Etiologi Folikulitis
Etiologi folikulitis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu agen infeksius dan noninfeksius. Agen infeksius yang paling umum adalah bakteri Staphylococcus aureus.
Agen Infeksius
Folikulitis yang disebabkan oleh agen infeksius paling banyak disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan merupakan salah satu infeksi kulit yang paling sering ditemui. Bakteri S.aureus dapat menyebabkan folikulitis superfisial maupun dalam (sycosis) yang dapat berkembang menjadi karbunkel.
Selain S.aureus, agen infeksi penyebab folikulitis lainnya, yaitu:
-
Pseudomonas aeruginosa yang merupakan etiologi folikulitis tipe ‘hot-tub’
- Flora normal kulit, seperti epidermidis dan S.pyogenes
- Bakteri gram negatif yang biasanya terjadi pada bagian tubuh, seperti wajah, yang merupakan daerah predileksi infeksi acne vulgaris.
- Jamur : Tipe jamur yang dapat menjadi penyebab folikulitis, antara lain dermatofita, Pityrosporum, dan Folikulitis yang disebabkan oleh jamur biasanya terjadi pada pasien dengan kondisi imunosupresi
- Virus : Herpes Simplex Virus (HSV)
- Parasit : Demodex sp[1,3,4-6]
Agen Noninfeksius
Selain agen infeksius, folikulitis juga dapat disebabkan oleh penyebab non infeksi, seperti trauma gesekan, pencabutan (epilasi), maupun bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit. [5]
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya folikulitis yang disebabkan oleh bakteri di antaranya :
- Produksi keringat yang berlebih (hiperhidrasi)
- Kolonisasi bakteri aureus di daerah nasal yang bersifat asimptomatik
- Penyakit kulit yang menyebabkan gatal, seperti skabies atau dermatitis
- Penggunaan kortikosteroid topikal dalam jangka waktu yang lama
- Mencukur rambut atau bulu melawan arah pertumbuhannya
- Paparan bahan kimia
- Terpapar air hangat (hot tub) atau air yang mengalami kontaminasi
- Infeksi cacing kremi (Enterobiasis)
Folikulitis yang disebabkan oleh virus, jamur, sifilis maupun parasit biasanya sering dikaitkan dengan kondisi imunosupresi, seperti pada pasien dengan HIV. [3]