Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Hiperparatiroid general_alomedika 2021-07-01T21:16:00+07:00 2021-07-01T21:16:00+07:00
Hiperparatiroid
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Hiperparatiroid

Oleh :
dr. Jessica Elizabeth
Share To Social Media:

Patofisiologi hiperparatiroid bervariasi sesuai jenis hiperparatiroid yang dialami, yakni hiperparatiroid primer, sekunder, atau tersier. Pada hiperparatiroid primer, kadar hormon paratiroid yang meningkat akan menyebabkan peningkatan kadar kalsium serum dan penurunan kadar fosfat serum.

Hiperparatiroid Primer

Pada kasus hiperparatiroid primer, penyebab tersering adalah adenoma paratiroid yang menyebabkan hilangnya umpan balik positif produksi hormon paratiroid. Namun, hal ini tidak terjadi pada hiperparatiroid primer akibat hiperplasia paratiroid. Pada hiperplasia, terjadi peningkatan jumlah sel di kelenjar paratiroid.

Peningkatan hormon paratiroid menyebabkan pelepasan kalsium dari tulang yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan osteopenia. Dalam kasus yang parah, hal ini menyebabkan osteitis fibrosa cystica, yang ditandai dengan resorpsi subperiosteal dari falang distal, peruncingan klavikula distal, munculnya salt and pepper appearance pada tengkorak, dan tumor coklat pada tulang panjang. Selain itu, reabsorpsi kalsium yang meningkat secara kronis di ginjal dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal.[1]

Gejala hiperparatiroid lainnya disebabkan oleh hiperkalsemia itu sendiri, contohnya kelemahan otot, kelelahan, mual, muntah, koma, dan bahkan kematian. Manifestasi neuropsikiatri seperti depresi, kebingungan, atau defisit neurologi ringan juga umum ditemukan. Peningkatan kalsium dapat meningkatkan sekresi asam lambung sehingga orang dengan hiperparatiroid memiliki risiko ulkus peptikum yang lebih tinggi.[1]

Hiperparatiroid Sekunder

Keseimbangan kalsium dan fosfat diregulasi secara ketat oleh tulang, ginjal, dan kelenjar paratiroid. Fibroblast growth factor 23 (FGF-23), 25-hydroxyvitamin D, dan 1,25-dihydroxyvitamin D, serta hormon paratiroid mengatur homeostasis produksi kalsium dan fosfat. FGF-23 diproduksi oleh tulang akibat peningkatan serum fosfat, yang akan mencetuskan ekskresi fosfat oleh ginjal dan mengurangi hidroksilasi dari 25-hydroxyvitamin D.

FGF-23 dan serum fosfat juga menurunkan sekresi hormon paratiroid untuk menjaga keseimbangan kalsium dan fosfat. Pada penyakit ginjal kronis stadium 3–5 (estimated glomerular filtration rate atau eGFR <59 mL/menit), kadar FGF-23 meningkat dan awalnya menyebabkan fosfaturia dan penurunan ekskresi hormon paratiroid.

Namun, saat penyakit ginjal kronis berkembang, ada resistensi di ginjal dan kelenjar paratiroid terhadap FGF-23 dan ada defisiensi 1 alfa hidroksilasi vitamin D di ginjal. Keduanya berkontribusi terhadap penurunan ekskresi fosfat. Setelah itu, kekurangan 1,25-dihydroxyvitamin D dan penurunan ekskresi fosfat menyebabkan hipokalsemia dan hiperfosfatemia. Hal ini mempertahankan stimulasi sintesis hormon paratiroid dan hiperplasia kelenjar paratiroid.[1,3]

Hiperparatiroid Tersier

Hiperparatiroid tersier paling sering terjadi pada pasien dengan hiperparatiroid sekunder kronis yang telah menjalani terapi dialisis selama bertahun-tahun. Kelenjar paratiroid yang mengalami hipertrofi akan membesar seiring waktu dan terus memproduksi hormon paratiroid secara berlebihan meskipun kadar kalsium serum berada dalam rentang normal atau bahkan meningkat.

Dalam kasus ini, kelenjar hipertrofi menjadi otonom dan menyebabkan hiperkalsemia, bahkan setelah terapi penarikan kalsium dan vitamin D aktif.[1]

Referensi

1. Kim L. Hyperparathyroidism: Overview, Anatomy and Embryology, Primary Hyperparathyroidism. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/127351-overview#a1
3. Muppidi V, Meegada SR, Rehman A. Secondary Hyperparathyroidism. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557822/

Pendahuluan Hiperparatiroid
Etiologi Hiperparatiroid
Diskusi Terbaru
dr. Putu Aditya Dwipayana
Hari ini, 14:23
Bisakah Otopain digunakan pada OMA stadium perforasi ?
Oleh: dr. Putu Aditya Dwipayana
3 Balasan
Alo dokter, izin berdiskusi dokter, pada pasien OMA stadium perforasi yang telah dilakukan pencucian dengan H2O2, apakah boleh diberikan obat tetes...
dr.Risa
Hari ini, 11:45
Injeksi dexamethasone di faskes primer
Oleh: dr.Risa
2 Balasan
Alo dokter. Izin berdiskusi. Pemberian injeksi dexametasone di faskes primer biasanya tersering diberikan pada kasus2 apa dok? Terimakasih banyak 🙏
Anonymous
Hari ini, 07:17
Bercak merah gatal pada anak
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo TS, Ijin Diskusi TS. Ada pasien anak umur 10 bln dengan keluhan gatal-gatal disertai kemerahan pada kedua tangan dan kaki. Orang tua pasien mengatakan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.