Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Karsinoma Sel Skuamosa general_alomedika 2023-01-18T08:20:21+07:00 2023-01-18T08:20:21+07:00
Karsinoma Sel Skuamosa
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Karsinoma Sel Skuamosa

Oleh :
Ricky Dosan
Share To Social Media:

Diagnosis karsinoma sel skuamosa (KSS) kulit diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan radiologi dilakukan bila terdapat kecurigaan keterlibatan kelenjar getah bening regional dan metastasis jauh. [3,4]

Anamnesis

Gambaran yang paling sering ditemukan dari KSS kulit adalah ulkus yang tidak kunjung sembuh atau pertumbuhan abnormal pada daerah yang terpapar sinar matahari. Adanya faktor risiko, misalnya paparan matahari yang sering dan lama atau penggunaan imunosupresan, juga harus digali.

Progresivitas tumor juga perlu dinilai untuk menentukan agresivitas KSS kulit. Gejala-gejala yang berkaitan dengan keterlibatan saraf perifer seperti gangguan sensoris, parestesia, kelemahan otot dan penglihatan kabur  juga ditanyakan. [2]

Pemeriksaan Fisik

Gambaran KSS yang paling sering adalah aktinik keratosis yang berubah menjadi hiperkeratosis, atau basisnya berubah menjadi infiltratif, atau berubah menjadi nyeri dan ulseratif. Predileksi terbanyak dari KSS adalah area yang sering terekspos matahari, seperti wajah dan bagian dorsal tangan. [1]

Lokasi, ukuran, dan jenis KSS dapat menentukan kemungkinan rekurensi, sehingga sebaiknya dilakukan pemeriksaan seksama terkait hal ini. [4]

Tabel 1. Terminologi Daerah Permukaan Kulit  

Daerah

Lokasi

H Area topeng pada wajah (bagian sentral wajah, kelopak mata, alis, periorbita, hidung, bibir, dagu, preaurikular, postaurikular, temple, telinga), genitalia, tangan, kaki
M Pipi, dahi, skalp, leher dan pretibia
L Badan dan ekstremitas diluar tangan, kuku, pretibia, kaki

Tabel 2. Klasifikasi KSS Kulit Berdasarkan Risiko Rekurensi

Risiko rendah

Risiko tinggi

Lokasi/ukuran

Area L< 20 mm

Area M < 10 mm

Area L > 20 mm

Area M > 10 mm

Area H

Batas tumor Tegas Tidak tegas
Primer/rekuren Primer Rekuren
Imunosupresi (-) (+)
Riwayat radioterapi (-) (+)
Tumor tumbuh cepat (-) (+)
Gejala neurologis (-) (+)
Diferensiasi Baik Buruk
Subtipe patologi akantolitik (adenoid), adenoskuamosa (produksi musin), desmoplastik atau metaplastik (karsinosarkomatosa) (-) (+)
Kedalaman ≤ 6 mm atau tidak ada invasi pada lemak subkutan > 6 mm atau ada invasi pada lemak subkutan
Keterlibatan perineural, limfatik dan vaskular (-) (+)

Lesi Prekanker

Seringkali KSS kulit didahului oleh keratosis aktinik. Keratosis aktinik berasal dari proliferasi keratinosit epidermal atipikal. Umumnya lesi ini muncul sebagai makula berskuama, berukuran hanya beberapa milimeter, dengan warna bervariasi mulai dari coklat, merah muda atau sewarna kulit. Progresi lesi ini menjadi KSS kulit memiliki probabilitas sebesar 20%. Namun, dilaporkan bahwa 65% KSS kulit berasal dari keratosis aktinik. [13]

KSS in situ merupakan prekursor dari KSS kulit invasif. KSS in situ  biasanya muncul berupa bercak atau papul merah muda bersisik yang mirip dengan keratosis aktinik. KSS kulit pada bibir biasanya terletak pada vermilion border bibir bawah. Umumnya lesi ini disertai dengan actinic cheilitis yang muncul berupa xerosis, fisur, atrofi, dan dispigmentasi. [2]

Pemeriksaan Neurologi

KSS dapat mengenai nervus kranialis dan menimbulkan gejala berupa gangguan motorik dan sensorik. Nervus kranialis yang sering terkena pada KSS kulit adalah nervus fasialis dan trigeminal. [2,4]

Kelenjar Getah Bening Regional

Metastasis regional terjadi pada 2-6% kasus KSS. Pada KSS kulit di regio kepala-leher perlu dilakukan evaluasi kelenjar getah bening. Pada lesi di daerah dahi, kelopak mata, pipi dan telinga perlu dilakukan evaluasi pada kelenjar getah bening parotis. Pada lesi di daerah bibir dan perioral perlu dilakukan evaluasi pada kelenjar getah bening submental dan servikal. [2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding karsinoma sel skuamosa di antaranya adalah karsinoma sel basal, aktinik keratosis, dan keratoakantoma.

Karsinoma Sel Basal

Karsinoma sel basal akan tampak seperti papul seperti lilin yang disertai depresi sentral, menyerupai mutiara, dan mudah berdarah jika terkena trauma. Bisa didapatkan telangiektasia pada permukaan tumor.

Aktinik Keratosis

Aktinik keratosis adalah gambaran awal yang biasanya muncul sebelum menjadi karsinoma sel skuamosa. Pada aktinik keratosis, gambaran yang muncul adalah pertumbuhan pada kulit yang kasar, kering, dan berskuama. Predileksi aktinik keratosis sama dengan KSS, yaitu pada area tubuh yang sering terpapar matahari. Beda aktinik keratosis dengan AK, adalah lesi pada aktinik keratosis bisa hilang-timbul. [7]

Keratoakantoma

Pada keratoakantoma, lesi tampak seperti kubah, dengan depresi pada bagian tengah lesi, dan timbul pada area tubuh yang sering terpapar matahari. Pada dermoskopi, keratoakantoma dapat dibedakan dari KSS jika terdapat lesi bulat berwarna putih, keratin, dan bintik perdarahan. [14]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada KSS kulit umumnya dilakukan untuk menilai luas keterlibatan penyakit. [4]

Pemeriksaan Patologi Anatomi

Biopsi diperlukan untuk diagnosis definitif dan pemilihannya didasarkan pada besar dan lokasi lesi. Biopsi harus dilakukan pada semua lesi yang dicurigai sebagai neoplasma kulit.

Pada lesi berukuran kecil pada daerah yang tidak termasuk sebagai daerah kritis dapat dilakukan biopsi eksisional. Metode ini dapat dilakukan sebagai intervensi diagnostik maupun terapeutik. Pada lesi berukuran lebih besar atau yang terletak pada daerah kritis secara kosmetik dan fungsional, disarankan untuk melakukan biopsi insisi atau punch biopsy.

KSS kulit konvensional dapat dibagi menjadi 4 jenis histologi berdasarkan tingkat diferensiasinya.

  • Berdiferensiasi baik : Memiliki karakteristik gambaran nukleus yang normal dengan banyak sitoplasma dan mutiara keratin ekstraselular
  • Berdiferensiasi sedang : Memiliki gambaran di antara kriteria diferensiasi baik dan buruk
  • Berdiferensiasi buruk : Terdapat atipia nukleus dalam jumlah besar dengan mitosis yang tampak sering, rasio nukleus sitoplasma yang besar, dan keratinisasi yang sedikit
  • Tidak terdiferensiasi : Memiliki gambaran sel epitel yang sulit dibedakan dengan sel mesenkimal, melanoma atau limfoma [2]

Pemeriksaan Radiologi

Pada lesi yang kecil dan superfisial, umumnya pemeriksaan radiologi tidak dibutuhkan. Namun, jika terdapat kecurigaan lesi yang invasif atau metastasis, maka modalitas radiologi dapat dilakukan.

CT-scan dilakukan untuk mengevaluasi keterlibatan jaringan sekitar, tulang, dan kelenjar getah bening. MRI dapat digunakan untuk menyingkirkan invasi perineural dan organ vital. PET scan dapat digunakan untuk menelusuri kemungkinan terjadinya metastasis jauh. [2,4]

Clark Level

Clark Level adalah klasifikasi yang digunakan untuk menentukan seberapa dalam lesi tumor kulit telah penetrasi. Klasifikasi ini terdiri dari 5 level, yaitu :

  • Level I : Hanya mengenai lapisan epidermis, disebut juga melanoma in situ

  • Level II : Invasi ke papila dermis
  • Level III : Memenuhi papila dermis tetapi belum mengenai retikular dermis
  • Level IV : Invasi ke retikular dermis
  • Level V : Invasi ke jaringan subkutan

Stadium

Penentuan stadium tumor pada KSS dilakukan berdasarkan sistem American Joint Committee on Cancer (AJCC)/ International Union against Cancer (UICC) Tumor-Node-Metastasis (TNM).  [4]

Tabel 3.Stadium Kanker Kulit Non Melanoma pada Regio Kepala Leher Berdasarkan AJCC 2017

Tumor
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti terdapat tumor primer
Tis Tumor primer in situ
T1 Diameter terbesar tumor secara klinis <2 cm
T2 Diameter terbesar tumor secara klinis ≥ 2 cm dan < 4 cm
T3 Diameter terbesar tumor secara klinis ≥ 4 cm
T4

Tumor primer menginvasi korteks, sumsum tulang, basis kranii atau foramen basis kranii

T4a: Tumor yang menginvasi korteks dan sumsum tulang

T4b: Tumor yang menginvasi basis kranii dan foramen basis kranii

Nodul (Klinis)
Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai secara klinis
N0 Tidak ditemukan keterlibatan kelenjar getah bening regional secara klinis maupun radiologis
N1 Keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran ≤ 3 cm pada diameter terbesarnya dan tidak ada ekstensi ekstranodal
N2

Keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran > 3 cm dan < 6 cm pada diameter terbesarnya atau keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral multipel dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar getah bening regional bilateral/kontralateral dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal

N2a: Keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran > 3 cm dan < 6 cm pada diameter terbesarnya

N2b: keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral multipel dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal

N2c: keterlibatan kelenjar getah bening regional bilateral/kontralateral dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal

N3

keterlibatan kelenjar getah bening regional dengan diameter ≥ 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar regional manapun dengan ekstensi ekstranodal

N3a: keterlibatan kelenjar getah bening regional dengan diameter ≥ 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal

N3b: keterlibatan kelenjar regional manapun dengan ekstensi ekstranodal

pN (Nodul Patologi)
pNX Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai secara patologi
pN0 Tidak ditemukan keterlibatan kelenjar getah bening regional pada pemeriksaan patologi
pN1 Keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran ≤ 3 cm pada diameter terbesarnya dan tidak ada ekstensi ekstranodal
pN2

Keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran ≤ 3 cm pada diameter terbesarnya dan  ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran > 3 cm dan < 6 cm pada diameter terbesarnya atau keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral multipel dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar getah bening regional bilateral/kontralateral dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal

N2a: keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran ≤ 3 cm pada diameter terbesarnya dan  ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran > 3 cm dan < 6 cm pada diameter terbesarnya

N2b: keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral multipel dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal

N2c: keterlibatan kelenjar getah bening regional bilateral/kontralateral dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal

pN3

keterlibatan kelenjar getah bening regional dengan diameter ≥ 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar regional manapun dengan ekstensi ekstranodal

N3a: keterlibatan kelenjar getah bening regional dengan diameter ≥ 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal

N3b: keterlibatan kelenjar regional manapun dengan ekstensi ekstranodal

Metastasis
M0 Tidak ditemukan metastasis jauh
M1 Ditemukan metastasis jauh dari pemeriksaan klinis dan/atau radiologi

Tabel 4. Penentuan Stadium Berdasarkan Klasifikasi TNM

TNM T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
Stadium IV T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T berapapun N3 M0
T4 N berapapun M0
T berapapun N berapapun M1

 

Referensi

1. Stratigos A, Garbe C, Lebbe C, et al. Diagnosis and treatment of invasive squamous cell carcinoma of the skin: European consensus-based interdisciplinary guideline. European Journal of Cancer, 2015. 51(14): 1989–2007.doi:10.1016/j.ejca.2015.06.110
2. Najar T. Cutaneous Squamous Cell Carcinoma. In: Meyers AD, editors. Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1965430-overview
3. Kabir S, Schmults CD, Ruiz ES. A Review of Cutaneous Squamous Cell Carcinoma Epidemiology, Diagnosis, and Management. In: Int J Cancer Manag, 2018. 11(1):e60846. http://intjcancermanag.com/en/articles/60846.html
4. NCCN. Squamous Cell Skin Cancer. 2018. https://www.nccn.org/professionals/physician_gls/default.aspx#site
7. Bonerandi JJ, Beauvillain C, Caquant L, et al. Guidelines for the diagnosis and treatment of cutaneous squamous cell carcinoma and precursor lesions. Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology, 2011. 25: 1–51. doi:10.1111/j.1468-3083.2011.04296.x
13. Aslam AM, Patel AN. Facial Squamous Cell Carcinoma. BMJ, 2016. 352:i1513. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27032668
14. Rosendahl C, Cameron A, Argenziano G, et al. Dermoscopy of Squamous Cell Carcinoma and Keratoacanthoma. Archives of Dermatology, 2012. 148(12):1386. doi:10.1001/archdermatol.2012.2974

Epidemiologi Karsinoma Sel Skuamosa
Penatalaksanaan Karsinoma Sel Sk...

Artikel Terkait

  • Hydrochlorothiazide Meningkatkan Risiko Terkena Karsinoma Sel Basal dan Skuamosa
    Hydrochlorothiazide Meningkatkan Risiko Terkena Karsinoma Sel Basal dan Skuamosa
  • Perbedaan Keratosis Aktinik dengan Karsinoma Sel Skuamosa
    Perbedaan Keratosis Aktinik dengan Karsinoma Sel Skuamosa
Diskusi Terkait
dr. Nurul hidaya
01 Mei 2021
Pasien wanita usia 30 tahun dengan luka pada leher belakang sejak 2 minggu lalu yang berawal seperti jerawat
Oleh: dr. Nurul hidaya
4 Balasan
Izin share dokter, Seorang wanita usia 30tahun datang ke puskesmas dengan keluhan luka di leher belakang yang dirasakan sekitar 2 minggu terakhir. awalnya...
dr. Nurul hidaya
01 Februari 2021
Pasien wanita usia 55 tahun dengan keluhan luka dan nyeri pada lengan atas sejak 4 bulan yang lalu
Oleh: dr. Nurul hidaya
6 Balasan
Izin dok,Pasien wanita usia 55tahun dengan keluhan luka dan nyeri di lengan atas sebelah kanan, dirasakan sejak 4 bulan terakhir, awal muncul berupa lecet...
dr.Eden Kurniawati Duha
22 Juni 2020
Pasien perempuan usia 53 tahun dengan keluhan terdapat benjolan tampak seperti bunga kol pada lengan kiri yang terasa nyeri sejak 2 tahun lalu
Oleh: dr.Eden Kurniawati Duha
29 Balasan
Wanita , Usia 53 tahun. mengeluh benjolan pada lengan kiri bawah yang sudah di derita selama 2 Tahun. Awalnya benjolan biasa seperti kutil, kemudian...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.