Pengawasan Klinis Hidrogen Peroksida
Pengawasan klinis jarang diperlukan pada penggunaan hidrogen peroksida secara topikal. Obat ini tidak diabsorpsi secara sistemik sehingga jarang menimbulkan efek sistemik bermakna jika digunakan dalam konsentrasi rendah dan cara aplikasi yang benar.
Pada kasus di mana hidrogen peroksida tertelan atau terhirup, perlu diperhatikan tanda-tanda intoksikasi seperti gastritis erosif, erosi saluran napas, hingga henti napas dan henti jantung. Perlu diketahui bahwa penggunaan hidrogen peroksida sebetulnya sudah ditinggalkan di beberapa negara, dan hanya boleh digunakan pada ilmu kedokteran hewan saja. Obat ini memiliki efek antibakterial yang lemah dan juga bersifat sitotoksik.[13,18-20]
Konsentrasi Sediaan
Pada penggunaan hidrogen peroksida, pastikan bahwa sediaan yang digunakan memiliki konsentrasi sesuai indikasi (umumnya 1,5% untuk penggunaan oral topikal dan 3% untuk pembersihan luka minor), karena konsentrasi yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan reaksi toksik.[13,19]
Reaksi dan Efek Samping
Hidrogen peroksida bisa menyebabkan reaksi lokal seperti eritema, sensasi terbakar, atau ulserasi. Selain itu, meski jarang, waspadai adanya tanda-tanda iritasi berat atau keterlambatan penyembuhan yang dapat mengindikasikan efek sitotoksik terhadap fibroblas dan jaringan granulasi.
Pada penggunaan oral topikal, pemantauan terhadap gejala iritasi mukosa, nyeri, atau perubahan epitel seperti hairy tongue diperlukan, terutama bila hidrogen peroksida digunakan selama lebih dari satu minggu.[3,5,13,19]
Penggunaan Untuk Keratosis Seboroik
Penggunaan hidrogen peroksida dengan konsentrasi tinggi, seperti sediaan 40% untuk terapi keratosis seboroik, harus dilakukan di fasilitas kesehatan dengan sarana dan prasarana yang bisa mengatasi jika terjadi efek samping. Pastikan pasien tidak menyalahgunakan sediaan secara mandiri, dan hidrogen peroksida hanya digunakan dalam pengawasan medis.
Perlu diketahui bahwa penggunaan hidrogen peroksida pada keratosis seboroik dianggap memiliki efikasi yang rendah, sehingga tidak dianjurkan. Efek samping yang bisa timbul akibat penggunaan dalam konteks ini adalah hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan terbentuknya jaringan parut.[18,20]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha