Diagnosis Hernia Epigastrik
Diagnosis hernia epigastrik dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang seksama.
Anamnesis
Keluhan utama yang dikeluhkan oleh pasien adalah munculnya benjolan pada daerah ulu hati yang dapat hilang dengan sendirinya maupun menetap. Benjolan ini dapat membesar seiring berjalannya waktu. Keluhan ini dapat juga disertai dengan nyeri dan rasa tidak nyaman pada daerah ulu hati. Nyeri yang terjadi biasanya berbentuk nyeri kolik. Nyeri biasanya diperberat oleh kondisi tertentu seperti saat pasien batuk, mengendan, berdiri atau duduk dalam jangka waktu lama, hingga mengangkat atau mendorong benda berat. Namun, pada beberapa kasus, pasien dapat mengeluhkan nyeri dan rasa tidak nyaman di daerah ulu hati tanpa munculnya benjolan.
Pada bayi atau anak, orangtua dapat mengeluhkan bahwa anak merengek dan memegang perut yang menandakan adanya nyeri pada abdomen. Bila terdapat obstruksi akibat hernia epigastrik, pasien dapat mengeluhkan nyeri hebat, mual, muntah, konstipasi, berkeringat, hingga jantung berdebar. Sekitar 25% pasien hernia epigastrik dapat tidak menunjukkan gejala apapun.[1,5,6]
Pemeriksaan Fisik
Temuan yang paling sering ditemukan adanya benjolan dengan konsistensi lunak pada epigastrik yang hilang-timbul. Bila pasien datang tanpa gambaran benjolan, benjolan akan keluar saat pasien diminta untuk batuk maupun melakukan manuver valsava. Bila terjadi strangulata pada hernia epigastrik, maka benjolan dapat memberikan gambaran perubahan warna menjadi kebiruan, disertai adanya distensi abdomen, peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi, dan skor nyeri.[1,6]
Diagnosis Banding
Terdapat beberapa diagnosis banding hernia, antara lain diastasis recti, abses abdomen:
Diastasis Recti
Diastasis recti merupakan terpisahnya m. rectus abdominis pada daerah linea alba secara parsial maupun utuh akibat peregangan otot yang sering terjadi pada kehamilan. Diastasis recti dapat dibedakan dari hernia epigastrik dari gambarannya tanpa benjolan yang hilang timbul, melainkan lebih membentuk cekungan pada garis tengah abdomen
Abses
Terbentuknya kantong berisi nanah akibat infeksi bakteri dapat menyebabkan munculnya benjolan pada epigastrik. Abses dapat dibedakan dari hernia epigastrik dari gambaran benjolan yang tidak hilang timbul dengan gerakan pasien dan konsistensi benjolan yang cenderung keras tanpa disertai gejala gastrointestinal
Strain Otot
Tertarik atau robeknya otot dinding perut akibat penggunaanya secara berlebih dapat menyebabkan rasa tidak nyaman maupun nyeri pada daerah epigastrik disertai munculnya bengkak. Strain otot dapat dibedakan dari hernia dari gambarannya yang akut disertai benjolan yang tidak hilang-timbul.
Hematoma
Merupakan kumpulan darah di luar pembuluh darah. Kumpulan darah ini dapat menyebabkan perubahan warna yang tidak normal pada kulit hingga munculnya benjolan. Bila hematoma terjadi akibat trauma abdomen, keluhan dapat disertai dengan adanya gejala gastrointestinal. Hematoma dapat dibedakan dari hernia epigastrik dari gambaran benjolan yang tidak hilang timbul maupun berdasarkan pemeriksaan penunjang
Seroma
Kumpulan cairan serous di subkutis yang dapat terjadi pada daerah bekas operasi. Kumpulan cairan ini dapat menyebabkan gambaran benjolan pada daerah epigastrik. Seoma dapat dibedakan dari hernia epigastrik dari gambaran benjolan yang tidak hilang timbul maupun tidak adanya gejala gastrointestinal
Tumor Jaringan Lunak
Adanya pertumbuhan tumor jaringan lunak jinak, seperti lipoma dan neurofibroma, maupun ganas, seperti sarkoma jaringan lunak, yang terjadi pada daerah epigastrik dapat memberikan gambaran benjolan. Tumor jaringan lunak dapat dibedakan dari hernia epigastrik dari gambaran benjolan yang tidak hilang-timbul serta tidak adanya gejala gastrointestinal.[1,6]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan hernia epigastrik terdiri dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien hernia epigastrik tidak spesifik digunakan sebagai penegakan diagnosis, melainkan digunakan sebagai gambaran bagi klinisi dalam menentukan tatalaksana selanjutnya.[1-3]
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dapat berupa:
- Darah lengkap: Leukositosis dengan shift to the left dapat ditemukan pada strangulasi hernia
- Elektrolit, ureum, kreatinin: Menentukan status hidrasi pasien yang mengalami muntah dan sebagai bagian dari pemeriksaan sebelum tindakan operatif
- Kadar laktat: Peningkatannya dapat ditemukan pada strangulasi hernia[1-3,6,11]
Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan berupa ultrasonography (USG), computed tomography (CT), dan magnetic resonance imaging (MRI). Pemeriksaan pencitraan diindikasikan terutama pada kondisi tertentu, seperti:
- Obesitas
- Pasien dengan hernia insisional berulang
- Pasien dengan hernia besar
- Nyeri pada abdomen tanpa adanya benjolan maupun pemeriksaan fisik tidak menunjukkan adanya hernia[1-3,6,11]