Nutrisi Enteral pada Kasus Atresia Esofagus

Oleh :
dr. Joko Kurniawan, M.Sc., Sp.A

Nutrisi enteral pada kasus atresia esofagus merupakan salah satu tahap penting untuk mendukung nutrisi anak sebelum anak dapat menerima nutrisi secara oral. Bila nutrisi parenteral total diberikan pada saat diagnosis atresia esofagus dibuat, maka nutrisi enteral diberikan setelah dilakukannya koreksi pembedahan agar terdapat jalur enteral baik melalui selang nasogastrik maupun per oral.[1]

Atresia esofagus adalah kelainan bawaan dimana saluran esofagus tidak terbentuk sempurna atau bahkan disertai oleh fistula transesofageal yang menyebabkan air liur atau cairan asam lambung dapat masuk ke percabangan trakeobronkial.

Feeding,Pump,Medical,Device,Purple,Color,To,Supplement,Nutrition,Liquid

Atresia esofagus dapat dikoreksi dengan tindakan pembedahan. Tingkat harapan hidup anak dapat mencapai 100% setelah tindakan tersebut. Meski demikian, diobservasi adanya komplikasi sulit makan setelah tindakan koreksi atresia esofagus.[2-4]

Indikasi Pemberian Nutrisi Enteral pada Atresia Esofagus

Nutrisi diberikan secara enteral anak dengan atresia esofagus apabila terdapat kesulitan makan pada anak. Kesulitan makan meliputi disfagia, batuk, tersedak atau muntah saat makan sering terjadi pada anak dengan atresia esofagus pasca pembedahan.[5]

Penyebabnya seringkali multifaktorial seperti gangguan organik ataupun gangguan perilaku makan. Pengelolaan kesulitan makan tersebut dapat dilakukan dengan mengurangi stasis esofagus dengan dilatasi fundoplikasi, meningkatkan kekentalan nutrisi enteral, mengobati masalah paru untuk mengurangi batuk/muntah/napas cepat, atau dilatasi striktur.[5]

Strategi Pemberian Nutrisi Enteral

Pemberian nutrisi enteral dilakukan jika saluran cerna sudah siap menerima asupan nutrisi dan pemberian secara oral belum bisa memenuhi minimal 60 persen dari kebutuhan kalori harian anak sesuai usia.[6]

Studi yang dilakukan pada 2015-2017 oleh Gholaremza et al. melibatkan 48 bayi yang telah menjalani tindakan koreksi atresia esofagus dan kemudian dikelompokan ke dalam 2 kelompok. Kelompok yang mendapatkan nutrisi enteral dini, yakni <48 jam, terbukti mempunyai toleransi makan yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol.[7]

Pemberian nutrisi dengan selang nasogastrik secara umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kontinu (selama 24 jam) dan secara bolus intermiten. Namun, teknik pemberian nutrisi enteral secara kontinu dinilai lebih berisiko menyebabkan aspirasi dibandingkan teknik pemberian nutrisi secara bolus intermiten.[6]

Selain itu, beberapa studi juga membuktikan pemberian nutrisi secara intermiten meningkatkan sintesis protein pada tubuh anak dibandingkan dengan pemberian nutrisi secara kontinu. Proses anabolisme atau sintesis protein ini sangat penting dalam meningkatkan berat badan anak pasca tindakan pembedahan. Oleh karena itu, pemberian nutrisi enteral dapat dilakukan secara intermiten (tiap 2-3 jam) sesuai dengan kebutuhan fisiologis anak.[6,8]

Pemilihan Tekstur Makanan

Tekstur makanan juga dapat dinaikan secara bertahap sesuai usia anak, dimulai dengan tekstur/konsistensi cair untuk usia 0-6 bulan kemudian ditingkatkan kekentalannya. Pemilihan nutrisi yang lebih kental dimaksudkan untuk mengurangi risiko aspirasi saat menelan, dan mengurangi refluks. Selain itu nutrisi yang lebih kental juga memiliki jumlah kalori yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan kenaikan berat badan.[5,6]

Weaning

Beberapa ahli merekomendasikan pemberian nutrisi enteral secara intermiten juga dipadukan dengan weaning bertahap. [8,9]

Teknik weaning yang sering digunakan adalah Graz model of tube weaning, dimana dilakukan penurunan pemberian nutrisi melalui selang nasogastric secara bertahap yang memungkinkan anak untuk merasakan rasa lapar. Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak untuk dapat menerima nutrisi secara oral.[10]

Pemberian nutrisi enteral melalui selang setelah tindakan koreksi diturunkan secara bertahap di bawah pengawasan oleh ahli dengan mempertimbangkan usia, pertumbuhan, kondisi medis, dan kemampuan oral anak. Metode ini melibatkan terapi multidisiplin dari dokter anak, psikolog, dan feeding therapist. Proses weaning dilakukan seiring naiknya nutrisi anak yang bisa masuk secara oral dengan memperhitungkan kebutuhan total hariannya.[2]

Manfaat Pemberian Nutrisi Enteral

Manfaat pemberian nutrisi enteral pada anak dengan atresia esofagus telah diteliti. Studi kohort retrospektif oleh Serooskerken et al. di Wilhelmina melibatkan 13 pasien dengan kasus atresia esofagus dari tahun 2006-2017. Pasien-pasien tersebut mendapatkan pemberian nutrisi enteral per oral dalam 2 minggu setelah pembedahan dengan thoracoscopic external traction technique (TTT) berhasil. Berdasarkan hasil studi, hampir seluruh pasien dapat makan sesuai dengan usianya dengan pertumbuhan yang normal.[11]

Studi kohort retrospektif lainnya oleh Harrington et al. pada tahun 2013-2019 melibatkan 46 bayi dengan atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus distal. Dari studi ini, terbukti bahwa bayi dengan atresia esofagus yang mendapat koreksi sejak dini dan tata kelola nutrisi yang baik, dapat mencapai kurva pertumbuhan optimal dalam kurun 3 tahun pertama (72%). Rerata berat bayi yang rendah dibandingkan usianya dapat menyebabkan kenaikan pertumbuhan di 1 tahun pertama belum maksimal.[2]

Kesimpulan

Nutrisi enteral pada kasus atresia esofagus setelah koreksi pembedahan dilakukan secara bertahap melalui penggunaan selang nasogastrik sampai anak siap diberikan nutrisi melalui oral sepenuhnya. Pemberian nutrisi ini sangat penting untuk mengejar kenaikan berat badan sehingga pertumbuhannya tetap optimal. Umumnya tumbuh kejar dapat dilakukan dalam 2-3 tahun pertama dan dengan program weaning bayi dapat bertransisi dari pemberian nutrisi enteral ke nutrisi oral.

Referensi