Etiologi Tirotoksikosis
Etiologi tirotoksikosis terdiri dari seluruh kondisi yang menyebabkan gejala klinis kelebihan hormon tiroid dalam sirkulasi, baik yang disebabkan oleh hipertiroidisme (primer dan sekunder) dan tanpa hipertiroidisme. [4-6]
Hipertiroidisme Primer
Hipertiroidisme primer terdiri dari berbagai kondisi kelenjar tiroid yang menyebabkan kelenjar tiroid memproduksi dan mensekresi hormon tiroid dalam jumlah yang berlebihan. Contoh hipertiroidisme primer adalah Grave’s Disease, adenoma toksik, metastase karsinoma tiroid yang bersifat fungsional, mutasi reseptor thyroid stimulating hormone (TSH) yang menyebabkan aktivasi berlebih, dan sindrom McCune-Albright akibat mutasi Gsa. [4-6]
Hipertiroidisme Sekunder
Hipertiroidisme sekunder merupakan berbagai kondisi bukan pada kelenjar tiroid, yang menyebabkan kelenjar tiroid memproduksi dan mensekresi hormon tiroid dalam jumlah yang berlebih. Contoh hipertiroidisme sekunder adalah adenoma pituitari yang mensekresi TSH, sindrom hormon tiroid resisten, tumor-tumor yang mensekresi hormon gonadotropin, tirotoksikosis gestasional, dan faktisia tirotoksikosis. [4-6]
Tirotoksikosis Tanpa Hipertiroidisme
Tirotoksikosis dapat terjadi tanpa hipertiroidisme, yaitu karena pelepasan hormon tiroid dari folikel kelenjar tiroid yang destruksi. Contoh tirotoksikosis tanpa hipertiroidisme adalah tiroiditis subakut, tiroiditis silent, konsumsi obat atau radiasi yang menyebabkan destruksi folikel tiroid, dan tirotoksikosis “hamburger”.
Tiroiditis subakut biasanya disebabkan oleh infeksi virus. Tiroiditis silent biasanya bersifat autoimun.
Beberapa obat yang dapat merusak folikel tiroid antara lain amiodarone, interferon alfa, dan lithium. Di lain sisi, radiasi juga dapat menyebabkan kerusakan kelenjar tiroid, contohnya efek dari iodin radioaktif. [4-6]
Faktor Risiko
Faktor risiko tirotoksikosis antara lain :
- Kondisi medis: infeksi virus, kehamilan, riwayat penyakit autoimun, riwayat trauma atau operasi kelenjar tiroid
- Usia: hipertiroidisme lebih sering terjadi pada usia >60 tahun, namun khusus Grave’s disease lebih sering pada usia 40-60 tahun
- Jenis Kelamin: perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki
- Genetik: riwayat Grave’s disease dalam keluarga akan meningkatkan risiko
- Etnis: keturunan Jepang memiliki risiko yang lebih tinggi, hal ini mungkin berhubungan dengan kandungan iodin dalam makanan yang lebih tinggi
- Penggunaan obat tiroid yang tidak sesuai anjuran [5,8-10]