Penggunaan pada Kehamilan dan Menyusui Levofloxacin
Penggunaan levofloxacin pada kehamilan masuk dalam Kategori C FDA. Artinya, studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. [5]
Pada penelitian yang dilakukan pada tikus diberikan levofloxacin dosis oral 810/mg/kg/hari (dosis 9.4 kali lebih besar menurut body surface area), menyebabkan menurunnya berat badan janin dan meningkatnya mortalitas fetal. Pada penelitian yang dilakukan pada kelinci dengan dosis 50 mg/kg/hari (dosis sama besar 1:1 dengan dosis manusia menurut body surface area) didapatkan bahwa tidak terdapat bukti adanya efek teratogenik.
Pada ibu menyusui, kadar levofloxacin pada ASI sama dengan kadar di dalam plasma. Maka apabila ibu menyusui memberikan ASInya pada bayinya, levofloxacin akan ikut masuk ke sistem pencernaan bayi. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya oral thrush(infeksi jamur pada rongga mulut bayi), diare, atau gangguan traktus gastrointestinal lainnya. Sehingga sebaiknya penggunaan levofloxacin dihindari pada ibu menyusui. Apabila ibu harus minum levofloxacin, sebaiknya ASI dihentikan, atau ASI diberikan setelah waktu paruh levofloxacin turun.