Prognosis Atresia Esofagus
Prognosis pasien dengan atresia esofagus saat ini semakin membaik dipengaruhi oleh angka mortalitas yang jauh menurun karena meningkatnya angka keberhasilan operasi serta perkembangan perawatan perioperatif dan setelah operasi.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien atresia esofagus, dapat dibagi menjadi komplikasi ringan dan berat serta komplikasi akibat pembedahan yang terbagi pula menjadi komplikasi early dan late.
Komplikasi Ringan Atresia Esofagus
Komplikasi ringan atresia esofagus terdiri dari :
- dismotilitas esofagus
- aspirasi
- feeding disorders
- disfagia
Komplikasi Berat Atresia Esofagus
Komplikasi berat atresia esofagus terdiri dari:
- metaplasia gastrik pada esofagus
- metaplasia intestinal
- adenokarsinoma esofagus.
Komplikasi Early akibat Pembedahan
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi adalah sebagai berikut:
- Kebocoran anastomosis
- Rekurensi
- Striktur anastomosis
Komplikasi Late akibat Pembedahan
Komplikasi late yang perlu diwaspadai setelah operasi, yaitu:
- Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
- Dismotilitas usus
- Trakeomalasia[1,4,5,24]
Prognosis
Komorbiditas atresia esofagus yang saat ini menjadi perhatian adalah lebih kepada komplikasi pasca pembedahan di awal masa kehidupan pasien. Komorbid tersering adalah dysphagia (72%) dan gastroesophageal reflux (GER) (67%).[25]
GER kronik pasca terapi pembedahan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan mukosa esofagus, striktur esofagus, Barrett’s esophagus dan adenokarsinoma esofageal. Beberapa studi jangka panjang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan risiko Barrett’s esophagus dan esophageal carcinoma pada pasien atresia esofagus, yang telah terjadi sejak usia muda.[25]
Saat ini, terdapat dua klasifikasi yang sering digunakan untuk menilai prognosis pasien atresia esofagus, yaitu Klasifikasi Waterstone dan klasifikasi Spitz.
Klasifikasi Waterstone
Faktor risiko yang dinilai pada klasifikasi Waterstone adalah berat badan lahir rendah, serta ada tidaknya pneumonia dan anomali kongenital yang berhubungan.[19]
Berdasarkan klasifikasi ini, pasien kemudian dikategorikan berdasarkan kelompok yaitu kelompok A dengan berat lahir >2500 gram, dengan tanpa komplikasi lainnya, kelompok B dengan berat lahir di antara 1800 gram dan 2500 gram dengan tanpa komplikasi lainnya atau berat lahir lebih dari 2500 gram dengan pneumonia sedang/anomaly kongenital dan kelompok C yaitu berat lahir <1800 gram, dengan tidak disertai komplikasi lainnya atau berat lahir >2500 gram dengan pneumonia berat atau anomali kongenital berat.[19]
Klasifikasi Spitz
Klasifikasi kedua adalah klasifikasi Spitz. Pada klasifikasi ini, faktor risiko yang dinilai adalah berat lahir dengan batas 1500 gram dan kelainan kongenital jantung mayor. Klasifikasi ini membagi pasien menjadi kelompok I pada pasien dengan berat lahir >1500 gram, tanpa anomali kardiak, kelompok II berat lahir <1500 gram atau adanya anomali kardiak dan kelompok III dengan berat lahir< 1500 gram dengan anomali kardiak.[19]
Hubungan antara Klasifikasi Waterstone dan Spitz dan Tingkat Mortalitas Pasien
Kedua klasifikasi tersebut membandingkan keadaan praoperasi dengan luaran yang dihasilkan sehingga dapat menentukan prognosis.
Tingkat mortalitas untuk kriteria Spitz adalah sebagai berikut:
- Kelompok I: 3%
- Kelompok II: 41%
- Kelompok III: 78%
Sementara itu, tingkat survival rate untuk kriteria Waterstone adalah sebagai berikut:
- Kelompok A: 5%
- Kelompok B: 15%
- Kelompok C: 35%[19]