Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Farmakologi Levodopa general_alomedika 2018-09-24T11:23:16+07:00 2018-09-24T11:23:16+07:00
Levodopa
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Farmakologi Levodopa

Oleh :
dr. Tanessa Audrey Wihardji
Share To Social Media:

Farmakologi levodopa pada Penyakit Parkinson adalah melalui metabolit aktifnya yang mensubstitusi defisiensi dopamin di sistem saraf pusat.

Farmakodinamik

Degenerasi basal ganglia pada otak penderita Parkinson menganggu fungsi neuron dopaminergik di substansia nigra yang menyebabkan penurunan konsentrasi neurotransmiter dopamin. Oleh karena itu, perlunya pengganti dopamin dari luar tubuh untuk mengatasi defisiensi dopamin ini. Levodopa diambil oleh neuron dopaminergik melalui proses dekarboksilasi pada terminal presinaptik yang kemudian menghasilkan dopamin. Levodopa dapat melewati sawar darah otak, sedangkan dopamin tidak dapat melewati sawar darah otak. Maka levodopa disebut juga obat prekursor dopamin.[1,2,10]

Namun, levodopa banyak dikarboksilasi menjadi dopamin di jaringan ekstraserebral terutama traktus gastrointerstinal pada administrasi oral dengan sangat cepat, sehingga hanya sedikit saja levodopa yang berhasil sampai sistem saraf pusat. Maka dari itu, levodopa biasa diberikan bersama dengan karbidopa atau benserazide, yaitu inhibitor dekarboksilase untuk mencegah formasi dopamin di perifer. Inhibitor dekarboksilase ini tidak dapat melewati sawar darah otak.[1,2,10]

Farmakokinetik

Farmakokinetik levodopa hampir seluruhnya diabsorpsi.

Absorpsi

Absorpsi levodopa per oral hampir seluruhnya diabsorpsi dengan hanya 2% yang ekskresi di feses. Namun hanya 30% konsentrasi levodopa yang berhasil masuk sistem peredaran darah dan tidak dimetabolisme di saluran pencernaan pada pemberian levodopa tanpa karbidopa. Peningkatan dosis levodopa tidak menambah konsentrasi levodopa dalam darah. [1,2,10]

Bioavailabilitas levodopa meningkat 2-3 kalinya jika pemberian bersamaan dengan inhibitor dekarboksilase. Konsentrasi puncak di plasma absorbsi via oral levodopa adalah 30 menit sampai 2 jam. Waktu paruh levodopa meningkat bermakna dari 1-3 jam menjadi 15 jam dengan pemberian bersamaan dengan karbidopa. [1,2,10]

Penyerapan levodopa juga dipengaruhi oleh komposisi protein, semakin tinggi konsumsi protein (65-104 gram protein) saat pemberian intravena levodopa konstan membuktikan bahwa lebih banyak LNAA akan membuat efek terapeutik levodopa menurun. Protein yang direkomendasikan per harinya adalah 0.8 gram protein/kgbb/hari, agar tidak mengganggu kerja levodopa.[11]

Distribusi

Levodopa didistribusikan ke seluruh tubuh sebanyak 65% dari total volume tubuh. Distribusi yang mencapai hingga sistem saraf pusat hanya kurang dari 1%. [12]

Levodopa dapat melewati sawar darah otak dimediasi oleh stereospesifik sistem transpor large neutral amino acid (LNAA). [1]

Pemberian levodopa intravena 50 mg Vss (Volume steady state) pada populasi usia muda dan sehat ditemukan meningkat sebanyak 70% dibandingkan dengan populasi usia tua.[1]

Levodopa melewati plasenta dan didistribusikan ke ASI. [13]

Metabolisme

95% metabolisme levodopa terdekarbosilasi menjadi dopamin terjadi pre-sistemik oleh enzim L-aromatic amino acid decarboxylase (AAAD) di gaster, lumen usus halus, ginjal, adrenal, limfa, jantung, liver, dan pembuluh darah otak. [1]

Levodopa juga termetoksilasi oleh enzim liver catechol-O-methyltransferase (COMT) menjadi 3-O-methyldopa (3-OMD) dimana tidak dapat diubah menjadi dopamin sentral. [1]

Levodopa juga dimetabolisme oleh tyrosine aminotransferase lewat proses transamilasi. Proses transamilasi ini bersifat reversibel, maka 3,4-dihydroxyphenylpyruvat, berfungsi sebagai prekursor levodopa. Levodopa juga teroksidasi oleh enzim tyrosinase dan oksidan lainnya, hasilnya adalah cysteinyldopa menjadi dopa quinone yang kemudian dimetabolisme menjadi melanin. Oleh karena kedua hal ini levodopa yang berhasil sampai sistem saraf pusat hanya berkisar 1%.[1]

Ekskresi

Administrasi oral dosis 100 mg levodopa, sebanyak 90% dosis radioaktif dapat ditemukan di urin 48 jam kemudian. Apabila dikombinasikan dengan karbidopa (100 mg dosis tunggal maupun 100 mg 3 kali sehari) ekskresi berkurang sebanyak 60% pada urin 48 jam.[1]

Resistensi

Resistensi levodopa harus dibedakan dengan pseudoresisten levodopa, kedua hal ini ditandai oleh menurunnya efek levodopa dalam memperbaiki gejala motorik dan non motorik penyakit Parkinson. Untuk ditegakkannya diagnosis resistensi levodopa, harus disingkirkan terlebih dahulu pseudoresisten levodopa.

Pseudoresisten Levodopa

Pseudoresisten levodopa adalah tanda dan gejala yang sebenarnya sensitif terhadap levodopa diinterpretasi sebagai resisten, namun sebenarnya hanya mekanisme penyerapan atau terapi dopaminergik yang kurang optimal.

Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pseudoresisten adalah:

  • Perbedaan farmakodinamik dan farmakokinetik masing-masing orang yang disebabkan oleh:

    • Terapi levodopa diberikan bersamaan dengan agen penghalang reseptor dopamin
    • Diet tinggi protein yang menyebabkan menurunnya penyerapan levodopa
    • Disfungsi gastrointestinal seperti absorbsi yang terhambat

  • Dosis dibatasi untuk mencegah efek samping
  • Dosis tidak adekuat (underdosing)

  • Beragamnya tanda dan gejala Penyakit Parkison yang membutuhkan dosis levodopa yang lebih tinggi agar tanda dan gejala teratasi.

Maka sebelum menyatakan bahwa pasien resisten levodopa, tenaga medis profesional harus mengatasi pseudoresisten diatas sehingga bisa dinilai dengan lebih objektif.

Masing-masing pasien memiliki kebutuhan dosis yang berbeda-beda karena luasnya dosis median efektif. Sehingga keputusan one-size-fits-all regimen tidak akan bisa membuat gejala Parkinson hilang, namun dosis harus disesuaikan dengan keadaan pasien:

  • Respon levodopa akan menurun jika pasien juga mengkonsumsi terapi penghalang reseptor dopamin seperti obat-obat antipsikotik
  • Diet tinggi protein berpengaruh pada penyerapan levodopa karena protein berkompetisi dengan levodopa untuk berikatan dengan transporter. Edukasi pasien untuk mnegurangi jumlah asupan protein per hari dan tidak dikonsumsi saat hendak mengkonsumsi levodopa
  • Gangguan pengosongan lambung terjadi pada 70-100% pasien Parkinson, penyerapan levodopa terganggu karena penyerapan yang seharusnya terjadi di gaster jadi terjadi di usus halus dan menurunkan kadar levodopa sehingga dapat terlihat seperti gejala resistensi levodopa.  Hal ini dapat diatasi dengan pemberian levodopa cair (karena levodopa tablet dipengaruhi oleh kecepatan pengosongan lambung)

Pembatasan dosis levodopa untuk mencegah efek samping levodopa seperti mual, muntah, diskinesia, atau psikosis menyebabkan terjadinya pseudoresisten dosis tidak mencapai efek terapeutik yang diinginkan. Hal ini dapat diselesaikan dengan pemberian obat-obatan lain yang dapat mengatasi gejala tersebut, misalnya pemberian domperidon pada pasien yang mengeluh mual.

Keterbatasan ketiga adalah ketakutan tenaga kerja medis untuk memberikan levodopa dalam dosis tinggi karena pada terapi jangka panjang levodopa dosis tinggi dapat menyebabkan diskinesia dan fluktuasi yang lebih parah; akselerasi progresi penyakit, kehilangan efek terapeutiknya seiring dengan waktu. Namun penelitian terbaru menyebutkan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan hubungan levodopa dan kejadian diatas. Penggunaan jangka panjang levodopa dengan dosis tinggi meningkatkan kemungkinan komplikasi lebih awal, namun studi ini tidak bisa diandalkan karena studi ini tidak bisa membedakan gejala yang muncul merupakan gejala komplikasi levodopa atau perburukan dari Parkinson itu sendiri.

Beragam masam-macam gejala Parkinson memiliki perbedaan kebutuhan dosis untuk mengatasi keluhan-keluhan tersebut. Misalnya dosis untuk mengatasi  gejala freezing gait ditemukan lebih tinggi dari dosis yang dibutuhkan untuk mengatasi bradikinesia atau tremor. [14]

Referensi

1. Khor SP, Hsu A. The Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of Levodopa in the Treatment of Parkinson's Disease. In Current Clinical Pharmacology.: Bentham Science Publishers Ltd p. 234-43

2. National Center for Biotechnology Information. http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov. [Online]. Available from: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/levodopa#section=Top

10. Munchau A, Bhatia KP. www.ncbi.nlm.nih.gov. [Online].; 2000. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1741769/pdf/v076p00602.pdf

11. Okereke CS. sites.ualberta.ca. [Online].; 2002. Available from: https://sites.ualberta.ca/~csps/JPPS5(2)/C.Okereke/levodopa.htm

12. MIMS. www.mims.com. [Online].; 2017. Available from: http://www.mims.com/indonesia/drug/info/levodopa?mtype=generic

13. Contin M, Martinelli P. www.ncbi.nlm.nih.gov. [Online].; 2010. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21080186

14. Nonnekes J, Timmer M, de Vries N, Rascol O, Heimlich R, Bloem B. www.ncbi.nlm.nih.gov. [Online].; 2016. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27430479

Pendahuluan Levodopa
Formulasi Levodopa

Artikel Terkait

  • Deteksi Demensia Pada Pasien Parkinson Dengan MoPaRDS
    Deteksi Demensia Pada Pasien Parkinson Dengan MoPaRDS
  • Gut-Brain Axis: Mitos atau Fakta
    Gut-Brain Axis: Mitos atau Fakta
  • Inflammatory Bowel Disease Meningkatkan Risiko Parkinson
    Inflammatory Bowel Disease Meningkatkan Risiko Parkinson
  • Aspek Farmakologi Penanganan Delirium Hiperaktif pada Penyakit Parkinson
    Aspek Farmakologi Penanganan Delirium Hiperaktif pada Penyakit Parkinson
  • Cedera Otak Traumatik dan Peningkatan Risiko Terjadinya Penyakit Parkinson
    Cedera Otak Traumatik dan Peningkatan Risiko Terjadinya Penyakit Parkinson

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
28 Juni 2021
Keamanan penggunaan obat jangka panjang pada pasien dengan parkinson
Oleh: dr. Nurul Falah
5 Balasan
Alo dokter, seorang user berusia 65 tahun menderit penyakit parkinson selama 10 tahun, dimana setiap hari pasien harus meminum beberapa obat setiap pagi...
dr.Damayanti Hapsari Puri
31 Juli 2020
Penanganan seperti apa yang dapat diberikan kepada pasien dengan penyakit Parkinson pada fasilitas kesehatan tingkat I
Oleh: dr.Damayanti Hapsari Puri
2 Balasan
Terapi dasar pilihan yang paling sederhana Jika menemukan Penyakit Parkinson di Faskes Tingkat I di era BPJS sekarang. Terima kasih. dr. Damayanti
dr. Amanda
21 Juli 2020
Live Webinar Alomedika: Tata Laksana Terbaru Penyakit Parkinson, Jumat 31 Juli 2020 (15.00-17.00 WIB)
Oleh: dr. Amanda
64 Balasan
ALO, Dokter!Penyakit Parkinson adalah penyakit saraf yang memburuk secara bertahap dan memengaruhi bagian otak yang berfungsi mengoordinasikan gerakan tubuh....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.