Farmakologi Atropin
Peran penting farmakologi atropin adalah sebagai zat penghambat enzim kolinesterase, atau antimuskarinik, dengan mekanisme kerja mengantagonisir aksi asetilkolin, dan zat kolin ester lainnya.
Farmakodinamik
Atropin menghalangi aksi muskarinik dari asetilkolin pada:
- Struktur jaringan, yang diinervasi oleh persarafan kolinergik post ganglion
- Otot polos, yang respon terhadap asetilkolin endogenus
Mekanisme kerja utama atropin adalah sebagai zat antagonisme yang kompetitif, dimana dapat diatasi dengan cara meningkatkan konsentrasi asetilkolin pada lokasi reseptor dari organ efektor. Contohnya adalah dengan menggunakan zat antikolinesterase, yang menginhibisi destruksi enzimatik dari asetilkolin. [2,9]
Reseptor-reseptor, yang diantagonisir oleh atropin, adalah struktur jaringan perifer, yang distimulasi, atau diinhibisi oleh muskarin, seperti kelenjar eksokrin, otot polos, otot kardiak.
Efek kerja atropin, pada jantung, intestinal, dan otot bronkial, adalah lebih poten, dan durasinya lebih panjang, dibandingkan dengan efek kerja skopolamin (suatu isomer atropin). Namun, aksi atropin, pada badan siliar, iris, dan kelenjar sekretori tertentu, lebih lemah dari skopolamin. [10]
Farmakodinamik Sistem Kardiovaskular
Inhibisi parasimpatetik akibat induksi atropin, dapat didahului oleh suatu stimulasi fase transien, khususnya pada jantung, di mana pada dosis yang kecil, awalnya memperlambat denyut jantung, kemudian disusul dengan takikardia yang khas. Hal ini dikarenakan paralisis saraf vagal, yang normalnya sebagai pengontrol. [9]
Farmakodinamik Sistem Neurologi
Atropin, dalam dosis klinis, tidak mendepresi sistem saraf pusat, tetapi dapat menstimulasi medula, dan pusat serebral yang lebih tinggi.
Farmakodinamik Sistem Respiratori
Atropin dapat memberikan efek eksitasi vagal yang ringan. Namun, peningkatan kecepatan respirasi dan terkadang peningkatan kedalaman respirasi, dapat terjadi akibat dilatasi bronkiolar. Atropin dinyatakan sebagai stimulan respirasi yang tidak reliabel. Pemberian dalam dosis besar atau dosis ulangan justru dapat menyebabkan depresi sistem respirasi.
Farmakodinamik sebagai Obat untuk Prosedur Preoperatif
WHO merekomendasikan atropin, sebagai obat preoperatif pada prosedur bedah umum, atas dasar mekanisme kerja atropin, yaitu menginhibisi sekresi saliva dan bronkial selama berjalannya anestesi ketamin, atau eter, juga untuk menginhibisi bradikardia, dan hipotensi, sebagai akibat stimulasi vagal yang berlebihan. Selain itu, atropin juga bekerja menghalangi efek parasimpatomimetik dari zat antikolinesterase, yang digunakan untuk merestorasi aktivitas muskular setelah operasi selesai. [1]
Atropin injeksi pada dosis klinis, dapat mengatasi keadaan dilatasi perifer, dan penurunan tekanan darah yang mendadak, oleh karena zat ester kolin, tetapi atropin tidak memberikan efek mencolok, atau seragam pada pembuluh darah, atau tekanan darah.
Secara sistemik, atropin dapat meningkatkan sedikit sistolik, dan menurunkan tekanan diastolik, serta dapat menunjukkan efek hipotensi postural secara signifikan. Pada dosisi klinis, atropin sedikit meningkatkan cardiac output, dan menurunkan tekanan vena sentral. Sedangkan, pada dosis terapeutik, atropin dapat mendilatasi pembuluh darah kutaneus, terutama pada area kulit yang mudah memerah, disebut sebagai atropin flush. Hal ini, dapat mengakibatkan demam atropin, oleh karena supresi aktivitas kelenjar keringat, terutama terjadi pada bayi usia <1 tahun, dan anak balita. [2,9]
Farmakokinetik
Berikut adalah farmakokinetik obat atropin, yaitu mengenai absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi obat.
Absorpsi
Absorpsi atropin per oral terjadi di traktus gastrointestinal. [1,11] Onset kerja atropin oral dalam waktu satu jam, dan durasi kerja sekitar 4 jam. Bioavailabilitas obat 90%. Konsentrasi puncak obat dalam plasma darah adalah satu jam. Pada pemberian secara injeksi intravena, atropin akan segera hilang dalam darah, dengan efek kerja dalam waktu 3 menit. Sedangkan, konsentrasi puncak obat atropin dalam darah, pada pemberian injeksi secara intramuskular terjadi sekitar 30 menit.
Distribusi
Distribusi atropin injeksi adalah ke seluruh jaringan tubuh. Ikatan protein dengan atropin dalam plasma darah adalah sekitar 44%. Atropin dapat melewati sawar plasenta, dan memasuki sirkulasi fetus, namun tidak ditemui dalam cairan amnion.
Metabolisme
Atropin terutama dimetabolisme di hepar. Metabolit utama yang dihasilkan adalah noratropine, atropine-n-oxide, tropine, dan tropic acid. Metabolisme atropin dapat diinhibisi oleh zat pestisida, seperti organofosfat. Sebagian besar obat didestruksi oleh enzim hidrolitik.
Eliminasi
Waktu paruh atropin, setelah diabsorpsi adalah sekitar 2‒3 jam dalam plasma darah. Waktu paruh eliminasi atropin adalah lebih dari dua kali lipat pada anak dibawah usia dua tahun, dan lanjut usia, usia >65 tahun, dibandingkan dengan populasi usia lainnya.
Sekitar 13% hingga 50% obat yang masuk ke dalam tubuh, akan diekskresikan ke dalam urine, dalam bentuk yang tidak diubah. Ekskresi obat juga terjadi ke dalam air susu ibu.