendasarinya. Berikut pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai mengalami neutropenia:

Pemeriksaan Darah Perifer

Dari pemeriksaan darah perifer, dapat ditentukan ada tidaknya neutropenia berdasarkan nilai pemeriksaan hitung sel darah putih. Diagnosa neutropenia dapat ditegakkan bila hitung sel neutrofil kurang dari 1.5 x 10/L. Bila hitung sel neutrofil mencapai kurang dari 0.5 x 10/L, maka kondisi ini disebut sebagai neutropenia berat dan pasien memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi rekuren dengan prognosis yang lebih buruk.[1,13]

Bila kondisi neutropenia disertai dengan anemia dan trombositopenia, perlu dicurigai adanya kondisi autoimmune atau penyakit infeksi atau bisa juga terjadi generalized marrow failure disorder. Apabila dari hasil hitung sel darah putih ditemukan kondisi neutropenia ringan dan limfositopenia secara bersamaan, hal ini dapat terjadi akibat penyakit autoimmune dan neutropenia idiopatik. Pada kondisi neutropenia berat yang disertai limfositopenia, perlu dicurigai kondisi mengarah pada WHIM syndrome.[13]

Pemeriksaan Sumsum Tulang

Pemeriksaan sumsum tulang terutama untuk melihat ada tidaknya abnormalitas proses myelopoiesis pada pasien neutropenia. Pemeriksaan ini penting terutama bila terdapat kecurigaan adanya sindrom mielodisplasia atau leukemia myeloblastik akut. Pemeriksaan sumsum tulang juga diindikasikan pada bayi dengan kondisi neutropenia kongenital berat. Pemeriksaan apusan sumsum tulang dapat membantu penilaian derajat beratnya defek proses myelopoiesis yang terjadi di sumsum tulang.[2]

Pemeriksaan Antibodi dan Antigen Neutrofil

Pemeriksaan antigen dan antibodi ini dilakukan dengan metode imunofluoresensi, aglutinasi atau pemeriksaan flowsitometri. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan diagnosa neutropenia autoimun, namun tetap harus melihat manifestasi klinis yang ditemukan serta gambaran sumsum tulang pada pemeriksaan sumsum tulang karena masih tingginya angka positif palsu dan negatif palsu.[2,15]

Pemeriksaan Genetik

Pemeriksaan genetik berguna untuk menentukan diagnosa pada Neutropenia kongenital maupun herediter. Hal ini perlu dilakukan agar dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya perburukan penyakit, seperti sindrom mielodisplasia ataupun aplasia darah. Hasil pemeriksaan ini juga dapat menjadi dasar untuk pemberian konseling genetik pada keluarga dengan faktor genetik bawaan.[2]

Referensi

1. Vaillant, Angel A. Justiz and Zito, Patrick M. Neutropenia. 2020. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507702/
2.Newburger, Peter E and Dale, David C. Evaluation and Management of Patients with Isolated Neutropenia. Semin Hematol. 2013;50(3):198-206. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3748385/#!po=10.8696
4. Moore DC. Drug-Induced Neutropenia: A Focus on Rituximab-Induced Late-Onset Neutropenia. P T. 2016;41(12):765-768. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5132417/
13. Dale, David C. How I diagnose and treat neutropenia. Curr Opin Hematol. 2016;23(1):1-4. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4668211/
14. Singh N, Singh Lubana S, Dabrowski L. Isolated Chronic and Transient Neutropenia. Cureus. 2019;11(9):e5616. Published 2019 Sep 10. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6823038/
15. Palmblad J, Dufour C, Papadaki HA. How we diagnose neutropenia in the adult and elderly patient. Haematologica. 2014;99(7):1130-1133. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4077072/

Epidemiologi Neutropenia
Penatalaksanaan Neutropenia

Artikel Terkait

  • Tatalaksana Febrile Neutropenia Pasca Kemoterapi
    Tatalaksana Febrile Neutropenia Pasca Kemoterapi
Diskusi Terbaru
Anonymous
Kemarin, 15:30
Bisul dan luka di kaki
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo dokter. Saya dikonsulkan mengenai pasien yang datang ke Pustu di wilayah tempat saya bekerja, jadi saya hanya dikirimkan foto klinis pasien.Keluhannya:...
Anonymous
Kemarin, 15:27
Dosis Itraconazole untuk onikomikosis setelah ektraksi kuku
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, saya baru saja melakukan ekstraksi kuku kaki karena kuku onikomikosis yang terbentur, sehingga kuku agak terlepas. Saya akan meresepkan...
Anonymous
Kemarin, 14:15
Lesi di kulit yang terasa gatal dan perih
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien datang dengan keluhan lesi seperti di foto sudah 3 hari. Lesi terasa gatal dan perih. Riwayat digigit serangga (-). Pasien rutin konsumsi obat jantung...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.