Pencegahan Inkontinensia Urine Terkait Kehamilan

Oleh :
dr. Utari Nur Alifah

Berbagai metode yang aman dan efektif dapat dilakukan untuk mencegah inkontinensia urine terkait kehamilan. Inkontinensia urine merupakan kondisi adanya keinginan secara mendadak untuk berkemih dan berakhir dengan keluarnya urine secara tidak disadari. Terdapat lima tipe inkontinensia urine, yaitu stress, urgensi, campuran, overflow, dan fungsional. Pada wanita, inkontinensia urine umumnya berhubungan dengan kehamilan, persalinan, diabetes, dan peningkatan indeks massa tubuh.[1-3]

Dari kelima tipe inkontinensia urine, terdapat dua tipe yang paling banyak terjadi pada wanita, yaitu inkontinensia urine tipe stress dan urgensi. Apabila seseorang memiliki kedua gejala tersebut, maka dianggap sebagai inkontinensia urine tipe campuran.[2,3]

Pencegahan Inkontinensia Urine Terkait Kehamilan-min

Inkontinensia Urine dan Kehamilan

Mekanisme utama timbulnya inkontinensia urine terkait kehamilan adalah disfungsi otot dasar panggul. Inkontinensia urine juga bisa terjadi akibat disfungsi dari kontrol neural dalam penyimpanan dan berkemih, serta gangguan lokal pada lingkungan di dalam kandung kemih.[1-3]

Faktor Risiko Inkontinensia Urine Terkait Kehamilan

Pada kehamilan, inkontinensia urine dilaporkan pada mulai dari 9% ibu hamil trimester pertama dan meningkat hingga 34% di trimester ketiga. Inkontinensia urine tipe stress merupakan tipe yang paling banyak terjadi, yaitu hingga 63% dari keseluruhan kasus.

Faktor risiko yang berhubungan dengan inkontinensia urine pada wanita hamil yaitu peningkatan usia, jumlah paritas, obesitas, riwayat histerektomi, dan adanya komorbiditas diabetes gestasional. Faktor risiko lain yaitu penggunaan agen diuretik, riwayat abortus, riwayat persalinan dengan bantuan vakum atau forsep, riwayat makrosomia, dan riwayat episiotomi.[4-8]

Beberapa studi juga menunjukkan bahwa pasien dengan riwayat persalinan pervaginam lebih banyak mengalami inkontinensia urine dibandingkan mereka yang menjalani sectio caesarea. Meski demikian, baik pada persalinan pervaginam dan persalinan sesar, inkontinensia urine tetap dapat terjadi.[6,9-11]

Pencegahan Inkontinensia Urine Terkait Kehamilan dan Persalinan

Pencegahan inkontinensia urine terkait kehamilan dan persalinan dapat dilakukan dengan penguatan otot dasar panggul, modifikasi gaya hidup, dan edukasi inkontinensia urine antenatal.

Senam Kegel

Senam Kegel antenatal telah dikaitkan dengan penurunan risiko inkontinensia urine hingga lebih dari 6 bulan setelah persalinan. Tinjauan Cochrane terhadap 46 uji klinis yang melibatkan 10.832 wanita hamil menunjukkan bahwa senam Kegel dapat mencegah dan mengurangi gejala inkontinensia urine pada wanita selama kehamilan dan periode postpartum.

Senam Kegel dapat dilakukan 30–45 kali per hari atau 8 Kegel 3 kali sehari selama kehamilan.[12-14]

Latihan Otot Dasar Panggul

Selain senam Kegel, dapat pula dilakukan latihan otot dasar panggul lainnya selama masa kehamilan. Latihan dapat dilakukan selama 3 kali seminggu selama 6 minggu, atau total 18 sesi. Setiap sesi terdiri dari pemanasan, gerakan aerobik selama 25 menit, latihan kekuatan selama 25 menit, dan latihan pernapasan serta relaksasi selama 10 menit.

Pada sesi latihan kekuatan, terdapat 9 latihan untuk tiap kelompok otot sebanyak 2 set atau repetisi sebanyak 12-16 kali, dengan jeda 30 detik tiap set.[15]

Aktivitas Fisik Selama Kehamilan

Meskipun aktivitas fisik high impact telah dikaitkan dengan peningkatan risiko inkontinensia urine, bukan berarti ibu hamil boleh menjalani gaya hidup sedenter. Aktivitas fisik derajat ringan hingga sedang, seperti berjalan, yang dilakukan secara rutin selama masa kehamilan telah dikaitkan dengan penurunan risiko inkontinensia urine dan kekuatan otot dasar panggul yang lebih baik.

Sebuah uji klinis yang melibatkan 722 partisipan menunjukkan bahwa aktivitas fisik derajat sedang dapat bermanfaat menurunkan risiko inkontinensia urine terkait kehamilan.[16,17]

Modifikasi Gaya Hidup untuk Mencegah Disfungsi Otot Panggul

Beberapa modifikasi gaya hidup dapat dilakukan untuk mencegah disfungsi otot panggul pada kehamilan. Hal ini diharapkan akan mencegah pula terjadinya inkontinensia urine. Modifikasi gaya hidup mencakup menjaga diet tinggi serat, cukup hidrasi, berhenti merokok, dan menghindari peningkatan berat badan berlebihan selama kehamilan.[18,19]

Edukasi Sebelum dan Selama Kehamilan

Implementasi langkah pencegahan lebih awal pada wanita yang lebih muda dapat mengurangi risiko dari kelainan otot dasar panggul. Tenaga medis sebaiknya melakukan edukasi kepada pasien mengenai inkontinensia urine dan dampaknya agar kesadaran pasien lebih meningkat.[12]

Skrining Inkontinensia Urine

Women’s Preventive Service Initiative (WPSI) merekomendasikan skrining tahunan terhadap kejadian inkontinensia urine. Skrining idealnya dapat menganalisis apakah seorang wanita mengalami inkontinensia urine dan apakah kondisinya akan mempengaruhi aktivitas serta kualitas hidup. Skrining ini dapat membantu wanita yang terdampak untuk dievaluasi lebih lanjut dan mendapatkan terapi sedini mungkin apabila diindikasikan.[20]

Kesimpulan

Inkontinensia urine terkait kehamilan biasanya terjadi akibat disfungsi otot dasar panggul. Untuk mencegahnya, dokter perlu mengendalikan faktor risiko yang bisa dimodifikasi, misalnya kelebihan berat badan, konstipasi, dan diabetes gestasional.

Lakukan edukasi pasien sebelum dan selama kehamilan agar tidak terjadi peningkatan berat badan berlebihan selama kehamilan. Minta pasien menjaga pola diet, aktivitas fisik, dan berhenti merokok. Senam Kegel dan latihan otot dasar panggul lainnya selama kehamilan juga dapat mencegah terjadinya inkontinensia urine.

Referensi