Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Famciclovir
Penggunaan famciclovir pada kehamilan dikategorikan sebagai kategori B oleh FDA dan kategori B1 oleh TGA. Pada ibu menyusui, belum diketahui pasti apakah famciclovir diekskresikan ke dalam ASI atau tidak.[2,6,8]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan kategori FDA, penggunaan famciclovir dalam kehamilan masuk dalam kategori B. Ini berarti bahwa studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[2,7]
Berdasarkan kategori TGA, penggunaan famciclovir dalam kehamilan masuk dalam kategori B1. Ini berarti famciclovir masuk dalam golongan obat-obatan yang hanya dikonsumsi oleh sejumlah kecil wanita hamil dan wanita usia subur, tanpa teramati adanya peningkatan frekuensi malformasi atau efek merugikan langsung atau tidak langsung lainnya pada janin manusia.[6]
Dalam studi reproduksi hewan, tikus dan kelinci hamil menerima famciclovir oral pada dosis hingga 1000 mg/kg/hari, yakni memberikan setara 2,7 hingga 10,8 kali (tikus) dan 1,4 hingga 5,4 kali (kelinci) paparan sistemik manusia. Dari penelitian tersebut, tidak ada efek samping yang diamati pada perkembangan embrio-janin.[2,7,8]
Perlu diingat pula bahwa ada risiko pada janin yang terkait dengan virus herpes simpleks yang tidak diobati selama kehamilan. Risiko infeksi herpes neonatal bervariasi dari 30-50% untuk infeksi virus herpes simpleks genital.[2,7]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Tidak ada data mengenai keberadaan famciclovir atau penciclovir (metabolit aktif) dalam ASI, efek pada bayi yang disusui, atau efek pada produksi ASI. Data pada hewan menunjukkan bahwa penciclovir terdapat dalam ASI tikus yang sedang menyusui.
Manfaat perkembangan dan kesehatan dari menyusui harus dipertimbangkan bersama dengan kebutuhan klinis ibu akan famciclovir. Pertimbangkan pula potensi efek samping pada bayi yang disusui dari famciclovir atau dari kondisi ibu yang mendasarinya.[2,7,8]