Diagnosis Karsinoma Sel Skuamosa
Diagnosis karsinoma sel skuamosa (KSS) kulit diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan radiologi dilakukan bila terdapat kecurigaan keterlibatan kelenjar getah bening regional dan metastasis jauh. [3,4]
Anamnesis
Gambaran yang paling sering ditemukan dari KSS kulit adalah ulkus yang tidak kunjung sembuh atau pertumbuhan abnormal pada daerah yang terpapar sinar matahari. Adanya faktor risiko, misalnya paparan matahari yang sering dan lama atau penggunaan imunosupresan, juga harus digali.
Progresivitas tumor juga perlu dinilai untuk menentukan agresivitas KSS kulit. Gejala-gejala yang berkaitan dengan keterlibatan saraf perifer seperti gangguan sensoris, parestesia, kelemahan otot dan penglihatan kabur juga ditanyakan. [2]
Pemeriksaan Fisik
Gambaran KSS yang paling sering adalah aktinik keratosis yang berubah menjadi hiperkeratosis, atau basisnya berubah menjadi infiltratif, atau berubah menjadi nyeri dan ulseratif. Predileksi terbanyak dari KSS adalah area yang sering terekspos matahari, seperti wajah dan bagian dorsal tangan. [1]
Lokasi, ukuran, dan jenis KSS dapat menentukan kemungkinan rekurensi, sehingga sebaiknya dilakukan pemeriksaan seksama terkait hal ini. [4]
Tabel 1. Terminologi Daerah Permukaan Kulit
Daerah | Lokasi |
H | Area topeng pada wajah (bagian sentral wajah, kelopak mata, alis, periorbita, hidung, bibir, dagu, preaurikular, postaurikular, temple, telinga), genitalia, tangan, kaki |
M | Pipi, dahi, skalp, leher dan pretibia |
L | Badan dan ekstremitas diluar tangan, kuku, pretibia, kaki |
Tabel 2. Klasifikasi KSS Kulit Berdasarkan Risiko Rekurensi
Risiko rendah | Risiko tinggi | |
Lokasi/ukuran | Area L< 20 mm Area M < 10 mm | Area L > 20 mm Area M > 10 mm Area H |
Batas tumor | Tegas | Tidak tegas |
Primer/rekuren | Primer | Rekuren |
Imunosupresi | (-) | (+) |
Riwayat radioterapi | (-) | (+) |
Tumor tumbuh cepat | (-) | (+) |
Gejala neurologis | (-) | (+) |
Diferensiasi | Baik | Buruk |
Subtipe patologi akantolitik (adenoid), adenoskuamosa (produksi musin), desmoplastik atau metaplastik (karsinosarkomatosa) | (-) | (+) |
Kedalaman | ≤ 6 mm atau tidak ada invasi pada lemak subkutan | > 6 mm atau ada invasi pada lemak subkutan |
Keterlibatan perineural, limfatik dan vaskular | (-) | (+) |
Lesi Prekanker
Seringkali KSS kulit didahului oleh keratosis aktinik. Keratosis aktinik berasal dari proliferasi keratinosit epidermal atipikal. Umumnya lesi ini muncul sebagai makula berskuama, berukuran hanya beberapa milimeter, dengan warna bervariasi mulai dari coklat, merah muda atau sewarna kulit. Progresi lesi ini menjadi KSS kulit memiliki probabilitas sebesar 20%. Namun, dilaporkan bahwa 65% KSS kulit berasal dari keratosis aktinik. [13]
KSS in situ merupakan prekursor dari KSS kulit invasif. KSS in situ biasanya muncul berupa bercak atau papul merah muda bersisik yang mirip dengan keratosis aktinik. KSS kulit pada bibir biasanya terletak pada vermilion border bibir bawah. Umumnya lesi ini disertai dengan actinic cheilitis yang muncul berupa xerosis, fisur, atrofi, dan dispigmentasi. [2]
Pemeriksaan Neurologi
KSS dapat mengenai nervus kranialis dan menimbulkan gejala berupa gangguan motorik dan sensorik. Nervus kranialis yang sering terkena pada KSS kulit adalah nervus fasialis dan trigeminal. [2,4]
Kelenjar Getah Bening Regional
Metastasis regional terjadi pada 2-6% kasus KSS. Pada KSS kulit di regio kepala-leher perlu dilakukan evaluasi kelenjar getah bening. Pada lesi di daerah dahi, kelopak mata, pipi dan telinga perlu dilakukan evaluasi pada kelenjar getah bening parotis. Pada lesi di daerah bibir dan perioral perlu dilakukan evaluasi pada kelenjar getah bening submental dan servikal. [2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding karsinoma sel skuamosa di antaranya adalah karsinoma sel basal, aktinik keratosis, dan keratoakantoma.
Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal akan tampak seperti papul seperti lilin yang disertai depresi sentral, menyerupai mutiara, dan mudah berdarah jika terkena trauma. Bisa didapatkan telangiektasia pada permukaan tumor.
Aktinik Keratosis
Aktinik keratosis adalah gambaran awal yang biasanya muncul sebelum menjadi karsinoma sel skuamosa. Pada aktinik keratosis, gambaran yang muncul adalah pertumbuhan pada kulit yang kasar, kering, dan berskuama. Predileksi aktinik keratosis sama dengan KSS, yaitu pada area tubuh yang sering terpapar matahari. Beda aktinik keratosis dengan AK, adalah lesi pada aktinik keratosis bisa hilang-timbul. [7]
Keratoakantoma
Pada keratoakantoma, lesi tampak seperti kubah, dengan depresi pada bagian tengah lesi, dan timbul pada area tubuh yang sering terpapar matahari. Pada dermoskopi, keratoakantoma dapat dibedakan dari KSS jika terdapat lesi bulat berwarna putih, keratin, dan bintik perdarahan. [14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada KSS kulit umumnya dilakukan untuk menilai luas keterlibatan penyakit. [4]
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Biopsi diperlukan untuk diagnosis definitif dan pemilihannya didasarkan pada besar dan lokasi lesi. Biopsi harus dilakukan pada semua lesi yang dicurigai sebagai neoplasma kulit.
Pada lesi berukuran kecil pada daerah yang tidak termasuk sebagai daerah kritis dapat dilakukan biopsi eksisional. Metode ini dapat dilakukan sebagai intervensi diagnostik maupun terapeutik. Pada lesi berukuran lebih besar atau yang terletak pada daerah kritis secara kosmetik dan fungsional, disarankan untuk melakukan biopsi insisi atau punch biopsy.
KSS kulit konvensional dapat dibagi menjadi 4 jenis histologi berdasarkan tingkat diferensiasinya.
- Berdiferensiasi baik : Memiliki karakteristik gambaran nukleus yang normal dengan banyak sitoplasma dan mutiara keratin ekstraselular
- Berdiferensiasi sedang : Memiliki gambaran di antara kriteria diferensiasi baik dan buruk
- Berdiferensiasi buruk : Terdapat atipia nukleus dalam jumlah besar dengan mitosis yang tampak sering, rasio nukleus sitoplasma yang besar, dan keratinisasi yang sedikit
- Tidak terdiferensiasi : Memiliki gambaran sel epitel yang sulit dibedakan dengan sel mesenkimal, melanoma atau limfoma [2]
Pemeriksaan Radiologi
Pada lesi yang kecil dan superfisial, umumnya pemeriksaan radiologi tidak dibutuhkan. Namun, jika terdapat kecurigaan lesi yang invasif atau metastasis, maka modalitas radiologi dapat dilakukan.
CT-scan dilakukan untuk mengevaluasi keterlibatan jaringan sekitar, tulang, dan kelenjar getah bening. MRI dapat digunakan untuk menyingkirkan invasi perineural dan organ vital. PET scan dapat digunakan untuk menelusuri kemungkinan terjadinya metastasis jauh. [2,4]
Clark Level
Clark Level adalah klasifikasi yang digunakan untuk menentukan seberapa dalam lesi tumor kulit telah penetrasi. Klasifikasi ini terdiri dari 5 level, yaitu :
-
Level I : Hanya mengenai lapisan epidermis, disebut juga melanoma in situ
- Level II : Invasi ke papila dermis
- Level III : Memenuhi papila dermis tetapi belum mengenai retikular dermis
- Level IV : Invasi ke retikular dermis
- Level V : Invasi ke jaringan subkutan
Stadium
Penentuan stadium tumor pada KSS dilakukan berdasarkan sistem American Joint Committee on Cancer (AJCC)/ International Union against Cancer (UICC) Tumor-Node-Metastasis (TNM). [4]
Tabel 3.Stadium Kanker Kulit Non Melanoma pada Regio Kepala Leher Berdasarkan AJCC 2017
Tumor | |
Tx | Tumor primer tidak dapat dinilai |
T0 | Tidak ada bukti terdapat tumor primer |
Tis | Tumor primer in situ |
T1 | Diameter terbesar tumor secara klinis <2 cm |
T2 | Diameter terbesar tumor secara klinis ≥ 2 cm dan < 4 cm |
T3 | Diameter terbesar tumor secara klinis ≥ 4 cm |
T4 | Tumor primer menginvasi korteks, sumsum tulang, basis kranii atau foramen basis kranii T4a: Tumor yang menginvasi korteks dan sumsum tulang T4b: Tumor yang menginvasi basis kranii dan foramen basis kranii |
Nodul (Klinis) | |
Nx | Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai secara klinis |
N0 | Tidak ditemukan keterlibatan kelenjar getah bening regional secara klinis maupun radiologis |
N1 | Keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran ≤ 3 cm pada diameter terbesarnya dan tidak ada ekstensi ekstranodal |
N2 | Keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran > 3 cm dan < 6 cm pada diameter terbesarnya atau keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral multipel dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar getah bening regional bilateral/kontralateral dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal N2a: Keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran > 3 cm dan < 6 cm pada diameter terbesarnya N2b: keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral multipel dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal N2c: keterlibatan kelenjar getah bening regional bilateral/kontralateral dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal |
N3 | keterlibatan kelenjar getah bening regional dengan diameter ≥ 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar regional manapun dengan ekstensi ekstranodal N3a: keterlibatan kelenjar getah bening regional dengan diameter ≥ 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal N3b: keterlibatan kelenjar regional manapun dengan ekstensi ekstranodal |
pN (Nodul Patologi) | |
pNX | Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai secara patologi |
pN0 | Tidak ditemukan keterlibatan kelenjar getah bening regional pada pemeriksaan patologi |
pN1 | Keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran ≤ 3 cm pada diameter terbesarnya dan tidak ada ekstensi ekstranodal |
pN2 | Keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran ≤ 3 cm pada diameter terbesarnya dan ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran > 3 cm dan < 6 cm pada diameter terbesarnya atau keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral multipel dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar getah bening regional bilateral/kontralateral dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal N2a: keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran ≤ 3 cm pada diameter terbesarnya dan ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral berukuran > 3 cm dan < 6 cm pada diameter terbesarnya N2b: keterlibatan kelenjar getah bening regional ipsilateral multipel dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal N2c: keterlibatan kelenjar getah bening regional bilateral/kontralateral dengan diameter < 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal |
pN3 | keterlibatan kelenjar getah bening regional dengan diameter ≥ 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal atau keterlibatan kelenjar regional manapun dengan ekstensi ekstranodal N3a: keterlibatan kelenjar getah bening regional dengan diameter ≥ 6 cm dan tidak ada ekstensi ekstranodal N3b: keterlibatan kelenjar regional manapun dengan ekstensi ekstranodal |
Metastasis | |
M0 | Tidak ditemukan metastasis jauh |
M1 | Ditemukan metastasis jauh dari pemeriksaan klinis dan/atau radiologi |
Tabel 4. Penentuan Stadium Berdasarkan Klasifikasi TNM
TNM | T | N | M |
Stadium 0 | Tis | N0 | M0 |
Stadium I | T1 | N0 | M0 |
Stadium II | T2 | N0 | M0 |
Stadium III | T3 | N0 | M0 |
T1 | N1 | M0 | |
T2 | N1 | M0 | |
T3 | N1 | M0 | |
Stadium IV | T1 | N2 | M0 |
T2 | N2 | M0 | |
T3 | N2 | M0 | |
T berapapun | N3 | M0 | |
T4 | N berapapun | M0 | |
T berapapun | N berapapun | M1 |