Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Vaksin Rubella
Penggunaan vaksin rubella pada kehamilan tidak disarankan, tetapi boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. Vaksin rubella juga tidak disarankan bagi ibu menyusui karena disekresikan melalui ASI.
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan kategori FDA, vaksin rubella termasuk dalam kategori C.
Kategori C FDA: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[4]
Sedangkan berdasarkan kategori TGA Australia, vaksin rubella termasuk dalam kategori B2.
Kategori B2 TGA: Obat telah diberikan pada sejumlah ibu hamil, tanpa adanya efek malformasi terhadap janin. Studi pada hewan menunjukkan data tidak ada efek samping terhadap janin, walaupun data yang ada terbatas.
Pada sebuah studi yang melibatkan sekitar 700 ibu hamil yang mendapatkan vaksinasi rubella dalam waktu 3 bulan sebelum atau setelah konsepsi, tidak ditemukan abnormalitas pada bayi yang berhubungan dengan sindrom kongenital rubella. Studi ini dilakukan oleh CDC dalam kurun waktu 10 tahun.[14] Studi lain menunjukkan dari 2,984 ibu hamil yang tidak disadari mendapatkan vaksin rubella pada trimester pertama, bayi yang dilahirkan tidak ada yang mengalami sindrom kongenital rubella.[15]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Pemberian vaksin rubella tidak disarankan untuk ibu menyusui. Sebuah studi menunjukkan bahwa ibu post partum yang menyusui bayi dan diberikan vaksin rubella yang dilemahkan, mensekresikan virus pada ASI dan mentransmisikannya pada bayi yang disusui.[14]