Panduan e-Prescription Hemoroid
Panduan e-prescription untuk hemoroid ini dapat digunakan oleh Dokter Umum saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Hemoroid merupakan suatu kondisi pembengkakan abnormal pada bantalan anus sebagai konsekuensi dari dilatasi plexus hemoroidalis dan jaringan ikat disekelilingnya. Kondisi ini diakibatkan oleh gangguan drainase vena. Secara umum, hemoroid dibedakan menjadi dua tipe yaitu hemoroid interna, yaitu hemoroid yang berada di atas linea dentata, dan hemoroid eksterna, yaitu hemoroid yang berada di bawah linea dentata.[1]
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala hemoroid tergantung pada tipe dan derajatnya. Biasanya pasien dengan hemoroid mengeluh terdapat benjolan pada anus, dengan/tanpa disertai nyeri, gatal pada anus, hingga keluarnya darah merah segar saat buang air besar.
Berdasarkan tingkat kejadian prolaps, hemoroid interna dibedakan menjadi 4 derajat, yaitu:
- Derajat I: Tidak terdapat prolaps
- Derajat II: Terdapat prolaps yang dapat terreduksi secara spontan
- Derajat III: Terdapat prolaps yang memerlukan reduksi secara manual
- Derajat IV: Terdapat prolaps yang sudah tidak dapat direduksi (inkarserata)[1-3]
Peringatan
Pada umumnya, kasus hemoroid eksterna tidak memerlukan penanganan yang spesifik. Namun, jika terjadi thrombosis atau gumpalan darah, rujukan ke layanan kesehatan sekunder diperlukan. Tata laksana bedah dalam 2–3 hari pertama dapat bermanfaat dalam mempercepat pemulihan, mengurangi risiko kekambuhan, dan memperpanjang interval kekambuhan.
Hemoroid derajat III dan IV juga memerlukan tindakan operatif sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut.
Rujukan juga diperlukan pada pasien dengan hemoroid interna derajat I–II, apabila pasien tidak merespons terhadap terapi farmakologi yang diberikan selama 7 hari.[2,3]
Medikamentosa
Pada hemoroid derajat I–II, terapi lini pertama meliputi perubahan gaya hidup dengan diet tinggi serat, suplementasi serat, perbanyak asupan air minum, mandi air hangat, dan stool softeners atau pelunak feses.
Terdapat beberapa terapi topikal yang dapat mengatasi gejala secara sementara, tetapi efektivitas dan keamanan jangka panjangnya belum diketahui. Obat antihemoroid tersebut biasanya mengandung astringent, antiseptik, anestesi topikal, dan kortikosteroid. Obat-obat topikal tersebut umumnya tersedia dalam bentuk kombinasi dari dua atau lebih komposisi obat yang diformulasikan dalam sediaan krim, salep, atau suppositoria.[1]
Berikut ini beberapa formulasi antihemoroid sudah dikombinasikan dalam sebuah sediaan topikal. Pilih salah satu dari obat berikut:
- Kombinasi bismuth subgallate 150 mg, hexachlorophene 2.5 mg, lidocaine 10 mg, zinc oxide 120 mg, tersedia dalam bentuk suppositoria, diberikan 1 kali sehari sebelum tidur, atau 2 kali sehari pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur, selama 7 hari
- Kombinasi benzocaine 1,0%, zinc oxide 2%, alukol 0,25%, tersedia dalam bentuk suppositoria, diberikan 1 kali sehari, selama 7 hari
- Kombinasi lithospermi radix extract 0,09 mg, dibucaine HCl 0,25 mg, diphenhydramine HCl 0,25 mg, cetrimide 1,25 mg, aethylis aminobenzoas 10 mg, tersedia dalam bentuk salep, diberikan 2–3 kali sehari, selama 7 hari
- Kombinasi policresulen 50 mg, cinchocaine HCl 10 mg, tersedia dalam bentuk salep dan suppositoria, diberikan 2–3 kali sehari, selama 7 hari[1,2,4]
Berdasarkan beberapa meta-analisis, suplemen phlebotonic bioflavonoid berupa micronized purified flavonoid fraction (MPFF) terbukti bermanfaat untuk meredakan gejala utama hemoroid. Namum penggunaannya memerlukan kehati-hatian, sebab FDA tidak mengawasi secara ketat penggunaan suplemen ini.[1,5,6]
- Diosmin + hesperidin 1.000 mg peroral, 1 kali sehari atau 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari
Terapi Ajuvan
Pemberian obat laksatif dan suplementasi serat juga bermanfaat untuk mengatasi gejala konstipasi pada hemoroid. Terapi tersebut dapat digunakan sampai feses lunak dengan konsistensi menyerupai pasta gigi.
Pilih salah satu dari obat laksatif berikut ini:
-
Laktulosa 15–30 mL (10–20 gram) peroral, 1 kali sehari, dikonsumsi hingga konsistensi feses lunak dan defekasi mudah dilakukan. Hentikan obat bila feses rekuren cair atau bila terjadi kram abdomen akibat flatulence
- Docusate 50–300 mg peroral, 1 kali sehari atau dibagi menjadi beberapa kali konsumsi
Jenis serat yang sering digunakan adalah:
- Psyllium husk sachet, 4–5 sendok makan dilarutkan dalam 500 mL air, diberikan 1–2 kali sehari.[7]
Selain itu, hydrocortisone dapat diberikan untuk mengatasi nyeri, gatal, dan bengkak. Berikut dosis pemberiannya:
Hydrocortisone topikal 0,1–2,5%, tersedia dalam bentuk sediaan krim, salep, atau losion, dioleskan tipis-tipis sebanyak 1–2 kali sehari selama 7 hari, pada area anus yang mengalami pembengkakan atau gatal. Maksimal pemberian 14 hari untuk menghindari efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang.[9]
Anak
Terapi medikamentosa hemoroid pada anak di bawah usia 18 tahun tidak dianjurkan.
Pemberian pada Ibu Hamil
Penggunaan bismuth subgallate, policresulen, dan hydrocortisone topikal pada wanita hamil termasuk dalam kategori C, sehingga sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil. Lidocaine termasuk dalam kategori B sehingga tergolong aman jika dikonsumsi oleh ibu hamil.
Untuk mengatasi konstipasi akibat hemoroid pada ibu hamil, laktulosa termasuk aman dan termasuk dalam kategori B oleh FDA.[7]
Ditulis oleh: dr. Isna Arifah Rahmawati