Efek Samping dan Interaksi Obat Amiodarone
Efek samping amiodarone di antaranya berupa gangguan fungsi tiroid dan toksisitas paru. Interaksi obat amiodarone terutama berupa peningkatan risiko efek samping, misalnya pada penggunaan bersama dengan obat yang menyebabkan pemanjangan interval QT.
Efek Samping
Akibat waktu paruh yang panjang dan banyak deposisi pada jaringan, amiodarone sering menyebabkan efek samping. Efek samping penting pada amiodarone terutama adalah gangguan fungsi tiroid dan paru.
Gangguan Fungsi Tiroid
Gangguan fungsi tiroid pada penggunaan amiodarone terkait dengan sifat intrinsik obat dan juga terkait dengan iodium. Efek intrinsik obat terhadap tiroid antara lain:
- Amiodarone menurunkan konversi T4 menjadi T3 akibat inhibisi cincin luar pada T4
- Desetilamiodaron memblok reseptor T3 pada inti sel sehingga menurunkan ekspresi genetik yang terkait hormon tiroid
- Amiodarone diperkirakan toksik terhadap sel folikel tiroid[13]
Konsumsi 200 mg amiodarone sehari setara dengan konsumsi 6 mg iodium. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka konsumsi harian iodium pada masyarakat umum, yaitu sekitar 0,3 mg/hari. Kompensasi tubuh terhadap peningkatan iodium plasma adalah melalui efek Wolff-Chaikoff. Kadar iodium yang sangat tinggi akan menyebabkan inhibisi pada transpor iodium dan sintesis hormon tiroid sehingga mencegah terjadinya hipertiroid. Kegagalan autoregulasi ini akan menyebabkan gangguan tiroid, misalnya pada penderita nodul tiroid yang kehilangan kemampuan autoregulasi iodium sehingga dapat terjadi hipertiroid.
Efek konsumsi amiodarone yang dapat terjadi pada pasien eutiroid antara lain:
- Peningkatan T4 dan fT4
- Penurunan kadar T3
- Peningkatan kadar rT3
- Peningkatan TSH
Pada pasien dengan kelainan tiroid autoimun, pasien akan terjebak dalam efek Wolff-Chaikoff. Peningkatan kadar iodium plasma akibat konsumsi amiodarone akan memperparah efek ini dan dapat menyebabkan hipotiroid.
Sementara itu, pada pasien dengan nodul tiroid, umumnya terjadi gangguan autoregulasi. Peningkatan kadar iodium akan diikuti dengan sintesis hormon tiroid dalam jumlah banyak dan tak terkendali sehingga dapat terjadi tirotoksikosis. [13]
Toksisitas Paru
Kerusakan paru merupakan efek samping serius yang dapat terjadi akibat pemakaian amiodarone. Bentuk gangguan paru yang dapat terjadi bervariasi, mulai dari pneumonitis interstitial, acute respiratory distress syndrome (ARDS), diffuse alveolar hemorrhage (DAH), bronkiolitis obliterans, hingga efusi pleura. Kelainan-kelainan ini dapat terjadi akibat efek sitotoksik langsung amiodarone. Hal ini ditunjang sifat amiodarone yang banyak dideposisi di jaringan termasuk paru. [14]
Pada kasus toksisitas paru, umumnya direkomendasikan untuk menghentikan pemberian amiodarone secara permanen. Terapi yang diberikan bersifat suportif, kadang ditambah dengan pemberian kortikosteroid sistemik. Bila klinis sudah membaik, tidak direkomendasikan untuk kembali memberikan terapi amiodarone karena risiko toksisitas berulang.
Sistem Kardiovaskular
Walau fungsinya sebagai antiaritmia, amiodarone sendiri juga dapat menyebabkan efek samping kardiovaskular berupa aritmia, termasuk bradikardia, AV blok, dan fibrilasi ventrikel. Amiodarone juga dapat menyebabkan hipotensi, henti jantung, pemanjangan interval QT, dan syok kardiogenik.
Sistem Saraf Pusat
Pada sistem saraf pusat, amiodarone dapat menyebabkan efek samping sebagai berikut:
- Ataksia dan gangguan gait
- Fatigue dan malaise
- Gangguan tidur
- Nyeri kepala
- Parestesi
- Pusing
- Tremor
Dermatologi
Efek samping dermatologi amiodarone adalah sebagai berikut:
- Alopesia
- Fotosensitivitas
- Dermatitis
- Pigmentasi biru pada kulit
- Sindrom Steven-Johnson
Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan, amiodarone juga dapat menyebabkan efek samping berikut:
- Mual
- Muntah
- Elevasi ALT dan AST
- Anoreksia
- Diare
- Konstipasi
- Pankreatitis akut
Sistem Penginderaan
Sistem penginderaan dapat mengalami gangguan akibat penggunaan amiodarone, di antaranya:
- Halo
- Neuritis optik
- Pandangan kabur
- Disgeusia (gangguan indera perasa)
Sistem Hematologi
Efek samping hematologi akibat penggunaan amiodarone:
- Agranulositosis
- Anemia aplastik
- Anemia hemolitik
- Gangguan pembekuan darah
- Trombositopenia
Efek Samping Lain
Amiodarone juga dapat menyebabkan efek samping lain, mulai dari yang bersifat ringan seperti demam, penurunan libido, dan neuropati perifer, hingga yang bersifat serius seperti insufisiensi renal, syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH), dan anafilaksis.[4,5,15]
Interaksi Obat
Interaksi obat amiodarone berupa peningkatan konsentrasi obat lain, peningkatan risiko pemanjangan interval QT, peningkatan risiko efek samping lain amiodarone lainnya, serta penurunan kadar plasma amiodarone.
Peningkatan Konsentrasi Obat Lain
Amiodarone merupakan inhibitor kuat dari berbagai enzim, termasuk CYP3A4, CYP2C9, dan glikoprotein P, sehingga menyebabkan interaksi dengan obat yang dimetabolisme oleh enzim-enzim tersebut. Interaksi ini berupa peningkatan konsentrasi obat:
- Afatinib
- Dabigratran
- Digoksin
- Doxorubicin
- Kolkisin
- Lidocaine
- Loratadine
- Siklosporin
- Simvastatin (dan inhibitor HMG-CoA reductase lainnya)
- Warfarin
Pertimbangkan untuk mengurangi dosis jika harus menggunakan obat-obat tersebut bersama dengan amiodarone.
Peningkatan Risiko Pemanjangan Interval QT
Amiodarone memiliki efek samping pemanjangan interval QT sehingga tidak boleh digunakan bersama dengan obat yang juga dapat menyebabkan pemanjangan interval QT, seperti:
- Amifampridine
- Antiaritmia kelas 1 seperti procainamide dan quinidine
-
Antijamur golongan azol seperti ketoconazole
- Azithromycin
- Buprenorphine
- Hidroklorokuin
- Indapamid
- Lithium
- Loratadine
- Mifepristone
Peningkatan Risiko Efek Samping Amiodarone Lainnya
Penggunaan amiodarone bersama dengan beta bloker, verapamil, diltiazem, dan ivabradine harus dihindari karena meningkatkan risiko bradikardia dan henti jantung.
Penggunaan amiodarone bersama dengan siklofosfamid akan meningkatkan risiko toksisitas paru. Penggunaan bersama lofepramine akan meningkatkan efek aritmogenik amiodarone.
Penurunan Kadar Plasma Amiodarone
Rifampisin dapat menurunkan kadar plasma amiodarone sehingga dibutuhkan pemantauan untuk menentukan perlu tidaknya penyesuaian dosis. [4,16]