Pengaruh Penggunaan Masker terhadap Perkembangan Anak

Oleh :
dr. Anastasia Feliciana

Penggunaan masker berperan untuk mencegah transmisi infeksi COVID-19 di segala usia. Setelah aturan wajib menggunakan masker diterapkan selama hampir 3 tahun ini, bagaimana pengaruh penggunaan masker terhadap perkembangan anak?

Suatu studi memang menunjukkan bahwa pemakaian masker, termasuk N95 respirator, tidak menimbulkan efek buruk bagi pertukaran gas saat istirahat maupun latihan fisik ringan anak. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan masker oleh orangtua/pengasuh mempengaruhi pemahaman emosi dan attachment anak. Kesulitan dalam menginterpretasikan emosi terlihat jelas pada kelompok anak usia 3‒5 tahun.[2,3]

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Teori Perkembangan Anak yang Dapat Dipengaruhi Pemakaian Masker

Beberapa teori dasar perkembangan anak berikut dapat dikaitkan dengan pemakaian masker, yaitu:

  • Teori bioekologi: interaksi timbal balik antara bayi dengan orang tua penting dalam perkembangan sirkuit otak anak. Attachment emosional yang positif sejak dini berdampak baik bagi luaran psikologi anak
  • Teori attachment: ikatan emosi bayi dan ibu yang buruk di awal kehidupan berkorelasi dengan masalah emosi dan perilaku anak dalam jangka panjang. Ketidakmampuan bayi melihat ekspresi wajah (salah satunya karena memakai masker) berdampak negatif pada proses attachment

  • Teori interaksi ibu-bayi dan pertumbuhan otak: perilaku pengasuh yang tidak sensitif berkorelasi dengan respons stress pada bayi, yaitu meningkatkan kortisol dan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan koneksi otak bayi[2]

Vokalisasi bayi sangat penting bagi orangtua untuk menentukan kesiapan bayi berinteraksi dan menyesuaikan respons emosinya. Insecure attachment antara orangtua dan bayi dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan rasa aman, sehingga mencegah perkembangan bayi yang normal.[3-5]

Pengaruh Penggunaan Masker terhadap Perkembangan Anak-min

Penelitian Terkait Perkembangan Anak yang Dipengaruhi Pemakaian Masker

Bayi memiliki kemampuan alami untuk memproses dan mempersepsi wajah yang dia lihat. Ketika bayi terpapar rangsangan ekspresi atau emosi, saraf dan koneksi sinaps di otaknya akan terstimulasi.[4]

Bayi mengirimkan sinyal dengan ekspresi wajah dan vokal mengenai kebutuhannya, lalu menunggu respon dari pengasuh. Akibat menggunakan masker, bayi tidak dapat melihat wajah bagian bawah dari pengasuh sehingga kemampuan mempersepsi emosi terganggu. Bayi tidak dapat mempersepsi respon dan emosi pengasuh dalam komunikasi timbal-balik.[4]

Penelitian Ruba et al pada tahun 2020 menguji bagaimana anak menentukan emosi orang lain dengan wajah yang tertutup sebagian, yaitu yang tertutup masker dan yang tertutup kacamata hitam. Tujuan penelitian adalah menilai pemakaian masker selama pandemi dapat mempengaruhi penilaian anak-anak tentang emosi orang lain dan kaitannya dengan interaksi sosial.[2]

Penelitian ini melibatkan 81 anak-anak berusia 7‒13 tahun, di mana dalam rentang usia ini terjadi pergeseran penggunaan informasi mata untuk menyimpulkan emosi orang lain. Hasil penelitian menunjukkan anak-anak kurang akurat menilai semua emosi pada wajah yang menggunakan masker, daripada wajah yang tidak tertutup.[2]

Sedangkan pada wajah yang tertutup kaca mata hitam, anak-anak hanya kurang akurat pada dua emosi, yaitu marah dan takut. Kedua jenis penutup wajah berdampak negatif pada kesimpulan emosi anak-anak. Gangguan terkuat adalah konfigurasi wajah rasa takut yang dipersepsi menjadi ekspresi terkejut. Namun,  interpretasi emosi semakin akurat seiring bertambahnya usia.[2]

Penelitian oleh Gori et al pada tahun 2021 juga melakukan penelitian terhadap 31 anak 3‒5 tahun, 49 anak 6‒8 tahun, dan 39 orang dewasa 18‒30 tahun. Didapatkan bahwa kesulitan menginterpretasikan emosi terutama terlihat jelas pada kelompok usia 3‒5 tahun.[3]

Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan masker dapat mengubah atau menunda perkembangan keterampilan sosial terkait persepsi wajah pada anak usia dini. Dalam rehabilitasi dan pendidikan anak dengan defisit sensorik/kognitif, misalnya anak dengan retardasi mental, global developmental delay, down syndrome, dan autism spectrum disorder, orang tua atau pengasuh disarankan untuk menggunakan masker transparan yang memungkinkan visibilitas bagian bawah wajah.[3]

Edukasi untuk Orang Tua/Pengasuh

Orang tua atau pengasuh direkomendasikan untuk memaksimalkan interaksi facial dengan bayi saat tidak sedang memakai masker. Jika harus menggunakan masker, orang tua harus menemukan alternatif lain untuk berkomunikasi dan berkoneksi dengan bayi.[3,4]

Hal ini untuk memastikan bonding dan attachment tidak terganggu, sehingga upaya bayi untuk belajar dan membaca ekspresi wajah tidak terhalangi. Jika bayi perlu dirawat di rumah sakit dalam waktu panjang, disarankan keluarga dan tim kesehatan menggunakan masker transparan.[3,4]

Rekomendasi UNICEF

United Nations Children’s Fund (UNICEF) memberikan petunjuk bagaimana memberi pengertian kepada anak mengenai pandemi COVID-19, yaitu:

  • Orang tua mengajak anak usia >3 tahun berbicara mengenai pandemi, berdiskusi dengan terbuka, dan jangan menghindar/menyangkal kekhawatiran yang dirasakan anak. Berikan pengakuan, afirmasi, dan pengertian untuk anak dengan bahasa sederhana
  • Orang tua mengajari anak cara melindungi diri sendiri dan teman-temannya, seperti cara mencuci tangan, etika batuk atau bersin, penggunaan masker, dan jangan mendekati orang yang sedang sakit batuk, demam, dan flu.
  • Orang tua perlu menjadi role model dalam menerapkan gaya hidup bersih dan sehat
  • Orang tua mendorong anak untuk memilih maskernya sendiri, membuat peraturan kapan harus memakai masker, dan membuat rutinitas mengenakan masker sebagai hal yang menyenangkan[6,7]

Rekomendasi WHO

WHO hingga saat ini masih menyarankan anak untuk selalu memakai masker saat di luar rumah. Saat anak bermain indoor perlu dipastikan ventilasi baik, menjaga jarak minimal 1 meter dari anak lain, dan sering mencuci tangan.[8]

Sebaiknya kontak bayi yang terlalu kecil dengan tempat umum diminimalkan Namun, bukti berkualitas tinggi saat ini masih kurang mengenai efektivitas masker dalam mencegah penularan infeksi COVID-19, terutama pada anak-anak.[8]

Kesimpulan

Penggunaan masker mempengaruhi pemahaman anak membaca ekspresi wajah, terutama pada kelompok usia infant (<1 tahun) dan toddler (3‒5 tahun). Desain masker yang transparan sehingga dapat menunjukkan bagian bawah wajah cukup penting untuk mendukung kemampuan sosial dan interaksi anak.

Pandemi COVID-19 telah berlangsung hampir selama 3 tahun, penggunaan masker diduga akan menghasilkan generasi anak yang sulit membaca ekspresi. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya untuk mencegahnya, misalnya memaksimalkan interaksi facial dengan bayi saat orang tua/pengasuh tidak sedang memakai masker. Saat harus menggunakan masker, komunikasi dengan bayi harus dilakukan dengan alternatif lain.

Studi terbaru juga menunjukkan bahwa penggunaan masker pada anak usia 10-12 tahun tidak menurunkan insiden COVID-19.

Referensi